webnovel

Life Switch "ON"

Auteur: Ann_Louis13
Romansa Kontemporer
Actuel · 1.1K Affichage
  • 1 Shc
    Contenu
  • audimat
  • N/A
    SOUTIEN

What is Life Switch "ON"

Lisez le roman Life Switch "ON" écrit par l'auteur Ann_Louis13 publié sur WebNovel. Aku bisa merasakan dengan jelas lidah api yang terus menerus menjilati setiap jengkal tubuhku.Panas, perih, menyakitkan.Hingga bahkan untuk berteriak pun aku sudah tidak sanggup. Kenapa aku masih sada...

Synopsis

Aku bisa merasakan dengan jelas lidah api yang terus menerus menjilati setiap jengkal tubuhku. Panas, perih, menyakitkan. Hingga bahkan untuk berteriak pun aku sudah tidak sanggup. Kenapa aku masih sadar sampai sekarang. Dari yang pernah aku baca, ketika ajal sudah dekat kau akan mulai melihat kilas balik seluruh hidup mu. Sepertinya kilas balik itu sudah dimulai. Aku menatap tangan ku, tapi anehnya terlihat seperti tangan mungil yang hanya dimiliki oleh bayi, didepanku ada kedua orangtua ku. Mereka terlihat sangat bahagia. Tiba-tiba adegan berganti. Aku melihat orang lain yang sama sekali belum pernah kutemui dimanapun. Seorang gadis yang mungkin seumuran denganku, hanya saja dia sangat cantik, terlalu cantik hingga rasanya menyakitkan. Setidaknya bagiku. Dia tengah berdiri di depan tebing dengan pandangan kosong menatap lautan. Rambutnya yang panjang berwarna perunggu bergerak liar tertiup angin kencang. Sama seperti tadi tiba-tiba semua penglihatan ini berganti dengan adegan baru. Hanya saja kali ini aku bukan hanya sekedar melihat, tapi aku ikut merasakan semuanya. Aku tidak bisa bernapas, semuanya gelap gulita. Api yang tadinya melalap ku dengan rakus menghilang entah kemana, rasa panas menyakitkan yang menyayat tubuhku berganti tusukan tajam. Ribuan, tidak, aku tidak bisa mengira-ngira, rasanya tubuhku seperti ditusuk tanpa henti dari berbagai arah. Apakah aku sudah mati? bukankah seharusnya kematian itu damai? kenapa aku masih terus disiksa seperti ini? apa aku sekarang berada di neraka? Ya. Itulah satu-satunya jawaban yang masuk akal dari semua ini. Aku mengerjapkan mata, terlihat sesuatu, seperti bergerak ke arahku. bayangan hitam kelam. Kau bisa bayangkan segelap apa warnanya hingga bahkan aku bisa melihat jelas bentuk nya di tengah-tengah kegelapan ini. Seperti kain hitam yang merayap ke arahku. Ketika bayangan itu semakin dekat aku merasakan hentakan yang teramat menyakitkan dari dalam dadaku. Seperti ada yang menarik paksa jantungku tepat dari dalam tubuhku sendiri. Sakit. Aku sudah tidak bisa bertahan lagi, jika seperti ini siksaan yang harus aku jalani selamanya di Neraka, aku tidak mau mati. Tidak sekarang. Tolong, kumohon tolong aku. Tolong berikan aku satu kesempatan lagi untuk hidup kembali. Aku mohon tolong selamatkan aku, siapapun. Tuhan. Dewa. Siapapun. Aku terbangun. Tiba-tiba. Dadaku sesak, jangankan bicara, aku mati-matian megap-megap berusaha menarik masuk tiap Oksigen yang bisa kuhirup. Tapi kedua mataku bisa melihat dengan jelas. Langit malam tanpa bintang, bulan tidak terlihat di manapun. Perlahan awan yang lebih gelap dari langit pun bergulung-gulung diatas ku. Tidak bisa lebih lama menatap langit karena tiba-tiba saja aku merasakan tangan seseorang di wajahku. Aku menoleh kearah orang tersebut, pasti dia yang menolongku. Yang pertama aku lihat adalah wajah tampan seorang pria asing yang menatapku dengan penuh rasa syukur. "Jossie, syukurlah." Dia menangis, sesenggukan. Tangannya dengan lembut membelai wajahku, menyingkirkan rambut yang menghalangi pandangan. "Syukurlah. Ya Tuhan! Kau sadar, syukurlah." Kemudian langkah kaki berlari mendekat ke arah kami. Beberapa langkah kaki. Oke, seseorang sudah menghubungi 911 kan? aku butuh perawatan medis.Tubuhku terasa sakit luar dalam. Ketika mulai mendekati tempat kami berada langkah-langkah tersebut perlahan melambat. Aku terganggu dengan sinar senter yang tiba-tiba diarahkan ke wajahku. "Ketemu! Mereka disini! Hubungi ambulans sekarang!" Seorang pria dengan mantel kulit panjang mulai memberi perintah kepada orang lain disebelahnya. Mungkin polisi, pikirku. "Jossie, kau terluka parah? Kau bisa mendengarku kan?" Pria yang kulihat pertama kali tadi kembali menarik perhatianku. Siapa? Jossie? Tapi dia berbicara pada ku. Aku mungkin linglung tapi jelas-jelas dia tidak sedang berbicara dengan orang lain. "Jossie?" Hah? siapa Jossie? itu bukan namaku.

