webnovel

YOU AND ME? THEN HIM?

Kehidupan lelaki bernama Rivarrel Avandy Ryszard yang tenang seketika saja berubah drastis saat beberapa orang dari masa lalunya mengungkap kehidupan lama. Ingatannya tentang masa lalu membuat ia kembali menjadi sosoknya saat itu. Saat dimana ia begitu dekat dengan orang-orang tersebut. Sesosok orang yang ia kenal menjadi musuhnya saat itu. Sayangnya, Rivarrel sama sekali tidak mengetahui siapa dia. Dan berbagai masalah pun mulai terjadi. Kejadian-kejadian tak terduga mulai menghantui kehidupan Rivarrel yang tenang. Orang-orang dari masa lalu mencoba untuk menyelamatkannya dari beberapa kejadian tersebut. Apa yang akan dilakukan mereka? Lalu bagaimana Rivarrel menjalani hidupnya yang semakin terancam? Dan siapa sosok yang dikenal Rivarrel itu? Silahkan dibaca.

ookamisanti_ · Urbain
Pas assez d’évaluations
135 Chs

Chapter 4

"Maaf!"

Ketika ingin berjalan, tiba-tiba seorang murid SMP tak sengaja menabrak Kimi dan menumpahkan air minumnya. Kimi menatap seragamnya yang tadi berwarna putih kini berubah menjadi warna jingga. Ia menatap lelaki didepannya ini yang tengah menundukkan kepala karena takut.

"HEH! KALAU JALAN TUH LIHAT-LIHAT DONG. NIH BAJU GUE JADI KOTOR. BEGO BANGET SIH" Teriak Kimi memarahi lelaki itu. Teriakan Kimi mampu membuat seluruh murid mengarah kepada mereka. Kimi mendorong tubuh lelaki itu dengan kasar. Karena lelaki ini sedari tadi diam dan tak membalas ucapan Kimi.

"Minta maaf gak?" suruh Kimi sembari memegang telinga lelaki ini dengan kasar.

"Maaf kak. Aduhh ampuunn..." ucap murid SMP itu menengadahkan wajahnya menatap Kimi. Kimi sedikit tersentak dengan apa yang ada dihadapannya itu. Ia pun menyadarkan dirinya. Saat itu pun Raveena dan Vernatha ikut terkejut. Lalu mereka berdua saling tatap menatap.

"Kim, bukannya dia-"

"Bukan!" tukas Kimi dengan cepat.

"Dasar cupu loe," omel gadis itu dengan sangat kesal. Ia sama sekali tak terima dengan apa yang terjadi dengan seragamnya. Apalagi noda itu sepertinya sulit untuk dibersihkan.

"Udah Kim, kasihan gue lihatnya. Udah dong maafin aja." suruh Vernatha.

"Enak aja loe. Baju gue nih sasarannya."

"Tapi Kim, dia kan gak sengaja. Mungkin."

"Diem deh loe."

"Ammppuunn kak. Aku gak sengaja, sumpah. Maaf kak" jawab lelaki itu memberanikan dirinya. Kimi sedikit terdiam saat ia mendengar suara anak SMP itu. Seketika saja ia kembali menggelengkan kepalanya. 'Itu bukan dia'pikirnya dalam hati.

"Apa? gak ada kata ampun buat loe. Loe udah bikin baju gue kotor. Gue minta ganti rugi."

"Kan cuma baju kak. Lagian itu bisa dibersihin." jawab lelaki itu tanpa dosa. Ia tak bermaksud melawan Kimi, hanya saja apa yang ia katakan sepertinya salah dan membuat gadis itu tambah kesal.

"HEH! LOE BERANI SAMA GUE HAH?" Teriak Kimi lagi dan semakin menarik telinga lelaki berbaju SMP itu.

"Maaf, kak ampuun..."

"Iishh.." Kimi melepaskan tangannya dari telinga sang lelaki. Lalu ia menggenggam kasar kerah baju lelaki itu dan menatapnya tajam.

"Awas loe kalau ngelakuin hal itu lagi sama gue, gak segan-segan gue bakal mutilasi loe. Ngerti?" ancam Kimi dan melepaskan genggamannya dengan kasar. Ia pun menabrakkan bahu ke bahu lelaki itu dan meninggalkannya begitu saja. Kimi langsung ke toilet untuk membersihkan noda di seragam putihnya. Saat di toilet, Kimi malah terlihat melamun. Wajah gadis ini cukup pucat dan nafas sedikit terengah-engah. Apa yang ia lihat barusan? Kimi mencoba mengingat-ingat sesuatu setelah kejadian tadi dengan anak SMP itu.

"Argh sial! Dia kan cowok yang tadi pagi nabrak gue. Ck, awas aja ya?" geram Kimi. Mata Kimi menatap tajam pantulan wajahnya di cermin. Kekesalannya menjadi memuncak setelah ia ingat sesuatu.

