webnovel

Ksatria Pandai besi

Zephyr memikirkan tentang pedang Hono no Ken yang termasuk salah satu pedang legendaris, Lucien menanyakan Zephyr akan hal tersebut. "Apa ada yang masih menjadi beban pikiranmu nak?" 

"Hono no Ken itu, Kakakku memilikinya, Pedang yang bisa mengeluarkan api, ya bukan yang mengeluarkan api melainkan pedang itu bisa menyalurkan api yang sangat dahsyat dari penggunanya, serta memberikan kekuatan yang luar biasa." ucap Zephyr.

"apa?kakakmu?memilikinya? pedang itu memang digambarkan sebagai penghancur masif yang bise membuat kerusakan hingga berpuluh-puluh kilometer jauhnya." Lucien bingung dengan penjelasan Zephyr. 

"Ardalivia saat ini di kuasai oleh asisten kerajaan ayahku dulu Zenith, ia merebut kekuasaan Ardalivia dan menginginkan kekuasaan secara menyeluruh serta kakakku sudah menjadi bawahannya dan menjadi sumber kekuatan utama Ardalivia yang tak terkalahkan saat ini." Zephyr menerangkan apa yang terjadi di Ardalivia.

Lucien yang mendengar nama Zenith mengingat kejadian bertahun-tahun yang lalu sebelum Raja Thalorion menjadi raja. "Zenith, kau sangat melampaui batasmu." gumamnya

"kau kenal dengan Zenith keparat itu?" Ucap Zephyr penasaran, "Ya, dulu saat kami seumuran kakakmu Ethan kami berempat merupakan satu tim pasukan khusus di unit militer Ardalivia. Ayahmu, Aku, Zenith Dan Trace merupakan tim khusus paling hebat di zaman itu."

Zephyr tampak terkejut mendengar cerita ini. Ayahnya sama sekali belum pernah menceritakannya sebelumnya. "Satu peristiwa yang takkan pernah kulupakan hingga saat ini adalah kematian teman kami Trace. Dia mati karena dibunuh oleh Zenith," lanjut Lucien.

Zephyr terdiam, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Saat kita dalam misi yang sangat sulit, di mana misi peringkat S+ harus menjadi misi terakhir kami bersama Trace," Lucien menceritakan lebih lanjut. "Misi itu adalah penyelamatan Tuan Seraphiel. Dia adalah Raja Ardalivia jauh sebelum ayahmu."

"S-Seraphiel?" tanya Zephyr dengan heran.

"Ya, saat itu dia telah diculik akibat perang berkelanjutan antara Ghoul dan Ardalivia. Ghoul yang sedari dulu mengincar batu yang terdapat di Ardalivia memutuskan untuk menculik Raja Seraphiel."

Lucien merenung sejenak, mengenang saat-saat yang penuh tekanan itu. Dia bisa merasakan kembali getaran di udara, bau tanah basah yang menempel pada tubuhnya, dan suara angin berbisik di tengah malam saat mereka menyusup ke benteng musuh. 

Tempat paling mengerikan yang pernah Lucien kunjungi, "Tempat  itu benar-benar seperti neraka dan satu hal yang pasti disana semua kegelapan terlahir." ucap Lucien menceritakan peristiwa itu.

Saat itu, Lucien adalah seorang prajurit muda yang berani dan penuh tekad. Dia bersama dengan sekelompok rekan seperjuangannya telah diberikan misi yang sangat berbahaya. 

*Mengingat kejadian Lucien bersama timnya*

"Kita harus membebaskan tawanan kita yang disandera oleh pasukan musuh di dalam sana," kata Lucien, suaranya gemetar oleh ketegangan. Namun, dia tahu bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain. Jika mereka gagal, konsekuensinya akan sangat mengerikan.

Lucien dan rekan-rekannya menyusup ke dalam benteng itu pada malam yang gelap. Mereka bergerak seperti bayangan, menghindari setiap penjaga yang berjaga-jaga. Getaran tegang terasa di udara saat mereka mendekati titik pertemuan yang telah mereka rencanakan.

Thalorion yang saat itu menjadi pemimpin tim, menginstruksikan tim dibentuk menjadi tim beranggotakan dua orang, "Zenith kau bersama Trace kalian berdua pergi ketempat dimana Raja berada, cari celah diantara mereka, aku dan Lucien akan mengamankan sekitar."

Zenith dan Trace mengangguk, menatap satu sama lain dengan mata yang penuh kepercayaan. Mereka berdua adalah pasangan penyusup handal yang selalu berhasil dalam setiap misi. Lucien bisa merasakan kepercayaan yang mereka miliki satu sama lain, dan itu memberinya sedikit kelegaan di tengah ketegangan yang melilit mereka.

