webnovel

Hadiah

Perlahan aku mulai membuka mataku dan mendapati diriku masih berada di ruang tamu,aku teringat bahwa sehabis berbelanja aku kecapean dan langsung tidur disini.

Aku segera bangkit dan melihat jam di handphone ku, betapa terkejutnya aku melihat jam menunjukkan pukul 18.30,aku pun bergegas segera mandi dan berganti pakaian dengan baju piyama tanpa lengan di padu celana pendek di atas lutut.

Aku pun memutuskan untuk turun ke dapur membuat cemilan ringan.Aku mencari kesana kesini keberadaan William tapi tidak ku temukan,'mungkin dia masih bekerja' pikirku positif thinking.

Tiba-tiba aku mendengar suara pintu depan ada yang membuka,aku pun segera menuju ke depan untuk memastikan siapa yang membuka pintu.

"Oh,kamu will.Aku kira siapa yang membuka pintu."

"Maaf membuatmu kaget Bell.Bagaimana jalan-jalan mu dengan jordan?"

"Jalan-jalan apa!Aku sangat lelah di bawanya kesana kesini."

"Haha seperti itu lah dia, Bell.Oh iya,ayo kita makan malam bersama." ajaknya kepadaku.

Aku pun segera mengikutinya ke arah dapur dan membuka bungkusan makanan yang dia bawa,betapa terkejutnya aku melihat isi makanan Ala-ala Restauran terkenal.

"Memang bisa makanan Restauran di bungkus?"

"Apa yang gak bisa kulakukan!membawa restauran ya kesini pun aku bisa loh." ujarnya mengedipkan matanya sebelah kepadaku.

Aku pun terdiam tanpa kata mendengar sedikit kesombongannya.

Kami pun duduk bersama menyantap makan malam.

"Oh iya Bell,tadi pagi sekertarisku yang mengangkat telponmu saat aku pergi sebentar."

"Oh, iya tidak apa-apa."

'Buat apa dia menjelaskan hal itu kepadaku?' pikirku sambil menyantap makananku.

"Hm,aku baru ingat kedua orang tuaku memesan tiket pesawat dan villa di Paris."

"Untuk apa?"

"Untuk kita berbulan madu."

"APA???" ucapku terkejut mendengarnya

"Ma-maksudku itu rencana kedua orang tua ku saja.Kita anggap saja sedang berlibur disana." jelasnya kepadaku.

"Ahh... baiklah kalau begitu.Aku belum pernah kesana juga." ucapku lega mendengarnya dan menyelesaikan makananku.

"Padahal ayahmu pembisnis handal.Aku pernah melihatnya membawa ibu mu dan adikmu berlibur di bali." ucapnya melihatku yang sedang membersihkan meja setelah kami makan.

"Mereka bukan ibu dan adikku!" jawabku sinis menimpali perkataan ya.

"Hmm, maafkan aku ya." ujarnya merasa bersalah.

"Tidak masalah Will,lupakan saja." ujarku tidak peduli sambil mengangkat piring ke tempat wastafel.

"Tenang saja Bell,aku punya semua ya! kamu akan ku ajak kemana saja yang kamu inginkan." ujarnya tersenyum kepadaku.

Aku pun membalas senyuman ya dan melanjutkan mencuci piring.

"Maaf ya kalau disini tidak ada seorang tukang bersih-bersih rumah karena aku tidak suka ada yang tahu kehidupan pribadiku."

"Tidak masalah, aku sudah terbiasa Will." Akhirnya aku selesai membersihkan piring-piring bekas makan kami.

"Baiklah Will,aku mau naik ke atas."

"Duluan lah Bell,aku masih harus menyelesaikan berkas-berkas sebelum kita pergi ke paris."

"Baiklah." ucapku ingin berlalu dan terhenti setelah William meminta sesuatu.

"Hmm Bell, bisakah aku minta tolong kepadamu untuk membuatkan ku segelas kopi?"

"Tentu saja bisa Will."

"Baiklah,nanti antar ke ruangan kerjaku saja.oke?" ujarnya berlalu ingin pergi.

