webnovel

Xender sang Legenda

Okta_Vian_2122 · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
4 Chs

01. Masa Lalu

Suatu pagi seorang anak berumur 9 tahun dengan rambut putihnya yang berantakan bangun dengan semangat. Mandi dan mengenakan baju hitam yang menjadi baju kesayangannya dalam beberapa detik. Dengan cepat berlari ke arah pintu rumah kecilnya yang berantakan dan terlihat seperti gudang. Sesampainya di pintu dengan pelannya dia membuka pintu itu. Pintu terbuka dengan perlahan dan sinar matahari pagi yang menyilaukan masuk.

Dia tunduk terdiam seakan menjadi patung. Tiba-tiba dia memandang langit biru yang indah. Sorot matanya yang tajam dan penuh dengan semangat dia berkata, "Aku harus menjadi kuat."

Alexis Xender tinggal di rumah kecil di ujung desa Mata Angin. Walau terpisah dari rumah penduduk desa yang lain. Xender tidak merasa aneh dengan itu. Dulu sebelum dia tinggal di rumah kecil itu, dia terus berpindah rumah dari rumah penduduk desa yang satu ke yang lainnya. Mereka di tugaskan oleh kepala desa untuk mengasuh Xender kecil.

Xender tidak memiliki keluarga sejak kecil. Bahkan penduduk tidak ada yang pernah tahu Xender kecil berasal dari mana. Dan tidak ada satupun yang ingin mencari tahu tentang itu. Xender kecil selalu berpindah-pindah rumah karena tidak ada yang mau mengasuhnya. Sampai dia berumur 5 tahun dia dititipkan di panti asuhan desa Mata Angin oleh kepala desa.

Selama 2 tahun di panti tidak ada satupun anak yang berani berada di dekatnya. Hanya seorang Pastur tua ramah yang mendirikan panti asuhan itu yang menjadi orang terdekatnya. Pastur tua ramah itu bernama Arthur Van Dam. Xender kecil sudah menganggap Pastur Arthur seperti kakeknya sendiri.

Sejak dulu Xender kecil tidak pernah tahu sedikitpun kenapa semua orang di panti asuhan dan penduduk desa yang sebelumnya ditugaskan oleh kepala desa untuk mengasuhnya, semua menolak dan menghindarinya. Tapi dia tidak penah ingin menanyakannya. Saat itu dia telah memiliki orang yang mau menerimanya yang dia panggil kakek Arthur.

Saat itu Xender kecil selalu berada di dekat kakek Arthur kemanapun dia pergi. Termasuk pergi ke akademi dasar desa Mata Angin untuk meminjam buku yang menjadi kebiasaan kakek Arthur. Kakek Arthur mengajarinya banyak hal, mulai dari membaca,menulis dan mengajarinya soal Dunia Spirit. Xender kecil sangat cepat memahami semua hal yang di ajarkan padanya. Dan yang paling mengejutkan Xender kecil hampir menguasai semua buku pelajaran yang diberikan kepadanya. Terutama buku tentang Dunia Spirit.

Kakek Arthur sendiri hampir tidak bisa percaya anak sekecil itu mampu menguasai hampir semua buku yang dia berikan dengan sangat cepat apalagi buku-buku itu terbilang sulit untuk dikuasai olehnya sendiri. Kakek Arthur sendiri butuh sepuluh tahun lamanya untuk menguasai semua buku pengetahuan itu.

Hal itu membuat kakek tua itu memiliki harapan yang besar untuk Xender kecil. Kakek Arthur merasa menemukan anak jenius yang memiliki tingkat pemahaman yang tinggi.

Suatu pagi kakek Arthur ingin memberinya sebuah buku tentang berbagai jenis Spirit Monster. Dengan harapan tinggi kakek Arthur berjalan menuju kamar Xender kecil sambil membawa buku yang tidak lain adalah buku Sprit Monster. Mungkin buku itu tidak bisa memuat semua tentang Spirit Monster yang tak terhitung jumlahnya. Tetapi buku itu setidaknya memuat sebagian besar Spirit Monster yang berada di area desa Mata Angin.

Setibanya di kamar Xender kakek Arthur kaget melihat Xender kecil yang sudah lebih dulu terbangun dan sedang meminum teh mawar yang sebelumnya kakek Arthur berikan untuknya.