Mereka semua pun berbagi tugas satu sama yang lain. Lucien merapatkan dirinya ke sisi Thalorion saat mereka menyusup lebih dalam ke dalam benteng. Mereka melompati tembok rendah dengan lincah, seperti bayangan yang meluncur di bawah sinar rembulan.

Getaran tegang terasa di udara saat mereka mendekati titik pertemuan yang telah mereka rencanakan. Mereka telah melakukan persiapan dengan cermat selama berhari-hari, mempelajari setiap rincian tentang benteng ini. Lucien bisa merasakan detak jantungnya yang semakin cepat, namun dia menahannya dengan kuat, fokus pada tugas yang ada di depannya.

Saat mereka mendekati pintu gerbang utama benteng, Thalorion memberi isyarat kepada Lucien untuk bersiap-siap. Mereka tahu bahwa mereka akan menghadapi penjaga yang berjaga-jaga di sana, dan pertempuran sepertinya tidak bisa dihindari.

Tiba-tiba, dari kegelapan, beberapa Ghoul yang menjaga pintu utama muncul. Mereka berdiri di hadapan Lucien dan Thalorion, mata mereka berkilat dalam sinar bulan yang redup. Pertempuran pun meletus dengan cepat.

Keringat mengucur deras dari kening Lucien saat ia menghindari serangan Ghoul pertama dengan secepat kilat. Dia merasakan angin sepoi-sepoi yang menyapu wajahnya saat dia melompat ke samping, pedangnya bersinar dalam cahaya rembulan saat dia menyerang kembali.

Lucien berteriak "Kita harus mengalahkan mereka, Thalorion! Jangan biarkan mereka menghalangi kita!"

Thalorion sambil bertarung "Kita pasti bisa, memangnya siapa yang bisa mengalahkan kita? Lucien! Bersama-sama, kita tak terkalahkan!"

Sementara itu, Thalorion bergerak dengan kecepatan dan ketepatan yang mengagumkan. Setiap gerakan dan serangannya seolah merupakan tarian mematikan. Lucien bisa merasakan darah dan lumpur di bawah kakinya, menciptakan tekstur unik yang membuat setiap langkahnya menjadi hidup.

Di tengah pertempuran yang sengit, Lucien mendengar teriakan Zenith dan Trace yang datang dari arah lain. Mereka juga sedang dalam pertempuran yang sengit. Lucien merasa khawatir untuk mereka berdua, tetapi dia tahu bahwa mereka adalah penyusup yang handal dan akan melawan habis-habisan.

Zenith sambil bertarung "Jangan biarkan mereka mendekati Raja, Trace! Kita harus mengamankannya!"

Trace berteriak "Aku tahu, Zenith! aku takan mengizinkan hal itu terjadi!"

Disisi lain kita diperlihatkan para pasukan Ghoul ini merangsak masuk menuju tempat sang Raja, karena situasiny mulai tak terkendali, Thalorion memutuskan untuk memerintah Lucien membantu Trace dan Zenith.

"Sial mereka menuju tempat Raja, heeeiii Lucien cepat pergi dan bantu mereka!, aku akan menahan mereka semua disini." teriak Thalorion pada Lucien, "Dimengerti" Lucien segera menuju tempat Raja ditahan dan membantu Zenith dan yang lainnya.

Begitu perintah Thalorion terdengar, Lucien merespons dengan gesit. Matanya dipenuhi tekad yang tak tergoyahkan, dan ia bergegas menuju tempat Raja yang ditahan oleh para Ghoul. Serangan mereka terus berdatangan seperti gelombang tak berkesudahan.

"Maju kalian semuaa!! takan kusisakan satupun diantara kalian semua!!" teriak Thalorion yang sedag membabi buta.

Zenith dan yang lainnya berjuang mati-matian di tengah kekacauan ini. Zenith merasakan betapa tekanan semakin mendalam saat ia melihat Trace, rekannya, berada dalam situasi yang genting. "Sial mereka tidak ada habisnya," desis Zenith dalam hati, lalu ia mendengar Trace berteriak padanya. "Oiiii, Zenith! Ingin pergi kemana kau?"

Namun, Zenith tak punya waktu untuk menjawab. Ia harus menyelamatkan Raja dan menghentikan ancaman Ghoul. Dengan tak berperasaan ia meninggalkan Trace begitu saja, Zenith bergerak dengan cepat menuju tempat Raja ditahan.

Trace, di sisi lain, terlalu lengah. Ia tidak sempat menghindari serangan tajam yang datang dari petinggi Ghoul yang tak dikenal. Teriakan kesakitan mencuat dari bibirnya saat pisau tajam menusuk dadanya. Darah segar segera membanjiri pakaiannya, dan ia jatuh ke tanah dengan mata yang semakin pudar.

