Kala hati harus memilih. Antara takut akan dosa, atau tidak lanjut karena usia. Istikharah Farhan menunjukkan keyakinan besar atas kemantapan hatinya. Tiada keraguan yang hakiki jika semua atas isyarah dari Sang Ilahi.
"Entah apa takdir yang Engkau tulis untukku. Semua kejadian Engkau yang mengatur tidak ada niatan sekecil apapun untuk merayu dia. Hanyalah dari petunjukMu ya Rob, jalan yang aku pilih. Aku sangat yakin semua akan berjalan indah pada waktunya. Namun jika benar aku yang terbaik untuknya, maka satukanlah kami. Tidak butuh waktu lama untuk mengenal gadis bercadar itu. Petunjuk dari Engkau sudah cukup memenuhi keyakinan ini. Namun jika aku bukan aku yang terbaik untuknya, segera beri petunjuk keburukan tentangku," gumam Farhan menikmati silirnya angin di pagi hari dari dalam kendaraan.
Hati telah yakin walau rasa takut terbesit. Farhan memilih akan menikah muda jika Danisa berkenan. Farhan memejamkan mata. 'Ada kejadian yang tidak terduga semalam. Jika aku memilih kekasih halal dan akan terus melanjutkan cita-cita. Hanya dengan Bismillah aku memilih langkah yang kontroversi ini karena menikah muda.' batin Farhan.
Ponselnya berdering, mobil berhenti di depan warung makan. Farhan mengangkat panggilannya sambil keluar dari mobil. Ia berjalan kedermaga. "Assalamualaikum." jawab Farhan.
"Wa'alaikumsalam," suara indah dengan penuh getaran.
"Ini siapa?" tanya Farhan, sambil mengangkat wajah melihat lautan lepas berwarna biru.
"Aku Daniaa. Maafkan aku, aku tidak tau jika kamu menginap. Maaf ..." suara Danisa penuh sesal dan terdengar tersedu-sedu. Ia berusaha menyembunyikan kesedihannya.
"Iya sudah terjadi, tidak apa? Apa Dokter Ayub sudah bicara?" tanya Farhan melempos di dermaga.
"He e, sudah," jawab Danisa disusul dengan menghela napas panjang.
"Kita sama-sama tidak tahu apa yang kita lakukan semalam, karena nyenyak dan sangat dingin," ujar Farhan mengingatkan, Danisa semakin tersedu-sedu dan beristigfar berkali-kali.
"Sudah Allah Maha Pemaaf. Aku juga salah. Lalu apa keputusanmu?" tanya Farhan sambil melempar kerikil ke laut.
"Jujur saja aku sedikit heran bukankah kita belum mengenal dan kau seyakin itu?" tanya Danisa.
"Aku mantap dengan istikharah ku, yakin dengan istikharahku."
"Baik. Jika Allah menunjukkan hal baik maka jangan ragu. Aku sudah mendapatkan jawaban. Namun sebelum itu kamu harus tahu banyak tentang kekuranganku. Jika seseorang biasanya suka terlihat baik dan sempurna saat dihadapan orang lain. Aku tidak akan menutupi kekuranganku dan ketidak sempurnaanku. Bang, pernikahan adalah dasar hubungan yang suci, banyak ketakutan melanda karna usia kita. Aku yakin sebuah cinta bisa datang kapan saja. Yang saat ini perlu kamu tau, aku mengaggumi seseorang, yang kedua aku kalau menyuci baju tidak bisa bersih. Yang ketiga aku tidak bisa masak, menyetrika aku tidak telaten. Jika membaca buku sedang asik, aku tidak menganggap orang yang mengajakku bicara. Dan masih banyak lagi. Kita masih sangat muda, dan kejadian semalam sungguh itu kekurangan besarku. Aku suka ngigo sambil berjalan dan pindah tempat, pernah juga aku tidur ditoilet. Tidur diluar rumah sampai pernah hampir kecelakaan, aku terlalu mengerikan kan?"
