"Re-rencana?" Ulang Ibrahim linglung.
"Dasar pelupa, bukannya kita mau adakan latihan basket Minggu depan? Sudah lama sekali kan kita tidak bermain itu?" Memukul bahu Ibrahim dan tertawa renyah. Lalu tatapannya bergantian menatap Arif, Ilham dan Fadil. "Kalian bertiga pasti gak lupakan? Awas saja kalau lupa."
"Oh, ya ya ... Tentu dong kami gak lupa. Pasti jadilah, itung-itung olahraga juga. Hahahaha ...." Kata Arif mengode Ilham dan Fadil dengan tawanya.
"Betul sekali, aku ingin lihat apa kemampuan Keen masih sama seperti saat dulu? Kurasa posisimu sebagai kapten basket akan tergeser Keen, karena Fadil adalah guru basket sekaligus pujaan hati siswanya." Ilham ikut bercanda meninju pelan bahu Fadil yang di sampingnya.
"Hehehe itu karena ketampanan sekarang Fadil tak ada yang bisa menolak. Kamu pun kalah dariku Keen ...." Mengejek Keen dengan ekspresi jeleknya.
"Kita lihat saja nanti," ucap Keen akhirnya berganti menatap Inara.
"Sudah percaya?" Tanya Keen pada Inara.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com