"Xender kecil, Kakek punya sesuatu yang bugus untukmu." Kakek Arthur berkata sambil duduk di sampingnya. "Wah, Ini buku Spirit Monster." Xender kecil kegirangan menerima buku itu. Dia langsung saja membuka buku dan memperhatikan dengan detail selama benerapa detik saja dan langsung mebuka halaman demi halaman sama seperti sebelumnya. Hanya dalam beberapa menit dia telah selesai dan menaruh buku itu di meja.

Kakek Arthur terlihat kebingungan melihat Xender membuka selembar demi selembar buku itu sekilas sampai akhir. "Xender apakah kamu tidak menyukai buku itu?" dengan penasaran kakek Arthur bertanya.

"Bukan begitu kakek aku sudah mengingat semuanya kok." Kata Xender dengan tenangnya. Kakek Arthur tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. "Xender kamu lagi tidak bercanda dengan kakek kan?" kakek Arthur bertanya memastikan yang dia dengar tidak salah. "Mana berani aku bercanda dengan kakek." Dengan sedikit heran Xender menjawab.

"Kalau begitu kakek akan mengetesmu." Kata kakek Arthur masih belum percaya. "Coba sebutkan Spirit Monster apa yang ada di halaman 64?" bertanya sambil meperhatikan halaman 64 buku itu.

"Beo Paruh Batu (Bronze)

Bintang 1

Elemen : Angin

Lokasi : Hutan Mata Angin

Rincian : Monster yang agresif, teritorial, hidup berkelompok. Paruhnya sangat keras sekeras batu. Sehingga paruhnya di jadikan salah satu bahan untuk menempa senjata atau peralatan lain. Spirit terlalu lemah sehingga tidak di sarankan untuk penggabungan Spirit." Xender menjelaskan.

Kakek Arthur masih tak percaya dengan apa yang baru dia dengar. "Semuanya tepat, apakah anak ini jenius? Tidak! hanya kebetulan sekali lagi. Halaman 12?" Kata kakek Arthur masih belum percaya.

"Tikus Listrik Kuning (Bronze)

Bintang 1

Elemen : Listrik

Lokasi : Hutan Mata Angin

Rincian : Monster Nokturnal, tidak berbahaya, hidup berkelompok. Bulu kuningnya mengandung Elemen listrik. Sehinga bulunya dipakai untuk jadi bahan racikan oleh para ahli kimia. Spirit terlalu lemah sehingga tidak di sarankan untuk penggabungan Spirit." Jawab Xender.

"Apakah aku bermimpi sekarang, tidak mungkin sekali lagi tepat, bagaimana kalau sekali lagi ini yang terakhir. Halaman 124?" Kakek Arthur bertanya lagi.

Ular Mawar Beracun (Silver)

Bintang 3

Elemen : Tanah dan Air

Lokasi : Hutan Mata Angin

Rincian : Monster Langka, sangat agresif, sangat beracun, penyendiri. Racunnya sangat mematikan sangat sulit untuk disembuhkan. Spirit sangat kuat bisa untuk penggabungan tetapi di sarankan hanya untuk Spirit Saga Elite Platinum ke atas.

Tambahan : Setelah melakukan penggabungan dengan Monster Spirit ini akan terkena racun mematikannya. Jika tidak berhasil melakukan penggabungan atau mendapat penolakkan dari Monster Spirit Tersebut akan mengakibatkan kematian." Jawab Xender dengan jelas.

Kakek Arthur tidak bisa berkata-kata hanya tercengan dengan jawabannya yang tepat. Setelah sadar dari ketercengangannya kakek Arthur mengajak Xender pergi ke kediaman kepala desa untuk memasukkan Xender ke Akademi desa. Walaupun pada saat itu baru berumur 7 tahun. Peraturan untuk masuk Akademi desa anak tersebut harus berusia 10 tahun agar bisa masuk.

Xender yang kebingungan hanya bisa mengangguk pada perkataan kakek Arthur dan mulai berkemas karena jarak desa dari panti asuhan cukup jauh butuh 3 hari perjalanan untuk menuju desa Mata angin. Kebahagiaan kakek Arthur tidak dapat terlukiskan. Badannya yang renta tak menghalangi semangatnya agar anak yang dianggap sial ini bisa di terima oleh semua orang.