Sementara itu, Zenith akhirnya tiba di tempat Raja ditahan. Ia menatap Raja dengan tatapan penuh tekad. "Kemarilah, tuan. Aku datang menyelamatkanmu," ucap Zenith dengan suara mantap. Raja mengangguk, dan mereka berdua segera bergegas menuju ke arah yang lebih aman.

Di tempat lain, Lucien tiba di lokasi Zenith dan Trace. Saat ia melihat Trace yang terbaring tak bernyawa, hatinya terasa seperti terbelah dua. "Trace, kau?" Lucien berjongkok di samping rekannya, tangannya gemetar saat ia mencari detak nadi Trace. Sayangnya, tidak ada denyut yang terasa. Trace sudah meninggal dunia, dan Lucien harus menerimanya dengan berat hati.

Rasa kesedihan yang mendalam melanda hati Lucien, tetapi ia tahu bahwa saat ini ia harus fokus pada tugasnya. Ia mengangkat kepala dan melihat sekitarnya. Para Ghoul masih terus menyerang, dan ia tidak bisa membiarkan mereka menghentikan misinya.

"Kita akan menyelesaikan ini, Trace. Aku tidak akan membiarkan mereka mengalahkan kita," gumam Lucien dalam hati. Ia bangkit berdiri dan menghadapi para Ghoul dengan pedangnya.

Gelombang serangan terus berlanjut, dan Zenith dan Raja melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat yang lebih aman. Mereka harus mencari tempat perlindungan yang lebih baik, di mana mereka bisa merencanakan strategi untuk mengatasi situasi ini.

Sementara itu, Lucien terus bertempur dengan ganas. Setiap serangan dan gerakan lawan diselesaikan dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa. Pedangnya bergerak seperti kilat, melukai dan menghentikan para Ghoul yang mendekatinya.

Sementara itu, Zenith dan Raja berhasil menemukan tempat perlindungan yang lebih aman. Mereka tiba di sebuah ruangan tersembunyi di dalam istana, di mana mereka bisa merencanakan strategi lebih lanjut. Raja berterima kasih pada Zenith atas penyelamatan ini.

"Kau telah menyelamatkanku, Zenith. Aku berhutang budi padamu," ucap Raja dengan penuh rasa syukur.

Zenith hanya tersenyum sambil menggeleng. "Tidak perlu berterima kasih, tuan. Ini adalah tugas saya untuk melindungi Anda dan menyelamatkan anda."

Situasi semakin terkendali Thalorion dengan luka disekujur tubuhnya, ia berhasil mengalahkan para Ghoul, begitu pula dengan Lucien dia berhasil mengalahkan mereka semua, ia lalu menghampiri mayat Trace, "Trace ayo kita pulang, kita sudah menang." ucap Lucien dengan perasaan sangat sedih.

Zenith mulai merapat ketempat Thalorion berada, sang raja sangat kagum dan terpukau karena melihat Thalorion yang mengalahkan semua Ghoul sendirian tanpa terkecuali. "Kau memang sangat berbakat Thalorion." Ucapnya memuji Thalorion.

Zenith terlihat iri mendengar raja memuji tindakan heroic dari Thalorion, tak lama kemudia Lucien datang dengan menggendong Jasad Trace dipundaknya. "Tuan, Thal, Zen, Trace telah mati." ucap Lucien dengan perasaan sangat sedih.

"Trace?" seru mereka semua, dan perasaan sedih menghantam mereka dengan keras.

"Zenith, ceritakan padaku apa yang terjadi!" Thalorion menatap Zenith dengan ekspresi kesal. "Kau harus menjelaskan segalanya."

"Dia mengorbankan diri untuk menahan mereka semua dan aku dimintanya untuk pergi menyelamatkan raja." Ucap Zenith tanpa rasa bersalah. Mereka semua pun menguburkan jasad Trace di tempat yang seharusnya.

Saat semuanya selesai Zenith pergi meninggalkan mereka semua dari tempat pemakaman. "Aku ada urusan sebentar." Ucap Zenith sambil pergi kesuatu tempat, Lucien curiga dengan gerak-gerik Zenith memutuskan untuk mengikutinya.

Zenith bertemu seseorang yang suda menikam Trace saat keributan itu terjadi, "Dia sudah mati, sekarang aku minta imbalanmu berupa batu itu aku ingin kau secepatnya memberikan batu itu pada ku."

Lucien yang mengamati dan mendengarkan pembicaraan mereka terkejut bahwa Zenith telah bekerjasama dengan para Ghoul itu. "Zenith kau benar-benar sialan."

Lucien pergi begitu saja namun, Zenith mengetahui bahwa ada yang mendengarkan pembicaraan mereka dan memutuskan untuk menyudahiya. 

Zenith menelan ludahnya, tetapi tanpa rasa bersalah. "Trace mengorbankan dirinya untuk menahan para Ghoul. Dia memintaku untuk pergi menyelamatkan raja."

