webnovel

Chapter 18

Pagi hari yang cerah tidak mengusik seorang pemuda yang sedang tertidur lelap di atas kasurnya. Suara burung yang merdu menambah suasana pagi hari itu lengkap.

Kringg

Suara alarm mengusik tidur lelapnya dan membuat ia menegakan badannya walaupun nyawana belum terkumpul semua.

" Hoaam, lelah sekali. Sudah lama aku tak pernah merasakan hal ini"

Pemuda itu pun mulai bearanjak dari tempat tidurnya dan memasuki kamar mandi untuk melaksanakan kewajibannya setiap pagi sebelum memulai aktivitasnya.

Setelah pemuda itu selesai mandi terdengar bunyi ponsel yang nyaring.

Drtt

Drtt

Panggilan telpon membuatnya mendekati meja nakas yang terdapat di dekat ranjangnya.

" Hm, Daddy, Tumben sekali pagi-pagi menelpon"

Ia mengangkat telpon tersebut sambil menghela nafas.

" Selamat pagi Daddy ku tercinta, apa ada yang anda butuhkan" Sindiran keras ia berikan kepada Jason.

" Anak kurang ajar kamu Vin"

Mereka pun tertawa dengan kekonyolan itu.

" Hahaha, maaf Dad. Tak biasanya kau menghubungiku pada pagi hari"

" Sepertinya kau tidak senang Daddy mu ini menelpon"

Kevin terkekeh kembali.

" Jadi, Sepertinya ada hal penting yang akan Daddy sampaikan, sampai menelpon ku sepagi ini"

" Kau memang putraku yang tanpa basa-basi"

Kevin hanya tersenyum mendengar itu.

" Vin, kau gantikan Daddy rapat untuk nanti siang dengan paman mu"

" Baik, tapi alasan Daddy menyuruhku menggantikan Daddy itu apa? Tak biasanya Daddy menyuruhku menggantikan rapat, apalagi dengan paman"

" Secara singkatnya semalam ada hal yang mengejutkan dan ini mengancam keselamatan adikmu, untuk lebih detailnya nanti malam kita bahas, datanglah ke rumah"

Kevin terkejut dengan mendengar kata keselamatan adiknya.

" Apakah ini masalah sangat besar? Dea sakit apa?"

" Bukan penyakit Vin tapi seseorang. Dan Daddy minta dimulai hari ini perintahkan salah satu anak buah kepercayaanmu menjaga Dea"

" Baik Dad, nanti aku perintahkan"

" Baguslah, hari ini Daddy akan berdiskusi mengenai hal ini dengan putranya Roy di kantornya"

" Tungu, maksud Daddy putra Roy Mahendra?"

" Ia, kau mengenalnya?"

" Tidak Dad, tapi kau tahu alasanku ke kantor itu dikarenakan putrinya"

Suara tawa terdengar di sebrang telpon membuat Kevin menghela nafas dan ia sebenarnya merasa malu.

" Sudahlah Daddy. Kalo begitu aku tutup, sebentar lagi aku akan pergi ke kantor"

Kekehan Jason masih terdengar " Baiklah nak, selesaikan kewajibanmu sebagai penerus yang baik yah"

Setelah Jason mengakhiri panggilannya Kevin pun menutup mukanya yang memerah " Astaga " tapi tak lama kemudian mimik mukanya kembali serius " Apa yang terjadi dengan Dea" gumamnya.

*Kediaman Mahendra

Terlihat Reina dan Abangnya sedang menikmati sarapannya bersama tamu mereka ' Raisa'.

" Hari ini kalian tidak ada jadwal kuliah kan? "

Mereka menganggukan kepalanya bersama.

" Kalian beristirahatlah di rumah, dan jika ingin pergi hubungi Angga terlebih dahulu "

" Baik Bang /Kak"

Mereka pun melanjutkan acara sarapannya dengan hening sampai suara gaduh terdegar dari arah ruang tamu.

" Ayo lah Rose, seminggu saja yah"

" Aku bilang ngak yah ngak Roy"

" Mereka sudah dewasa ini, kita tinggalin seminggu lagi juga ngak akan terjadi apa-apa"

Percekcokan Suami-Istri tersebut membuat Reno menghela nafas dan beranjak untuk menemui kedua orang tuanya.

" Kalian selesaikan saja dulu sarapannya"

" Ia Bang"

Raisa yang mendengar kehebohan tadi hanya melirik Reina dan Reno yang membuang nafas berat. Raisa sudah tahu kelakuan kepala rumah tangga disini baik dari kekonyolannya, kewibawaannya dan semuanya, karena ia sudah mengenal dekat dan berteman lama dengan Reina.

Selama Reina dan Raisa menghabiskan sarapannya, Reno segera melihat ke arah Ayahnya yang sedang membujuk Bundanya.

" Ayah kenapa Bun?"

Kedua orangtuanya langsung melihat kearahnya.

" Reno " Ayahnya berbinar melihat putranya yang mendekat.

Rose yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya lelah.

" Ayah Kenapa?" Reno menahan dengusannya dengan sikap kekanak-kanakan ayahnya.

" Ada yang mau Ayah bicarakan dengan kamu dan juga Reina, dan dimana adikmu itu?" Kepala keluarga tersebut mendudukan dirinya di sofa single.

" Reina masih sarapan bersama Raisa"

Bundanya melirik ke arah Reno dengan mata berbinar " Putri kedua ku ada disini juga?"

Reno yang mengerti itu hanya mengangukan kepalanya. Memang Raisa adalah sahabat Reina tapi Rose juga sudah menganggap Raisa putri keduanya karena ia senang dengan keberadaan Raisa yang sering menemani putrinya apalagi Raisa memiliki hobby berbelanja sama dengannya.

