webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime et bandes dessinées
Pas assez d’évaluations
275 Chs

Aku Mencintaimu

Zen terus menuntun Asuna menaiki sebuah bukit yang dipenuhi pepohonan. Asuna terus bertanya kemana dirinya akan dibawa Zen, namun Zen hanya membalasnya dengan senyuman.

Setelah mereka melewati berbagai macam hambatan, akhirnya mereka tiba disebuah dataran yang penuh dengan salju dan dapat dilihat pemandangan kota Myujen yang sangat indah dari sana.

Asuna melihat ini hanya takjub melihat apa yang dilihatnya, tidak hanya melihat keindahan kota, tetapi pada langit malam ini juga terlihat sebuah aurora yang membuat tempat ini sangat indah.

Saat ini mereka berdua hanya terdiam sambil menikmati pemandangan ini dengan tangan mereka yang masih bergandengan.

Asuna yang masih menikmati pemandangan itu, tiba - tiba terkaget akan perilaku Zen yang meraih bahunya dan membuatnya untuk menatap Zen.

Asuna yang melihat tindakan Zen, jantungnya mulai berdegup kencang apalagi saat melihat wajah tampan Zen, yang menatapnya lembut dengan senyum indah yang terukir diwajahnya.

Mereka saling berhadapan cukup lama tanpa ada kata keluar dari salah satu dari mereka. Mereka saat ini masih menikmati memandangi wajah orang yang berada dihadapan mereka sampai akhirnya Zen mengutarakan sesuatu kepada Asuna.

"Aku mencintaimu Asuna"

Kata Zen dengan suara lembutnya dibarengi dengan senyumnya yang indah serta tatapannya yang menghangatkan.

Mendengar perkataan Zen, Asuna langsung tersentak. Saat ini jantungnya berdegup tambah kencang, dari matanya terlihat sebuah tetesan air mata kebahagiaan turun melewati pipinya yang memerah.

Ini adalah kata yang sangat ditunggunya sedari dulu oleh pria yang berada dihadapannya. Semua kenangannya saat mereka bertemu dan berpetualang bersama mulai muncul dipikirannya.

Semua kenangan bersama Zen muncul mulai dari dimana saat mereka pertama kali bertemu, lalu saat Zen mengajarinya dan membuatnya menikmati kehidupannya didunia ini, hingga semua perlakuan Zen kepadanya yang membuat hari - harinya sangat bahagia.

Mengingat semua kenangan ini, air mata Asuna bertambah deras. Lalu tanpa pikir panjang langsung memeluk Zen dengan menyandarkan kepalanya pada dada Zen.

Melihat tindakan Asuna, Zen hanya membalas pelukannya dan menikmati momen ini. Sedangkan Asuna yang merasakan Zen membalas pelukannya hanya memeluknya lebih erat.

Setelah beberapa lama mereka berpelukan dan suara isakan tangis dari Asuna mulai mereda, mereka berdua masih belum melepaskan pelukan mereka masing - masing.

"Jadi bagaimana Asuna? Apakah kau menerima pengakuan cintaku?" tanya Zen setelah mereka cukup lama berpelukan.

Mendengarkan pertanyaan Zen, Asuna kembali memeluk erat Zen sambil bergumam pelan.

"Aku juga mencintaimu Zen" gumamnya Asuna dengan suara yang hampir tidak terdengar.

"Apa Asuna? Aku tidak bisa mendengarmu" kata Zen.

"Aku bilang, Aku juga mencintaimu Zen" kata Asuna yang saat ini suaranya cukup bisa didengar.

"Apa Asuna, aku masih belum bisa mendengarmu" Canda Zen yang ingin mencairkan suasana dimalam yang hangat ini.

"Aku juga mencintaimu Zen!!" Teriak Asuna yang termakan candaan Zen sambil melepaskan pelukannya dari Zen.

Zen yang melihat tingkah laku Asuna hanya menertawakan wanita yang ada diepannya itu.

"Apa? Kenapa kau mulai tertawa" kata Asuna yang mulai tersulut emosi.

Melihat ini, Zen mulai menghentikan tawanya lalu meraih dagu Asuna dan menempelkan bibirnya ke bibir lembut Asuna.