"Oke, will."

Aku pun segera membuatkan segelas kopi untuk William dan langsung membawa ke ruangan kerja ya.

Aku masuk perlahan-lahan ke ruangan kerja William dan melihat Ia sedang mengutak-atik laptop di atas mejanya.Aku terpana melihat suasana ruang kerja ya mirip seperti perpustakaan.Banyak sekali buku-buku disini.Aku melihat buku-buku yang ada di rak dan membaca setiap judul dari buku-buku ini.Ilmu kedokteran forensik,'Wahh, ternyata ada buku ini disini!' pikirku antusias menemukan buku yang sangat berharga menurutku.

"Hmm,Will bisa kah aku meminjam buku ini?"

Ia menatapku yang sedang memegang buku ini,dan dia mengangguk tersenyum kepadaku.

"Kamu boleh pinjam buku apa saja disini Bell, tidak ada yang melarangmu."

"Terimakasih Will.Aku ke kamar duluan ya.Selamat malam Will."

"Selamat malam Bell."

Aku pun segera berlalu dan menuju kamarku.

Aku langsung duduk di kursi belajarku dan membaca setiap isi dari buku yang ku pinjam tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 21.00,Aku pun terpaksa harus menyudahi apa yang kubaca karena aku sudah mulai merasa mengantuk.

******* ****** ******* *******

Paginya aku mendapati seorang perempuan memakai jas hitam dan celana kerja hitam,caranya berpakaian mirip seperti asisten Jordan.

"Selamat pagi nona,saya iris di tugaskan oleh tuan menjadi asisten pribadi nona." ujarnya seraya menundukkan kepalanya.

"Aku?Punya asisten?"

"I-iya nona, apa ada yang salah dengan saya?" ujarnya kebingungan melihat dirinya untuk menilai apa yang salah.

"Eh.. ti-tidak.Kamu tidak salah hanya saja untuk apa aku punya asisten pribadi juga?"

"Nona anda adalah istri tuan yang sangat berharga.Justru itu saya harus melindungi nona segenap jiwa raga saya!" ujarnya bersemangat.

Aku pun sontak tertawa mendengarnya

'Ah.. seandainya dia tahu pernikahan ini cuman kontrak,pasti dia tidak se semangat ini.' pikirku tiba-tiba sendu.

"Ada apa nona?" tanya ya menatapku yang tiba-tiba berubah sendu.

"Ah tidak apa-apa iris."

"Baiklah nona kalau begitu mari ikut saya." ujarnya mengajakku.

"Kemana?Aku harus pamit dulu dengan Wi.. ma-maksudku suamiku dulu."

"Tenanglah nona barusan suami nona pergi bekerja dan menyampaikan kepada saya kalau hari ini saya harus membawa nona kesuatu tempat."

"Kemana?" ujarku masih terheran.

"Rahasia nona." ujarnya bersikap sigap dan tersenyum menatapku.

'Apakah semua asisten yang dia miliki mempunyai kepribadian unik seperti ini.' pikirku melihatnya.

"Baiklah aku ganti baju dulu."

"Baik nona akan saya tunggu di depan." seraya ya sambil berlalu pergi.

Aku pun segera mengganti baju ku dengan Dress levis di atas lutut,dipadu dengan sepatu kets putih dan tas selempang hitam mini, tidak lupa rambut ku kuncir satu kesamping.

Setelah selesai aku bergegas turun dan langsung masuk ke dalam mobil yang di kendarai oleh Iris.Iris pun menyetir dengan perlahan.

"Nona aku tidak menyangka tuan sangat sangat menyanyangi mu." ungkapnya senang.

"Hmm.maksudmu?"

"Semenjak tuan di tolak oleh seorang wanita.Tuan menjadi dingin terlebih tuan suka berganti-ganti pasangan."

"Aku pikir itu hanya rumor."

"Sebagian benar sebagian tidak nona."

"Apakah wanita itu sangat cantik?"

"Sangat cantik nona tapi lebih cantik nona." ujarnya tersenyum sambil menatapku yang berada duduk di sebelah ya kemudian berfokus lagi menyetir.