Tak lama kemudian Reina datang ke arah mereka bersama Raisa.

" Putriku " bukan Rose yang berbicara dengan binar itu tapi Roy yang memanggil putrinya dengan sangat semangat.

" Ada apa dengan Ayah?" tanya Reina melirik Abangnya dan dijawab gelengan Reno.

" Abang juga belum tahu Dek"

Rose yang dari tadi memperhatikan Raisa menariknya untuk duduk di sofa bersamanya.

" Raisa"

" Selamat pagi Tante, Om" Raisa membungkuk sedikit badannya untuk memberi salam kepada orangtua sahabatnya itu.

" Tante senang kamu disini, siang ini kita pergi shopping yah, sudah lama kita tidak pergi bersama"

Raisa tersenyum berbinar dan menganggukan kepalanya " Baik Tan"

Sedangkan ketiga orang lainnya hanya menghela nafas dengan kegilaan wanita karier itu yang memiliki hobby Shopping.

" Mulai "

" Selalu saja"

" Astaga "

Batin ketiga orang tersebut.

" Kalian kenapa?" Rose mengalihkan pandangan kepada anak dan suaminya yang menghela nafas.

Mereka bertiga hanya tersenyum " Tidak ada Bun" ucap mereka kompak.

" Sudahlah, kalian bisa duduk kan? Ayah mau bicara penting nih"

Reina dan Reno saling melirik dan menganggukan kepalanya ' Sepertinya masalah sepele ' batin mereka berdua kemudian mereka menduduki sofa yang bersebrangan dengan Bundanya.

" Jadi?" tanya Reno yang ingin segera selesai dengan urusan ayahnya ini, dikarenakan dia sedang berburu waktu untuk ke kantor.

" Kau sungguh tak sabaran sekali sih" Jawab ayahnya sinis yang membuat muka Reno masam.

" Ayo lah ayah, masih banyak pekerjaan yang harus aku lakukan"

Roy kesal dengan alasan putranya kemudian ia mengalihkan pandangannya kepada putrinya.

" Baiklah, Ayah dan Bunda besok akan pergi ke sidney untuk memulai bulan madu ke 10 kita"

" Aku bilang ngak yah ngak Roy" Rose yang awalnya sudah happy kembali kesal dengan perkataan suaminya.

" Ayolah Beb, kita perlu liburan dari urusan kantor yang kacau kemarin"

" Pokoknya aku ngak mau ninggalin putra putriku yang manis itu"

" Mereka sudah dewasa"

Rose pun mengalihkan pandangan kepada kedua anaknya untuk meminta tolong dan hanya diberikan dengusan oleh Reno dan senyum kaku Reina.

" Tapi.."

" Sudahlah Bun, Abang bisa jagain Adek kok tenang aja. Bunda juga pasti lelahkan dan ingin liburan" Reno memberi pendapatnya dengan meyakinkan Bundanya.

Rose melirik ke arah Reina.

" Ia Bun, Reina masih ada Abang kok dirumah"

Roy yang mendengar dukungan kedua anaknya pun senang dan menyeringai ke arah istrinya yang membuat Rose semakin sebal.

" Kalian berdua kenapa sih dukung ayah kalian, Bunda kan masih kangen sama kalian"

" Bunda kesana juga kan buat bersenang-senang sama ngehilangin penatkan? Nanti setelah Reina Libur kita pergi sekeluarga bagaimana?" Reina yang ngak terlalu tega melihat bundanya dan berpendapat.

Dan itu berhasil membuat Rose berbinar " Benar yah, Putriku harus menepati janjinya"

" Ia bun, Reina janji" Reina tersenyum dan menyenggol Abangnya dengan sikunya.

Reno yang mengerti senggolan itu berkata " Abang juga"

Roy yang tak dapat menahan kegembiraannya mulai berjalan kearah kedua anaknya dan memeluknya.

" Anak- anak ayah pintar" bisiknya dan ia melirik Rose.

" Aku menangkan?"

Rose hanya mendengus pasrah.

Kemudian Roy mengeluarkan Black cardnya " Untuk hari ini bersenang-senanglah dengan kedua putrimu, dan belikan putramu beberapa setelan baru"

Rose pun berbinar " Oke"

Melihat perubahan muka Bundanya Reno dan Reina hanya menggelengkan kepalanya, sedangkan Raisa hanya tersenyum dengan semua drama di keluarga itu.

" Kalo gitu Abang berangkat kerja dulu " Reno pun berdiri dan mencium kening Adiknya dan Bundanya, tak lupa ia berbisik kepada Reina " Nanti ada yang jagain kalian dari jauh jadi ngak usah takut yah"

Reina yang mendengar itu menganggukan kepalanya dan ikut berbisik " Terima kasih Bang"

" Hm"

Reno pun berlalu dari sana.

" Ayo kalian siap-siap dulu buat pergi ke Mall"

Rose pun melangkahkan kakinya ke kamarnya untuk bersiap-siap.

" Kalian berhati-hati yah, Ayah mau pergi bertemu teman-teman ayah dulu"

" Baik Yah/ Om"

Setelah kepergian Roy, Reina membawa Raisa ke kamarnya untuk mengganti setelan santai mereka.

" Na" Raisa melirik Reina yang berada di depannya.

" Ia Sa, kenapa?"

" Kita hubungi Angga untuk ikut jangan?"

" Ngak usah Sa, tapi kita bilang aja mau pergi dengan Bunda dan diawasi Bodyguard Abang"

Raisa yang mengerti pun segera mengetikan pesan kepada kekasihnya, dan ia bersyukur memiliki sahabat dan kekasih yang selalu ada untuknya.