Sementara Tania dan Hanif, mereka akan solat dhuhur. Tania menunjukkan kamarnya, walau pacaran lama mereka masih malu-malu. Tania menutup pintu melepas hijabnya.
"Apa ...? Tadi kak Hanif menutup telinga? Apa cemburu?" tanya Tania, Tania sibuk melepaskan riasannya.
"Tidak. Aku biasa saja," Hanif berdiri mematung, ia mengigit bibirnya, menelan ludah berkali-kali, ia sangat grogi, Hanif berkali-kali meniupi tangannya yang berkeringat dingin, mengelus pipinya.
Tania mendekat, Hanif memejamkan mata. 'emmm, hal yang di tunggu-tunggu aku malah giguk.' batinya. "Iya aku cemburu! Menutup telingaku, mendengar musik. Dengan volume zoom." Hanif tidak sadar pengakuannya seperti membentak.
"Kenapa berteriak?" tanya Tania dengan wajah kesal.
'Kenapa aku? Jantungku waw.' batin Hanif.
"Ma_af." Hanif menyesal, Tania berbalik arah Hanif menarik tangan Tania lalu melepaskan. Tania menoleh ke arah Hanif.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com