webnovel

YOUNG AGENT

Seina, Levino, dan Akhtara adalah kelompok unggulan di organisasi rahasia remaja yang dipimpin oleh Geraldo Rios. Mereka bertiga masuk tim teratas dengan sebutan Kelompok Elang.  Misi kali ini bukan sekadar kenakalan remaja biasa seperti misi-misi yang sudah mereka selesaikan sebelumnya. Persahabatan, kepercayaan, dan juga perasaan mereka sangat diguncang selama menjalani misi tersebut. Pembubaran geng motor awalnya terdengar biasa, tetapi perlahan kenyataan-kenyataan mengejutkan keluar dan membuat mereka dilema. Apalagi kenyataan bahwa banyak rahasia-rahasia besar yang tersimpan dalam persatuan geng motor tersebut tanpa diketahui oleh sang ketua, juga ketiga agen remaja itu.  Misi kali ini adalah misi bercabang, siap atau tidak kelompok Elang harus tetap maju.  Lantas, bagaimana mereka bisa memecahkan misi tersebut?

Rachita_Julie · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
12 Chs

ADA PADA 3 HAL

Pertemuan ke dua dalam misi geng motor ini. Kelompok Elang harusnya sudah memulai rapatnya saat ini. Tapi sudah dua puluh menit berlalu dan Akhtara masih belum juga sampai ke ruangan ini. Seina dan Levino sudah merasakan kelopak matanya berat. Levino juga sudah beberapa kali menguap karena ngantuk. Seina menopang dagunya dengan tangan yang bersimpuh pada meja. Tatapanya kosong ke arah pintu ruangan Elang. Sedangkan Levino memainkan jam pasir yang ada di depannya. Akhtara tidak biasanya terlambat tanpa kabar seperti ini.

"Apa sebaiknya kita batalkan saja pertemuan kali ini?" ucap Levino yang sudah mulai bosan menunggu Akhtara.

"Jangan! Aku punya informasi penting. Tunggu beberapa menit lagi," ucap Seina. Ia yakin bahwa Akhtara pasti tidak lupa dengan pertemuan ini. Pasti ada sesuatu yang terjadi, atau jangan-jangan Akhtara dijegat oleh komplotan geng motor kemarin dan dihajar habis-habisan saat ingin ke sini.

Ia beralih menatap Levino yang tengah menguap di sofa. Akhtara memang sudah kelewat terlambat. Dua puluh menit bukanlah waktu yang sebentar.

"Maaf, aku terlambat," ucap Akhtara dengan napas yang menderu. Ia masuk ke dalam ruangan dengan keringat di badannya. Beberapa bagian pada mukanya lebam seperti luka tonjokan. Bajunya kotor, rambutnya juga acak-acakan, Akhtara terlihat sangat kacau kali ini.

"Ck, kau bukan lagi terlambat, tapi sangat terlambat!"ucap Levino kesal.

"Tadi geng motor yang kemarin menjegatku. Mereka mengenali motor dan helm yang kupakai. Aku sempat bertarung dengan ketua geng motor tersebut, namanya-"

"Tristan," sela Seina.

Ia berjalan ke arah sofa menghampiri Levino dan Akhtara sambil membawa laptopnya. Seina memperlihatkan apa yang sudah ia dapat dari laptopnya. Semua biodata anggota geng motor tersebut lengkap dengan foto masing-masing anggotanya.

"Kau dapat dari mana?" Levino mengerutkan dahinya bingung.

Seina menyunggingkan senyum, "Mudah saja, Tristan ternyata temanku saat di sekolah dasar. Aku menemukan biodata mereka dari akun-akun sosial media yang dimiliki Tristan. Saat menonton video tadi, aku kurang jelas melihat wajahnya, tapi saat kemarin kita berpapasan aku kenal betul dengan dia, pencuri kecil," Seina menyunggingkan senyumnya.

Senyum Akhtara dan Levino merekah saat melihat data-data yang dikumpulkan Seina. Mereka menatap dengan teliti setiap informasi yang tertera pada layar laptop Seina.

"SMA Harious?" ucap Akhtara saat melihat kolom data riwayat sekolah ketua geng motor tersebut.

"Yaps, Tristan bersekolah di SMA Harious kelas XII IPA 1."