*****

Jam pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Varrel berlari sekuat mungkin menghindari kejaran seseorang. Ia menatap ke arah belakang dan terdapat dua lelaki yang mengejarnya. Ia tetap berlari melewati koridor-koridor sekolah yang sudah lumayan sepi. Hanya ada beberapa orang disana. Keringat bercucuran didahi dan leher membuat kerah baju miliknya sedikit basah. Rambutnya yang gondrong menari-nari seiring dibawa angin. Ia menatap arah depan. Arah gerbang sekolah masih sangat jauh.

Ya, Varrel mendapatkan masalah saat ia akan pulang. Saat itu, Alvin sudah pergi terlebih dahulu, sedangkan Varrel masih sibuk dengan buku-buku yang akan ia kembalikan ke perpustakaan. Saat berjalan dikoridor, ia tak sengaja menabrak dua lelaki SMA yang badannya cukup besar. Lelaki SMA itu merasa kesal dengan Varrel lalu mencoba untuk memukulnya. Kebetulan jalur menuju ke perpustakaan yang ia ambil adalah melewati koridor SMA.

Varrel terus-terusan mencoba untuk meminta maaf dan menjelaskan bahwa ia tak sengaja menabrak mereka karena terburu-buru. Bukannya memaafkan, kedua lelaki SMA itu malah membully Varrel. Karena kesal, Varrel pun salah mengambil tindakan. Ia menendang mereka dan memukul wajah mereka. Setelah itu Varrel melarikan diri dari mereka. Tentu saja mereka geram dan mengejar lelaki cupu yang selalu menabrak orang itu.

Kaki Varrel sudah sangat lemas tetapi ia tetap berlari menjauhi mereka. Lelaki SMP itu melihat kembali ke arah belakang lagi dan ternyata mereka sudah sangat jauh darinya. Ia pun membelokkan larinya mengarah ke gudang dan menutup rapat-rapat pintu ruangan itu lalu mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. Tak ada siapa-siapa disana. Varrel pun menghela nafas lega dan duduk menyender ke pintu. Ia terlihat sangat letih dengan dada yang naik turun.

Varrel terkejut setelah mendengar derap langkah seseorang yang sepertinya menuju ruangan ini. Ia pun pergi menuju ke sebuah lemari besar. Varrel membuka lemari itu. Isinya hanya sebuah kardus yang berisi buku-buku pelajaran tahun lalu. Ia pun mengeluarkan kardus-kardus itu dan masuk ke dalam lemari bermaksud untuk bersembunyi. Varrel mengalihkan matanya ke penjuru lemari, ia tak sengaja melihat sebuah pintu yang ia injak. Ya, sebuah pintu ruang bawah tanah. Varrel yang terkejut pun langsung membuka pintu itu. Dengan kebetulan pintu tersebut tak dikunci. Ia pun masuk kedalam sana. Dilihatnya ada sebuah tangga untuk turun ke bawah lalu tanpa berpikir panjang ia langsung turun ke dalam ruangan itu.

"DIMANA ANAK ITU?" teriak seseorang membuat lelaki ini menutup pintu.

Dilihatnya ada sebuah lorong lumayan panjang. Ada rasa takut untuk pergi lebih dalam lagi karena cahaya yang minim. Tapi, Varrel pun menggelengkan kepalanya dan dengan keberanian yang kuat lelaki ini menelusuri lorong itu. Semakin ke dalam semakin gelap. Varrel segera mengeluarkan handphonenya dan menyalakan flashlight untuk menerangi tempat ini. Ia semakin dalam menelusuri lorong dan rasa penasarannya pun semakin tinggi.

Belum sampai 5 menit berjalan, Varrel kembali dikejutkan dengan sebuah pintu berbesi. Dan disampingnya terdapat tombol-tombol yang sepertinya ruangan ini sudah diberi password.

"Passwordnya apa?" tanyanya pada diri sendiri. Ia sedikit teringat akan tanggal ulang tahun sekolahnya dan menekan tombol itu.

"121088"

"Nomor yang ada ketik ... salah!"

Varrel terkejut dengan suara yang ada disana. Ia pun kembali mengingat apa passwordnya. Ia mencoba memakai tanggal lahir kepala sekolah dan tetap saja salah.Varrel semakin frustasi dan mengacak-acak rambut. Lelaki itu begitu penasaran dengan apa yang ada dibalik pintu berbesi itu. Mungkinkah harta karun atau sebuah uang? Itulah yang ada dipikirannya saat ini. Lelaki ini kembali teringat akan tanggal lahir dirinya. Dengan iseng ia mencoba. Seketika saja ia terdiam cukup lama saat tangannya sudah memasukkan digit tanggal kelahirannya. Ia mematung dan tak menyangka ternyata password itu benar.

"Apa gue yang punya sekolahan ini? Sampai-sampai sekolahan ini pakai password tanggal lahir gue?" tanya Varrel bingung. Segeralah pintu itu terbuka dengan sendirinya. Cahaya yang memantul membuat lelaki ini menyipitkan mata. Saat matanya sudah bisa melihat dengan jelas kembali, ia pun langsung melototkan matanya dengan lebar. Ia sangat-sangat terkejut dengan apa yang ada didalam ruang bawah tanah itu.

Bersambung ...