webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime et bandes dessinées
Pas assez d’évaluations
275 Chs

Rencana

Saat ini Rinko bersiap untuk menerima ciuman Zen saat ini. Memang dalam keluarga ini, hanya Shea yang belum mendapatkan ciuman dari Zen, dan saat ini dia sedang menyiapkan mentalnya untuk mendapatkan ciuman dari orang yang disukainya itu.

Setelah Zen menjelaskan tentang cara dia memindahkan skillnya kepada mereka, akhirnya mereka menyetujuinya, walaupun awalnya mereka mengira Zen saat ini hanya menggunakan hal tersebut sebagai dalih untuk mencium mereka.

Saat hendak mencium Rinko dan mentransfer skillnya, Zen mulai mengingat sesuatu saat ini.

"Irene, bisakah aku mengirimkan mereka sistemku?" tanya Zen.

[Maaf Kak. Kakak tidak bisa mentransferkan seluruh sistem Kakak. Namun Kakak hanya bisa mentransferkan sistem status kepada mereka. Tetapi status point Kakak tidak akan ikut ditransfer, status mereka akan menyesuaikan dengan keadaan mereka saat ini] jawab Irene.

"Berarti, mereka akan melakukan leveling kalau begitu?" tanya Zen kembali.

[Tepat Kak. Namun sepertinya hanya beberapa wanita saja yang akan melakukan itu. Terlebih lagi beberapa wanita sudah mempunyai rencana bagaimana membantu Kakak kedepannya.] jawab Irene.

"Baiklah, terima kasih Irene" kata Zen.

Namun sebelum Irene menjawab, Rinko yang saat ini menunggu ciuman Zen yang tak kunjung datang itu mulai membuyarkan lamunan Zen itu.

"Ada apa Zen?" tanya Rinko.

"Ah... Maafkan aku Rinko-san" kata Zen lalu mendekatkan bibirnya menuju bibir dari Rinko.

Zen memutuskan untuk mentransfer semua skillnya pasivenya, lalu skill yang diinginkan Rinko dan sistem statusnya untuk berjaga – jaga, siapa tahu akan dibutuhkan oleh para wanitanya kelak. Rinko sendiri, saat ini kepalanya mulai terasa sedikit sakit, karena sesuatu memasuki otaknya.

Zen lalu menggenggam kuat bahu Rinko untuk menguatkan wanita itu. Selang beberapa lama kemudian, akhirnya semua skill dan sistem status Zen sudah ditransferkan kekepala Rinko saat ini kecuali beberapa skill terutama skill Tranfer, Karena Irene melarangnya untuk mentransferkan skill itu kepada siapapun.

"Ah... kepalaku serasa pusing saat ini Zen" kata Rinko lalu dia mulai tidak sadarkan diri.

"Rinko!" teriak Zen diikuti oleh yang lainnya.

[Itu efek samping dari menerima data yang besar dalam ingatannya Kak. Namun Kakak tenang saja, mungkin dia akan tersadar keesokan harinya dan kemampuannya langsung bisa digunakan] kata Irene.

"Syukurlah kalau begitu" kata Zen.

"Sepertinya kita akan melakukan hal ini dikamar kalian masing - masing" kata Zen sambil menggendong dan membawa Rinko kedalam kamarnya saat ini.

.

.

Hari sudah mulai malam, namun Zen sekarang hanya ditemani dengan Yue yang tidak terkena efek samping dari skillnya itu. Yue sebenarnya tidak menginginkan skill apapun dari Zen, namun setelah mendengar bahwa Zen mempunyai skill mana tidak terbatas, akhirnya dia mengiyakannya.

Dan untuk Yui, Zen bisa mengirimkan skillnya melalui ciuma didahinya, yang berbeda dengan wanitanya yang lain.

"Kapan mereka akan sadar Zen?" tanya Yue yang saat ini duduk bersama Zen diteras rumah mereka di Alaska sambil menikmati pemandangan tempat ini.

"Mungkin besok" kata Zen.

Namun dari dalam rumahnya, terdengar suara wanita yang memanggilnya saat ini sambil menuruni tangga rumahnya itu.

"Zen-san!" teriaknya.

Zen lalu menengok dan ternyata Shea sudah tersadar dari efek samping dari skill dari Zen. Zen lalu melambaikan tangannya agar Shea mendekat kearahnya dengan Yue yang saat ini sedang bersantai.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Zen.

