Life Switch "ON"
Aku bisa merasakan dengan jelas lidah api yang terus menerus menjilati setiap jengkal tubuhku.
Panas, perih, menyakitkan.
Hingga bahkan untuk berteriak pun aku sudah tidak sanggup. Kenapa aku masih sadar sampai sekarang. Dari yang pernah aku baca, ketika ajal sudah dekat kau akan mulai melihat kilas balik seluruh hidup mu. Sepertinya kilas balik itu sudah dimulai. Aku menatap tangan ku, tapi anehnya terlihat seperti tangan mungil yang hanya dimiliki oleh bayi, didepanku ada kedua orangtua ku. Mereka terlihat sangat bahagia.
Tiba-tiba adegan berganti.
Aku melihat orang lain yang sama sekali belum pernah kutemui dimanapun. Seorang gadis yang mungkin seumuran denganku, hanya saja dia sangat cantik, terlalu cantik hingga rasanya menyakitkan. Setidaknya bagiku. Dia tengah berdiri di depan tebing dengan pandangan kosong menatap lautan. Rambutnya yang panjang berwarna perunggu bergerak liar tertiup angin kencang. Sama seperti tadi tiba-tiba semua penglihatan ini berganti dengan adegan baru. Hanya saja kali ini aku bukan hanya sekedar melihat, tapi aku ikut merasakan semuanya. Aku tidak bisa bernapas, semuanya gelap gulita. Api yang tadinya melalap ku dengan rakus menghilang entah kemana, rasa panas menyakitkan yang menyayat tubuhku berganti tusukan tajam. Ribuan, tidak, aku tidak bisa mengira-ngira, rasanya tubuhku seperti ditusuk tanpa henti dari berbagai arah. Apakah aku sudah mati? bukankah seharusnya kematian itu damai? kenapa aku masih terus disiksa seperti ini? apa aku sekarang berada di neraka?
Ya.
Itulah satu-satunya jawaban yang masuk akal dari semua ini. Aku mengerjapkan mata, terlihat sesuatu, seperti bergerak ke arahku. bayangan hitam kelam. Kau bisa bayangkan segelap apa warnanya hingga bahkan aku bisa melihat jelas bentuk nya di tengah-tengah kegelapan ini. Seperti kain hitam yang merayap ke arahku. Ketika bayangan itu semakin dekat aku merasakan hentakan yang teramat menyakitkan dari dalam dadaku. Seperti ada yang menarik paksa jantungku tepat dari dalam tubuhku sendiri. Sakit. Aku sudah tidak bisa bertahan lagi, jika seperti ini siksaan yang harus aku jalani selamanya di Neraka, aku tidak mau mati. Tidak sekarang. Tolong, kumohon tolong aku.
Tolong berikan aku satu kesempatan lagi untuk hidup kembali.
Aku mohon tolong selamatkan aku, siapapun. Tuhan. Dewa.
Siapapun.
Aku terbangun. Tiba-tiba.
Dadaku sesak, jangankan bicara, aku mati-matian megap-megap berusaha menarik masuk tiap Oksigen yang bisa kuhirup.
Tapi kedua mataku bisa melihat dengan jelas. Langit malam tanpa bintang, bulan tidak terlihat di manapun. Perlahan awan yang lebih gelap dari langit pun bergulung-gulung diatas ku. Tidak bisa lebih lama menatap langit karena tiba-tiba saja aku merasakan tangan seseorang di wajahku. Aku menoleh kearah orang tersebut, pasti dia yang menolongku.
Yang pertama aku lihat adalah wajah tampan seorang pria asing yang menatapku dengan penuh rasa syukur.
"Jossie, syukurlah."
Dia menangis, sesenggukan. Tangannya dengan lembut membelai wajahku, menyingkirkan rambut yang menghalangi pandangan.
"Syukurlah. Ya Tuhan! Kau sadar, syukurlah."
Kemudian langkah kaki berlari mendekat ke arah kami. Beberapa langkah kaki. Oke, seseorang sudah menghubungi 911 kan? aku butuh perawatan medis.Tubuhku terasa sakit luar dalam. Ketika mulai mendekati tempat kami berada langkah-langkah tersebut perlahan melambat. Aku terganggu dengan sinar senter yang tiba-tiba diarahkan ke wajahku.
"Ketemu! Mereka disini! Hubungi ambulans sekarang!"
Seorang pria dengan mantel kulit panjang mulai memberi perintah kepada orang lain disebelahnya. Mungkin polisi, pikirku.
"Jossie, kau terluka parah? Kau bisa mendengarku kan?"
Pria yang kulihat pertama kali tadi kembali menarik perhatianku. Siapa? Jossie? Tapi dia berbicara pada ku. Aku mungkin linglung tapi jelas-jelas dia tidak sedang berbicara dengan orang lain.
"Jossie?"
Hah? siapa Jossie? itu bukan namaku.
Ann_Louis13 · Urbain