"Haha kamu ini Iris bisa saja memuji."

"Serius aku nona!" ucapnya sedikit cemberut.

"Nah kita sudah sampai nona."

Aku pun terkejut melihat bangunan luas yang yang menyerupai sebuah kantor.

"Dimana kita?"

"Ini adalah kantor tuan Nona."

"A-APA?? A-aku tidak mau masuk!" ucapku menciut.

"Kalau nona tidak mau masuk maka saya dengan terpaksa menelpon tuan."

"Terserah mu yang penting aku tidak mau kesana!" ucapku bersikeras.

Aku pun mendengar Iris menelpon William dan mengatakan aku tidak mau naik ke atas menemuinya.

Setelah menunggu beberapa jam kemudian,tidak jauh aku melihat William keluar dan menuju ke tempat ku.

Ia pun berbicara dengan Iris dan Iris menoleh kepadaku, menunduk seraya pergi menjauh dari kami.

"Maaf ya menunggu lama Bell."

ujarnya masuk kedalam mobil dan mulai menyetir.

"Kita mau kemana sih?"

"Aku mau kasih kamu sesuatu.Sebagai hak milikmu."

"Memang ya apa?"

"Ada deh." ungkapnya menyeringai.

Setelah lama perjalanan kami pun sampai di suatu tempat seperti taman tapi tidak ada seorang pun disini.

Di tengah-tengah taman ada sebuah kotak hitam yang sangat besar dan di ikat menyerupai kado raksasa.kami pun berjalan mendekati kotak tersebut.

"Ini apa?" ujarku menunjuk ke arah benda itu.

"Bukalah, ini sebagian hadiah kecil yang wajib ku berikan untukmu." ujarnya seraya tersenyum kepadaku.

"Hadiah?"

"Iya, kamu hari ini berulang tahun kan." ucapnya menatapku,aku sedikit terharu dengan apa yang dia lakukan saat ini karena biasanya tidak ada yang peduli dengan hari ulang tahunku.

Aku pun menarik salah satu pita ya dan terbukalah kado raksasa itu, betapa terkejutnya aku melihat sebuah mobil 'Lamborghini' berwarna hitam dan terukir namaku 'Bella' aku terdiam melihat benda itu dan menangis dalam diam karena sangat terharu.

"Bell, kok nangis?"

Aku segera menyeka air mataku

"Ma-maafkan aku Will.Aku terharu, terimakasih banyak.Seharusnya jangan mobil Will ini sangat mahal bagaimana aku bisa membayar ya." ucapku menahan tangis karena berpikir membayar ya bagaimana ke William.

Sontak saja ia tertawa mendengar perkataan ku.

"Memangnya aku tukang kredit mobil Bell." ucapnya mengejekku

"Tapi kan... "

"Hahaha udah Bell, ini mobil buat mu dan ini jadi hak milikmu.Aku terlalu banyak memiliki uang Bell makanya ku belikan mobil buatmu." ujarnya menjelaskan di iringi kesombongan ya yang seperti biasanya.

"Gak boleh boros loh!" ujarku menimpali

"Sudahlah Terima saja.Masih lebih banyak lagi yang harus kamu Terima dariku.Kamu kan istri dari Pengusaha terkenal di seluruh negara." ungkap ya menyombongkan dirinya lalu tersenyum manis di depanku.

'Harus kah aku menerima ini semua?Apakah ini keuntungan dari pernikahan ku.' pikirku menatapnya yang sedang antusias menjelaskan tentang mobil itu.

Aku pun tanpa sadar langsung memeluk William hingga membuatnya sedikit terkejut.

"Terimakasih Will.. Terimakasih sudah mengingat hari ulang tahunku." ucapku bersyukur.

Perlahan-lahan aku merasakan William mulai membalas pelukkan ku.

"Sama-sama Bell.Setiap hari selalu ada kejutan untuk mu." ujarnya tersenyum seraya aku melepaskan pelukkan ku padanya.Aku pun tersenyum menatapnya.