"Dasar gila, mau dinikahin kok bahagia. Kita kan masih kecil, lagi pula kita tidak saling mencintai. Bagaimana kita mau menikah?" Arunika tidak habis pikir, Zayn pun kemudian kembali membukakan pintu dan mengantar Arunika sampai di lift. Setelah gadis itu menghilang dari pandangannya, Zayn kembali ke apartemennya. Dia kembali berkutat dengan laptopnya, mencari peluang untuk membantu orang-orang yang membutuhkan jasanya. Lalu tiba-tiba dia memikirkan Arunika, dia tersenyum membayangkan gadis kecil yang imut itu.
"Arunika, seandainya aku benar-benar menikahimu apakah kamu mau? dan apakah kamu akan bahagia hidup bersamaku?" Zayn melamun, orang seperti Zayn memang tidak memiliki banyak teman. Dia lebih sering menyendiri dan asyik dengan dunia digitalnya. Makanya saat bertemu dengan gadis seperti Arunika, Zayn merasa telah bertemu dengan belahan jiwanya, tetapi untuk saat ini dia tidak berpikir terlalu jauh dia membiarkan semuanya mengalir seperti air.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com