Beberapa jam kemudian mereka sudah bersiap dan akan melakukan perjalanan menuju desa. Xender tiba-tiba merasa ada yang tidak beres. Tapi dia tidak bisa menemukan apa yang menyebabkan semua itu. Firasatnya mengatakan akan ada sesuatu yang buruk yang dia sendiri tidak mengerti. Xender kecil menatap wajah kakek sesaat yang menunjukkan kebahagiaan yang luar biasa. Xender kecil tidak mau merusak Kebahagiaan kakek Arthur yang sudah dia anggap kakeknya sendiri, dia akhirnya tetap menyimpannya sendiri.

Setelah beberapa menit akhirnya mereka memulai perjalanannya ke desa Mata Angin. Firasat buruknya semakin menjadi-jadi sepanjang jalan. Setiap waktu dia selalu waspada memerhatikan sekelilingnya seakan ada yang akan muncul entah dari mana. Tetapi tidak ada yang mencurigakan yang muncul. Dia berusaha mengalihkan pikirannya dengan memikirkan hal lain. "Mungkin aku kurang istirahat saja." gumam Xender.

Satu hari telah berlalu tapi firasat buruk itu tetap tidak hilang. Membuatnya kembali memperhatikan sekelilingnya sekali lagi. Danakhirnya tetap tidak menemukan apapun. Sampai matahari mulai terbenam mereka hendak berhenti untuk membuat tenda untuk beristirahat dan melanjutkan perjalanan esok hari.

Tiba-tiba terdengar suara tawa dari balik pepohonan yang gelap. "Siapa itu" refleks kakek Arthur bertanya. Muncul dua pria besar dan kekar dari balik pepohonan. Dua pria itu ada yang membawa pedang besar dan satunya lagi membawa kapak. "Hei pak tua, apakah kau punya uang?" tanya salah satu pria dengan santai. "Kami bukan pedagang yang ingin berjualan di desa Mata Angin. Tolong biarkan kami melanjutkan perjalanan kami." jawab kakek Arthur dengan takut.

"Pak tua, apakah kau tuli? aku bertanya apakah kau punya uang bukan bertanya siapa kalian berdua dan mau kemana?!?" dua pria itu menjadi marah dengan jawaban kakek Arthur.

"Kakak Chu, bukankah itu bocah Monster dari desa Mata Angin?" tanya salah satu pria itu sambil menunjuk Xender. "Itu benar dia Zao." Matamu cukup jeli yah." Jawab Chu dengan sedikit tawa.

"Aku hanya punya 50 Gill, tolong biarkan kami lewat." Kakek Arthur berkata sambil menarik Xender kebelakangnya.

"Zao bunuh anak Monster itu, dan kita lihat apakah akan Muncul Monster seperti yang penduduk desa bodoh itu katakan." Kata Chu penasaran. Sebelum Zao sempat menjawab Kakek Arthur langsung bersujud. "Dia hanyalah anak kecil tolong kasihanilah dia." kata kakek Arthur memohon.

Xender yang kaget mendengar kata-kata itu terdiam tak mengerti kenapa penduduk desa mengatakan dia anak Monster. Tiba-tiba kakek Arthur ditebas dengan kapak oleh salah satu pria itu. Xender yang tadinya diam akhirnya tersadar dan dengan cepat berlari dan memeluk kaki pria itu dan memohon. "Tolong jangan sakiti kakekku aku akan melakukan apapun yang tuan minta, aku mohon." Air mata Xender keluar dengan derasnya. "Menarik, kalau begitu aku akan memukulimu 10x kalau kau bisa bertahan aku hanya akan mengambil uang kalian" kata Zao dengan tatapan tajamnya. Chu hanya melirik dan sambil mengambil uang dari kakek Arthur. "Baiklah lakukan apa yang yuan inginkan asal jangan sakiti kakek lagi" kata Xender.