Vous aimerez aussi

Jadi Suamiku Ya, Om?

Alur "Om, jadi suamiku, ya?" Bukan pertanyaan iseng, itu pertanyaan sudah berkali-kali dilemparkan oleh Nindya pada Andy, bahkan sejak ia masih ingusan sampai kini gadis itu sudah memasuki usia remaja. Nindya begitu terobsesi pada Andy, padahal jelas-jelas pria yang menjadi sahabat papanya itu sudah memiliki seorang kekasih. Nindya rela memasuki universitas keguruan dan ilmu pendidikan, ia ingin sekali menjadi seorang guru, bukan karena itu cita-citanya. Gadis itu hanya ingin menarik perhatian Andy yang juga merupakan seorang guru yang dulu mengajarnya semasa SMA. Tak tanggung-tanggung, Nindya selalu mengklaim Andy adalah calon suaminya, di depan Raya sekalipun. Jelas itu membuat Raya sering emosi dan naik darah. Raya yang merupakan kekasih Andy selalu menjudge Nindya sebagai jalang perusak hubungannya dengan Andy. Ia tak segan-segan memberikan cap seorang pelakor pada Nindya. Apakah Nindya jera? Tentu saja tidak, bukan Nindya namanya jika ia menyerah. Hubungan buruk Nindya dan Raya semakij pelik, manakala papa Nindya yang berstatus sebagai duda ternyata memiliki hubungan dengan mama Raya yang berstatus janda. Keduanya merencanakan akan menikah setelah mendapatkan restu dari anak-anak mereka. Seiring berjalannya waktu, mau tak mau Nindya dan Raya harus menerima kenyataan, bahwa mereka pada akhirnya harus siap menjadi saudara tiri. Kehidupan dalam 1 rumah membuat keduanya semakin tak akur. Kebersamaan membuat Dion benar-benar jatuh cinta pada Nindya. Demi menghindari amarah Raya, Nindya mencoba berjalan dengan Dion. Sekaligus Nindya tidak ingin membuat papanya kecewa, gadis itu memilih mengalah dan berhenti mengejar Andy. Andy merasa kehilangan sosok Nindya, gadis yang biasanya mengganggu dirinya kini terdiam dan berhenti. Gadis itu tak lagi menghiraukan keberadaan Andy. Jelas itu membuat sosok Raya merasa menang dan merdeka. Ia semakin yakin jika Andy adalah miliknya dan akan menjadi miliknya selamanya. Dion yang tulus kepada Nindya merasa frustasi, kenyataan sebenarnya gadis yang ia cintai selama ini masih memiliki perasaan kepada pria lain, Andy. Dion menyusun rencana, melancarkan aksinya, mengajak Nindya ke club dengan dalih pesta ulang tahun teman kampus. Dion memberikan minuman beralkohol pada Nindya, gadis itu terhuyung dan berhalusinasi. Merasa semua aman, Dion mengajak Nindya pergi ke kos yang sengaja ia sewa sebelumnya. Nindya meracau, memanggil-manggil nama Andy, jelas membuat Dion semakin geram, ia berinisiatif untuk bergegas mengajak Nindya terbang ke surga dunia, agar ia bisa memiliki Nindya sepenuhnya. Dengan bantuan teman-teman Nindya, Andy berhasil menemukan jejak keberadaan gadis itu. Bukannya diantar pulang, Andy mengajak Nindya masuk ke dalam rumahnya, pria yang tinggal seorang diri itu merebahkan Nindya di atas ranjang miliknya. Ditatapnya kedua bola mata gadis yang masih meracau itu. "Jadi suamiku ya, Om? Nindya sayang, Om Andy." Kalimat itu terlontar lagi dari bibir mungil Nindya. Dan Andy tak lagi mampu menahan perasaannya, malam itu juga ia mengambil pucuk bunga Nindya, gadis itu kehilangan kegadisanya oleh pria yang ia sayangi. Amarah papa Nindya memuncak, mengetahui anak gadisnya di tiduri Andy, ia meminta pertanggung jawaban segera. Itu menjadi pertentangan bagi Raya, ia tidak terima dengan keputusan papa tirinya. Konflik lagi-lagi terjadi, perdebatan berhari-hari tak membuahkan hasil sampai akhirnya Nindya hamil, tak bisa di ganggu gugat lagi. Raya dengan berat hati melepaskan Andy menikahi Nindya, saudara tirinya. "Karena kamu memang jodohku, bukankah sudah ku sampaikan sejak dulu?" ~ Nindya.

Christina_240986 · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
4 Chs

audimat

  • Tarif global
  • Qualité de l’écriture
  • Mise à jour de la stabilité
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte mondial
Critiques

SOUTIEN

En savoir plus sur ce livre

General Audiencesmature rating
Rapport