"Tidak juga. Semua itu pemberian Allah SWT. Kekuranganku juga banyak. Suka kentut sembarangan suaranya keras pula. Suka nongkrong termasuk dengan Dokter Ayub," jelas Farhan tidak keberatan dengan itu semua.
"Kalau itusih sama, Ayah juga seperti itu. Sudah kebal." jawab Danisa.
"Oke lalu bagaimana petunjuk Allah, apa kamu sudah melakukan istikharah?"
"Iya aku sudah melakukannya," jawaban tegas dari gadis cantik itu.
"Lalu?" tanya Farhan kembali dengan dipenuhi rasa penasaran.
"Sabar dulu ... nanti aku akan menelpon Kak Farhan lagi Assalamualaikum." Danisa menggantung lamaran Farhan.
"Waalaikumsalam."
***
Walaupun sudah mendapatkan jawaban dari istikharah nya, gadis ini perlu mengenal pemuda yang akan menikahinya. Gadis cantik ini sengaja menunggu dokter Ayub sang ayah untuk mengenal kepribadian Farhan.
Ayub adalah seorang dokter yang menetap di Banyuwangi, sementara selama ini putrinya dan Danisa hidup bersama neneknya di Jember. Belum lama Danisa berada di rumah sang ayah yang ada di Banyuwangi.
***
Malam hari setelah Danisa mengaji. Danisa melihat ayahnya pulang dari rumah sakit. Gadis ini menyambut ayahnya dengan mencium punggung tangan dan meraih tas milik ayahnya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Danisa menyambut dengan hangat lalu menutup pintu.
"Bagaimana tawaran nak Farhan?"
"Makanya itu Yah. Aku ingin membahasnya Aku ingin tahu seluk-beluk keluarganya orang-orang terdekatnya Ayah mau menceritakannya?"
"Biarkan Ayah mandi dulu, habis itu Ayah ingin kamu buatkan kopi jahe lalu kita ngobrol. Oke ..." dokter Ayub membelai kepala putrinya kemudian pergi untuk membersihkan diri.
Sementara gadis cantik itu segera menyiapkan, camilan dan kopi yang diminta sang ayah.
Gadis manis cantik ini memang sangat mandiri, karena sudah tidak memiliki Ibu sejak dia lahir ke dunia, Ya, Ibu tercinta meninggal dunia ketika selesai melahirkannya.
Gadis manis cantik yang tidak pernah macam-macam ini, baru pertama kalinya mengenal sosok laki-laki yang itu pun tidak sengaja tidur bersamanya. Mendapat jawaban yang sama dengan Farhan, Danisa tetap memutuskan untuk mencari tau kehidupan Farhan.
'Ya Allah Ya Robbi hamba berserah kepada Engkau, niat hamba tidak ghibah, niat hamba mencari tahu baik tidaknya dia menjadi Imam hamba. Maafkan hamba yang kurang puas dengan jawaban istikharah,' batin Danisa.
Danisa duduk di ruang tv menanti sang ayah. Tidak lama datang lelaki paruh baya dengan memakai kaos dan sarung.
"Alhamdulillah bau kopinya sangat menyengat dan ayah tidak sabar menikmatinya. Kalau kamu tidak sabar mendengar, tentang dia kan?"
"Ya ... aku tidak sabar." Denisa benar-benar memposisikan dirinya dengan nyaman agar mendengar semua yang dikatakan ayahnya.
"Alhamdulillah enaknya," Puji sang ayah setelah menyeruput kopi buatan Danisa. "Jadi kamu ingin mendengar kisah yang bagaimana?"
"Semuanya aku ingin dengar, dari keluarganya saudara-saudaranya ... Bagaimana ayah bisa akrab dengan dia? Bisa menjadikan dia teman Ayah, padahal kan dia masih SMA," kata Danisa heran.
"Baik ... cerita awalnya. Awal sekali ... kisah saudara, orang terdekatnya juga orang yang dekat dengan ayah.