Kau mencintainya.
Kau memilih mencintainya.
Dan bersamanya,
Tak apa,
Asalkan itu demi senyuman terukir diwajahmu.
Tak apa,
Tak usah pikirkan hatiku.
Owh tentu saja aku lupa,
Kau takkan pernah memikirkan hatiku.
Biarlah,
Melihatmu bahagia sudah menjadi kebahagiaan ku.
Tak apa,
Kuatlah,
Tersenyumlah.
.
.
.
.
.
Bertahanlah...
.
.
.
.
.
.
.
Tapi,
Kenapa semakin sakit?
.
.
.
.
Kuatlah,
Kau bisa menemukan yang mencintaimu.
Kau bisa berubah.
Tentu saja,
Pasti kelak kau akan dicintai.
.
.
.
.
.
Namun,
Ketika aku mulai melupakanmu.
Mengapa kau datang lagi?
Mengapa kau runtuhkan benteng pertahanan yang susah payah kubuat.
Mengapa?
Bukankah kau telah memilihnya.
Kenapa kau berbalik kearahku.
Kau ingin menyakiti hatiku lagi?
Kau ingin aku terluka?
Apa kau ingin menambah siksaan untukku?
Kenapa harus kamu...
Kenapa harus hatiku luluh untukmu untuk kedua kalinya.
.
.
.
.
Aku mencintaimu.
.
.
.
Untunglah.
.
Kau berubah.
.
.
.
.
Aku bahagia.
.
.
Bisa bersamamu.
.
.
.
.
Kukira ini akan berakhir bahagia.
.
.
.
Tetapi betapa bodohnya aku,
Haha.
Tuhan takkan mungkin memberikan aku kebahagiaan.
.
.
.
Karena orang sepertiku tak pantas untuk bahagia.
Aku benar bukan?
.
.
.
Ya,
Kau kembali di pelukannya.
Lalu melupakan aku.
Aku yang telah menampung mu disaat kau terluka.
Menampung mu disaat kau rapuh.
Tetapi, ujung ujungnya kau kembali kepada nya.
Owh
Aku lupa satu hal lagi,
Aku hanya penampungan sementara mu.
PenaJingga_