Melihat Zen yang menciumnya secara tiba - tiba, matanya mulai melebar karena kaget akan tindakan Zen.

Akhirnya Asuna mulai menutup matanya dan menikmati ciuman pertamanya bersama Zen di sebuah tempat yang sangat indah ini. Mereka masih saling berciuman tetapi bukan ciuman yang termakan nafsu, tetapi sebuah ciuman yang menghangatkan perasaan mereka satu sama lainnya.

Bibir mereka berdua masih menempel satu sama lain sambil menikmati momen romantis yang indah ini, hingga mereka berdua mulai melepaskan ciuman mereka dan menatap satu sama lain lalu tersenyum.

Asuna lalu kembali memeluk Zen, karena dia merasa belum puas memeluknya sebelumnya. Zen yang melihat ini hanya mengeluarkan sebuah kain dan menebarkannya di dataran salju itu.

"Baiklah Asuna, marilah kita duduk terlebih dahulu" kata Zen, tetapi Asuna tetap tidak melepaskan pelukannya.

Melihat ini, Zen hanya mengangkat Asuna sedikit dan mendudukannya di sebuah kain yang sudah ditebarkan olehnya sebelumnya, walaupun Asuna masih memeluknya.

"Terima kasih Zen, ini malam yang sangat indah" kata Asuna.

Mendengar ini Zen hanya mengusap kepala Asuna lalu mencium keningnya, lalu dia mulai menikmati momen ini bersama.

Setelah beberapa lama, akhirnya Asuna melepaskan pelukannya dan menyandarkan kepalanya pada bahu Zen, sambil memandang pemandangan yang indah didepannyam sambil pinggangnya dipeluk oleh Zen.

"Kukira tempat spesial yang kau sebutkan sebelumnya adalah tempat dimana sebuah event melawan Nicholas the Renegade bertempat" canda Asuna yang masih bersandar pada bahu Zen.

"Sudah ada orang yang melawannya, jadi kita hanya menikmati malam ini bersama" kata Zen sambil tersenyum.

"Siapa?" tanya Asuna.

.

.

Sebuah tempat bersalju di lantai 35, seorang wanita dan pria sedang mencoba melawan sebuah monster yang merupakan event yang diadakan pada malam natal ini.

Tidak seperti kebanyakan event, event ini sangat dinantikan dikarenakan hadiahnya yang sangat dicari oleh banyak orang.

"Switch Kirito" kata seorang wanita berambut pendek yang berhasil menangkis serangan monster itu menggunakan tamengnya.

"Hyaaaaa" teriak Pria itu sambil mencoba memberikan serangan terakhirnya dan berhasil mengalahkan monster tersebut.

Setelah monster itu menghilang karena berhasil dikalahkan, lalu sebuah layar imajiner muncul menandakan mereka menerima item karena mereka berhasil mengalahkan monster tersebut.

Item itu merupakan item yang mereka incar sedari dulu, sebuah item yang rumornya dapat menghidupkan kembali seorang player yang telah mati. Item itu bernama Devine Stone of Returning Soul.

Melihat mereka mendapatkan item ini, senyum muncul diwajah mereka berdua. Setelah mereka memastikan mendapatkan item tersebut, mereka langsung mencoba memeriksanya.

Namun saat mereka membaca deskripsi dari item yang mereka dapatkan sebelumnya dengan susah payah, mereka kembali depresi dikarenakan kegunaan item itu tidak sesuai dengan ekspetasi mereka berdua.

.

.

Ditempat lain yang berada diluar game. Seorang perawat yang baru ditugaskan disebuah kamar VIP mencoba melaksanakan tugasnya sebaik mungkin.

Saat ini dia akan bertugas untuk mengganti pakaian seorang pasien yang sedang dirawat disebuah ruangan VIP dirumah sakit ini.

Pasien itu adalah seorang wanita dengan rambut cokelat yang sedang memakai peralatan game yang berada dikepalanya.

Perawat itu mencoba mengganti pakain pasien itu dengan hati - hati karena keadaan pasiem yang sudah mulai mengurus. Setelah dia membuka pakaiannya, perawat itu menyadari ada sesuatu di punggung pasien itu.

"Aku baru mengetahui, ternyata nyonya muda mempunyai sebuah tato" gumamnya.