Ketika mendengar pengorbanan besar yang dilakukan oleh Trace, hati mereka terasa semakin berat. Mereka semua akhirnya mengubur jasad Trace di tempat yang pantas untuk seorang pahlawan.

Setelah upacara pemakaman selesai, Zenith pergi dengan alasan ada urusan penting. Lucien merasa curiga dengan tindakan Zenith dan memutuskan untuk mengikutinya diam-diam.

Zenith akhirnya bertemu dengan seseorang yang telah menikam Trace saat keributan itu terjadi. "Dia sudah mati, sekarang aku minta imbalanmu. Berikan batu itu padaku secepat mungkin."

Lucien, yang mengamatinya dari kejauhan, terkejut saat mengetahui bahwa Zenith telah bersekongkol dengan para Ghoul. "Zenith, kau benar-benar sialan," gumamnya dengan amarah yang mendalam.

Namun, Zenith juga merasa ada yang mencurigakan. Ia merasa ada yang memperhatikan mereka dan memutuskan untuk menyudahi pembicaraan dengan cepat.

Hari berikutnya, di kota Ardalivia yang indah, penduduknya merayakan pengangkatan Zenith dan Thalorion sebagai penasihat baru sang raja.

Rumah-rumah penduduk dihiasi dengan lampu-lampu berwarna-warni, dan musik merdu mengalun di udara. Semua orang terlihat bahagia, tapi di balik senyum-senyum itu terdapat rasa penasaran dan ketidakpastian.

Dalam keheningan malam, Thalorion dan Lucien duduk di balkon istana, memandang bintang-bintang yang bersinar terang. Mereka berdua terdiam, merenungkan peristiwa-peristiwa yang baru saja terjadi.

"Lucien, mengapa sang raja mengabulkan pemecatanmu?" tanya Thalorion dengan suara lembut.

Lucien menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku tidak tahu, Thal. Tapi aku merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan Zenith."

Thalorion mengangguk, merasakan ketidaknyamanan yang sama. "Kita harus tetap waspada, Lucien. Ada sesuatu yang disembunyikan Zenith, dan kita harus mencari tahu apa itu."

Malam berlanjut, dan suasana pesta meriah masih terdengar dari jauh. Namun, di dalam hati Thalorion dan Lucien, ketidakpastian tumbuh seperti bayangan yang menghantui mereka.

*Kembali kepada Zephyr dan Lucien*

Zephyr auranya semakin berbeda, ia benar-benar ingin membunuh Zenith dan para Ghoul, dendamnya semakin memuncak, "Kalau begitu tolong ajarkan aku dan beritahu aku dimana aku bisa mendapatkan ketujuh pedang itu." (Pedang yang dijelaskan di chapter sebelumnya.)

"Aku tidak tau soal pedang itu tapi aku bisa membantu menemukan seseorang yang mengetahui pedang itu aku akan membantumu menlatihmu hingga kau kurasa mampu untuk mencari ketujuh pedang itu, namun perlu diingat aku tidak bisa menemani mu dalam pencarian ketujuh pedang itu nak." Jawab Lucien pada Zephyr.

Malam semakin larut Lucien memerintahkan Zephyr untuk beristirahat. "Sebaiknya saat ini kau istirahat, kau harus mengikuti perkataan ku jika kau mau aku mengajarkanmu."

Zephyr yang mendengar hal itu segera beristirahat, "Zephyr, balaskan dendamku pada Zenith dan para Ghoul, aku tidak terima semua sahabatku dikhianati olehnya, Zephyr kau adalah harapan ku." Gumam Lucien.

Pagi hari di desa yang disebut Etoliesh, Zephyr terbangun dari tidurnya. ia melihat Lucien telah menyiapkan sarapan di meja makan, Zephyr menyantapnya dengan lahap dan diatas meja itu terdapat secarik kertas yang tertuliskan 'temui aku di tempat pembuatan persenjataan kerajaan.' 

Zephyr yang melihat secarik kertas itu lalu pergi menuju tempat yang dimaksud, Sesampainya disana Zephyr diminta untuk membantu Lucien menjadi seorang pandai besi. "Yooo, Zephyr akhirnya kau datang juga, kemarilah bantu kami membuatkan pedang-pedang ini."

"Membantumu menjadi seorang pandai besi?hei tua aku kesini bukan untuk melakukan hal ini." Ucap Zephyr dengan nada datar dan dingin. "Kalau begitu aku juga tak akan mengajarimu hal bodoh yang kau maksudkan itu." 

Zephyr yang merasa terpaksa memutuskan membantu Lucien saat sedang membuat sebuah pedang tempat itu didatangi para polisi keamanan Lucien dan Zephyr diminta menghadap sang raja. Lucien yang keget mendengar hal itu ia lalu melihat kearah Zephyr "Hei nak, apa yang sudah kau lakukan? tanyanya berbisik.