Zao langsung menendang perut Xender sehingga membuatnya terlempar dan membentur pohon di pinggir hutan. Xender memuntahkan darah segar. Belum sempat Xender berdiri satu pukulan menghantam wajahnya dan sekali lagi membuatnya terlempar. Zao dengan cepat menghampirinya mencengkram kera bajunya dan mengangkatnya. Zao melanjutkan memukul empat kali ke perut Xender. Banyak darah yang keluar dari mulut Xender. Zao lagi-lagi menendangnya sampai dia terlempar ke jalan. Tiba-tiba terdengar suara dari kakek Arthur. "Tolong jangan pukuli anak itu." dengan lemahnya terdengar. "Belum mati juga kau tua bangka..." kata Zao semakin marah. Dia langsung memukuli kakek Arthur yang menahan sakit akibat tebasan kapaknya. Xender dengan segenap tenaganya yang tersisa berdiri.

"Tuan aku masih bisa bertahan tolong jangan pukuli kakek." Zao yang sedikit kaget tersenyum dan langsung berlari ke arah Xender dan memukulnya dengan kuat. Xender yang terjatuh menahan sakit di perutnya hampir tidak bisa bergerak lagi. Belum puas dengan itu Zao langsung menarik rambut putih Xender dan langsung mendaratkan pukulan ke wajah Xender. Setelah beberapa detik menunggu Xender belum juga bergerak dari tanah. Zao berbalik dan melangkah "Rupanya hanya sampai sini, kupikir dia akan bertahan hingga satu pukulan ter..." Belum sempat Zao menyelesaikan kata-katanya. Terdengar suara kecil dari arah belakang. "Aku masih bisa" kata Xender yang masih berusaha berdiri.

"Anak monster yang keras kepala" kata Zao dengan senyum sinisnya. Zao yang dalam sekejap tiba di hadapan Xender langsung memukulnya hingga terlempar 6 meter jauhnya.

Dengan luka parah yang dialami Xender dia tetap berdiri dengan sisa kekuatannya. Zao yang makin senang langsung berlari ke arah Xender. Sebelum Zao sampai dihadapan Xender tiba-tiba Chu dengan kecepatan tingginya muncul di hadapan Zao menghadangnya dan berkata, "Cukup, ayo kita lihat apakah dia masih bisa menyelamatkan tua bangka yang sekarat itu dengan keadaannya yang sekarang?"

Dengan itu Chu dan Zao langsung meninggalkan mereka berdua begitu saja. Xender yang tadi masih berusaha berdiri akhirnya jatuh pingsan.

Setelah beberapa jam akhirnya Xender sadar. dia langsung melihat ke arah kakek Arthur yang masih berada di tempat nya. Xender langsung berjalan menuju kakek Arthur dan mengecek nadinya. Walau samar tapi Xender masih merasakan detak jantung kakek Arthur. Dengan cepat dia membuat tandu seadanya dari baju-baju di tasnya dan dua batang kayu. Dia langsung meletakkan kakek di atas tandu itu dan menariknya sekuat yang dia bisa agar bisa dengan cepat sampai ke desa dan menyalamatkan kakek Arthur.

Selama 1 hari siang dan malam tanpa henti dan tanpa memikirkan lukanya sendiri. Xender tetap menarik tandu berharap bisa secepatnya tiba di desa Mata Angin. Selama perjalanan dia sering bertemu rombongan pedagang yang menuju ke desa Mata Angin. Tapi tidak satupun dari mereka yang mau menolong Xender yang memohon pertolongan pada mereka. Bahkan ada yang berhenti hanya untuk melemparinya dengan roti dan mengatainya "Dasar Monster orang mana lagi yang kau buat sial sampai seperti ini." Pedagang itupun kembali ke kereta kudanya langsung melanjutkan perjalanannya tanpa memperdulikan Xender yang memohon pertolongan.

Dengan tangisan dan semua tenaga yang tersisa yang dia punya dia terus melanjutkan menarik tandunya. Dalam hati Xender trus berkata "kakek bertahanlah sedikit lagi aku akan membawamu ke desa."

Akhirnya hari kedua tiba Xender akhirnya tiba di gerbang desa sambil menarik tandu dengan tangannya yang bergetar karena kehabisan tenaga. Setelah sampai dua penjaga gerbang langsung menghampirinya hendak menolong dan bertanya apa yang terjadi. Tapi belum sempat mereka bertanya Xender jatuh pingsan sekali lagi.

Dua penjaga mengenali mereka dan langsung membawa mereka ke Unit Kesehatan desa dan langsung menghubungi kepala Desa Mata Angin. Setelah itu Kedua penjaga gerbang dengan sinis berkata "apakah ini perbuatan anak Monster sial ini?"