"Kepalaku masih sedikit sakit Zen-san" kata Shea.

Zen lalu menyuruh Shea untuk duduk dan menuangkan secangkir teh dan akhirnya mereka bertiga mulai bersantai ditempat itu, sambil memandang pemandangan malam yang indah pada domain dari Zen.

Namun Shea yang merasa kepalanya sudah tidak sakit, memutuskan untuk berkeliling ditempat ini, karena dia mengenang sesuatu. Walaupun tempat ini gelap, dia menggunakan skill cahaya yang didapatkan dari Zen sebelumnya untuk mencoba berkeliling disekitar rumah Zen sambil memandangi bintang - bintang yang indah pada tempat ini.

.

.

Keesokan harinya, akhirnya semua wanita Zen sudah berkumpul untuk makan siang saat ini. Memang mereka baru saja sadar, namun tidak dengan Yui yang ternyata sadar pada pagi harinya. Zen menganggap mungkin karena efek dari DNA Zen yang terdapat dalam dirinya, yang membuat Yui tersadar lebih cepat.

Mereka semua berkumpul tanpa Zen, Yue, Yui dan Shea saat ini. Tetapi, seekor gadis kelinci montok, akhirnya turun dari kamarnya yang ternyata baru bangun dari tidurnya, karena alasan tertentu.

"Apakah kamu juga baru saja sadar Shea?" tanya Asuna kepada Shea yang masih meregangkan badannya sambil menguap setelah ikut duduk bersama mereka.

"Sebenarnya, aku sudah sadar dari kemarin, tetapi ada yang membuatku tidak bisa tidur tadi malam" kata Shea.

"Kenapa Shea, apakah ada sesuatu yang membuatmu tidak nyaman tinggal dirumah ini?" tanya Lisbeth.

"Bukan itu, tetapi ada sesuatu yang membuatku tidak bisa tidur tadi malam" kata Shea.

Tadi malam, Shea akhirnya memutuskan untuk kembali kekamarnya untuk beristirahat karena hari sudah semakin larut, setelah berkeliling domain Zen untuk menikmati pemandangan bintang tempat ini. Namun saat dia hendak kembali kekamarya, dia melihat Zen dan Yue memasuki kamar yang sama, dan dengan sigap Shea mengikuti mereka.

Pendengaran Shea sangat sensitif, dan dia bisa mendengar apa yang Zen dan Yue lakukan didalam kamar itu. Namun bukannya pergi, Shea terus menguping kegiatan Zen dan Yue malam itu, hingga dia lupa untuk beristirahat, karena kegiatan mereka dilakukan hingga subuh.

"Makanya jangan suka menguping" kata Yue yang akhirnya memasuki ruangan itu bersama Zen dan Yui pada gendongannya.

"Hmph..." Shea membuang mukanya dari pandangan Yue.

"Mama sudah sadar?" tanya Yui yang akhirnya menanyakan keadaan Mamanya satu persatu.

"Kalian dari mana Zen?" tanya Silica yang berada didekat Zen saat ini.

"Kebetulan aku mengajak Yue untuk melihat tempat dimana dia akan mengajarkan kalian, bagaimana cara menggunakan skill yang kalian dapatkan kemarin" kata Zen.

"Apa mahsutmu Zen, apakah kamu belum bisa menggunakan kemampuan kami?" tanya Aki

"Kebetulan, kalain harus belajar cara mengendalikan mana terlebih dahulu, dan itu akan diajarkan oleh Yui. Sebenarnya aku ingin mengajarkannya kepada kalian, tetapi aku harus menuju kedunia kalian, untuk menunjukan diriku untuk menghindari kecurigaan" kata Zen.

"Lalu kapan kami akan berlatih?" tanya Suguha.

"Setelah kalian makan siang" kata Yue tegas.

"Yue-san, aku tidak perlu berlatih lagi kan?" tanya Shea mengangkat tangannya.

"Kamu tidak perlu berlatih, tetapi kamu bertugas membantu saudara perempuanmu yang lain" kata Yue.

"Hah... sial" kata Shea yang sebenarnya tidak ingin kembali berlatih dengan Yue, karena latihannya sangat berat.

"Baiklah, tunggu apa lagi, mari kita makan siang!"