"Itu tandanya Tristan adalah anak orang kaya?" Levino menoleh ke arah Seina. Ia menunjukan ekspresi terkejut dan penasaran bersamaan. Seina tersenyum dan mengangguk menjawab pertanyaan Levino tadi.

"Bukan hanya kaya, Tristan juga anak yang pintar. Ayahnya punya banyak koneksi di kota ini, jika kita salah ambil jalan dan ketahuan. Mungkin organisasi ini akan ditutup atau dihancurkan oleh ayahnya."

"Jadi itu sebabnya kenapa Pak Geraldo memberikan misi ini sangat lama dan penuh pertimbangan?" tanya Akhtara sambil mengusap dahinya yang berkeringat. Seina mengangguk, tatapanya serius ke arah laptop yang kini menampilkan foto Tristan.

"Hanya ada satu cara untuk membubarkan geng motor ini," ucap Seina serius.

"Apa?" Levino dan Akhtara berkata bersamaan.

"Karena pada dasarnya lelaki akan tunduk pada tiga hal. Harta, tahta, dan wanita. Tristan sudah punya keduanya, ia adalah putra dari pengusaha yang kaya raya, dia juga bos geng motor yang berkuasa di banyak wilayah. Tapi untuk masalah wanita, aku tidak pernah mendengar jika Tristan mempunyai kekasih."

"Jadi maksudmu kau ingin menjadi wanitanya?" ucap Levino dengan nada bicara yang agak tinggi. Seina mengangguk.

"Tidak ada cara lain, kita kalah jika melawan dengan kekuatan, apalagi uang. Hanya ada satu cara yaitu hancurkan hatinya, buat dia luluh dan pada akhirnya dia yang akan menghancurkan gengnya sendiri,"ucap Seina sambil menatap Levino yang terlihat tidak terima dengan rencananya.

"Kau benar, tapi bagaimana jika kau yang hancur dan terluka?" ucap Akhtara khawatir.

"Betul, bagaimana jika kau yang hancur? Kau ingat apa peraturan Elang yang terakhir? Saling menjaga satu sama lain, jika kau hancur atau terluka itu tandanya kami gagal menjagamu!" ucap Levino yang semakin meninggikan suaranya.

"Levino, apa waktu dua tahun kurang untukmu mengenal diriku? Aku bukan tipe gadis yang mudah jatuh cinta."

"Tapi bagaimana jika-"

"Levino, Seina benar. Tidak ada cara lain lagi selain ini. kau harus mengerti, jangan bertingkah bodoh lagi seperti waktu itu," Akhtara menepuk bahu Levino pelan.

Levino membuang muka. ia tidak terima jika Seina harus mengorbankan dirinya untuk misi ini. Apalagi saat tau bahwa rencananya adalah untuk meluluhkan hati Tristan dan Akhtara mengiyakan rencana Seina. Kesal, menyebalkan, dan kecewa. Levino merasakannya bersamaan. Harusnya ia mendukung rencana ini untuk membubarkan geng motor tersebut, tapi kenapa malah seperti ini. ia membantah keras-keras rencana yang dibuat Seina.

"Aku tidak mau tau seberapa tidak setujunya kau dengan rencanaku, dan jika dilihat dari suara, kau kalah. Kau satu dan aku dua, itu tandanya rencanaku akan tetap dipakai,"Seina menutup laptopnya, lalu beranjak dari sofa.

"Minggu depan, aku akan pindah sekolah ke SMA Harious untuk melancarkan misi ini. Pak Geraldo juga sudah mengijinkan dan mau membantu mengurus kepindahanku. Dengan begini langkah kita untuk membubarkan geng motor tersebut jadi lebih mudah," ucap Seina sambil memasukan barang-barangnya ke dalam tas.

"Tapi apa kau yakin bisa mengatasi ini?" Akhtara berdiri, membantu Seina memasukan barang-barangnya yang tergeletak di atas meja.

Seina mengangguk mantap, "Yakin."

Levino hanya bisa diam mengikuti cara main Seina. Toh, apa lagi yang ia mau bantah? Semua sudah jelas. Akhtara setuju, Seina setuju, bahkan pamannya juga ikut membantu. Tidak masuk akal jika Levino membantah rencana ini dengan alasan ia merasakan sesuatu di hatinya. Suatu rasa yang lazim di umurnya yang remaja.

[YOUNG AGENT]

Levino dan Akhtara sedang asik bermain game playstation di kamar Levino. Mereka berdua menghabiskan hari libur dengan memainkan semua game yang baru dibeli Akhtara kemarin. Levino yang biasanya tampak semangat jika diajak bermain game kali ini malah terlihat tidak selera. Wajahnya terus tertekuk dan tidak fokus saat bermain. Akhtara menyadari bahwa ada yang terjadi pada Levino.

"Kau cemburu ya?" Akhtara berkata di sela bermainya.

Levino menoleh ke Akhtara dengan dahi berkerut, "Cemburu karena apa?"

Akhtara tertawa kecil sambil tetap fokus bermain game, "Jangan pura-pura, aku tau kau cemburu karena Seina akan dekat dengan cowok lain mulai Senin besok."

"Maksudmu aku cemburu karena Seina akan mendekati Tristan?" Akhtara mengangguk sambil memasukan snack ke mulutnya.

Levino mendengus geli di tempatnya. "Mana mungkin, Seina itu bukan tipeku! Lagipula kau sendirikan yang membuat peraturan kalau kita tidak boleh saling jatuh cinta?"

"Kalau seandainya waktu itu aku tidak membuat peraturan 'dilarang jatuh cinta' apa saat ini kau akan berpacaran dengan Seina?" Perkataanya kali ini sukses membuat Levino mematung dan agak tergagap saat ingin menjawab pertanyaannya.

"Em… Tetap saja tidak! Kan sudah kubilang kalau Seina bukan tipeku. Memang kenapa kau bicara seperti ini? kau suka padanya?"

Kali ini, Levinolah yang membuat Akhtara mematung. Ia sedikit meremas stick playstationnya saat kata-kata Levino tadi tertangkap oleh gendang telinganya. Sebuah pertanyaan skakmat dari Levino.

"Tidak! Bagaimana bisa aku menyukainya?" Akhtara tertawa pelan, "Ada-ada saja."

Mereka berdua kini merasa canggung satu sama lain. Topik pembicaraan tadi membuat suasana dalam kamar Akhtara menjadi kurang nyaman. Bahkan posisi duduk yang diambil mereka berdua terasa sangat tidak enak sekarang. Entah akan sampai berapa menit kecanggungan semacam ini berlangsung, Levino dan Akhtara sama-sama membiarkan kecanggungan dan keheningan menguasai ruangan ini. Untungnya suara game yang sedang mereka mainkan bisa menyamarkan kecanggungan yang ada di ruangan ini.

[YOUNG AGENT]

"Seina kau yakin dengan keputusanmu?" ucap Yuni- Ibu Seina. Ia duduk di sisi lain tempat tidur Seina sambil menatap gadisnya yang sibuk menyiapkan buku dan seragam untuk besok.

"Aku yakin Bu, Ibu tidak usah khawatir. Aku bisa mengatasinya, Tristan itu temanku saat sekolah dasar. Jadi, mudah bagiku untuk menjalani misi ini," ucap Seina santai.

"Tapi bagaimana jika-"

"Bu… Seina sudah besar. Seina tau mana yang bahaya dan tidak. Lagipula bersekolah di SMA Harious adalah keinginanku, walaupun hanya satu tahun tapi setidaknya aku bisa merasakan bagaimana rasanya bersekolah di sana tanpa harus khawatir memikirkan biaya," Seina menatap ibunya dengan tatapan lembut. Tanganya terulur memegang telapak tangan ibunya yang tidak selembut dulu. Seina memberikan senyuman paling manis yang ia punya pada ibunya.

"Bu, percaya padaku, aku bisa mengatasi semuanya," Seina mendekat ke arah ibunya. Tanganya merentang, menangkap tubuh hangat ibunya. Seina memeluk ibunya yang dari tadi menampilkan wajah khawatir. Perlakuan Seina pada ibunya membuat rasa khawatir yang tadinya menyelimuti ruangan ini mendadak sirna. Seina menggantikan kekhawatiran ibunya dengan rasa kepercayaan.