webnovel

Perasaan yang Masih Abu-abu

Perasaannya terhadap Salsabila.

Ada apa dengan perasaannya pada Salsabila?

Sedari tadi hanya kalimat itu yang berputar-putar di kepala Alan. Pria itu mulai membenci pikirannya sendiri karena tidak bisa menemukan jawabannya dengan tepat. Belum lagi kalimat-kalimat itu mulai mengganggu keseharian Alan. Ah, bukan cuma kalimat itu, tetapi juga pertanyaan terakhir Salsabila saat keduanya berdebat dalam mobil waktu itu.

Kenapa Alan harus membuat Salsabila percaya pada semua kata-katanya?

Memangnya bagaimana perasaan Alan sekarang pada Salsabila?

Sungguh kombinasi yang sangat memusingkan untuk dipecahkan. Alan mulai sering gagal fokus di pekerjaan karena pertanyaan-pertanyaan yang cukup mengganggu itu. Waktu itu, Alexa sempat berpesan bahwa Alan mungkin butuh banyak waktu dan kesempatan untuk menerjemahkan perasaan yang dimilikinya pada Salsabila.

Dan untuk itulah, Alan menciptakan kesempatan itu. Disinilah Alan sekarang, di dalam mobil, sedang dalam perjalanan menuju kantor istrinya tersebut. Alan pergi ke sana tanpa memberitahu wanita itu, hanya bermodal informasi dari Dimas kalau Salsabila tidak akan keluar kantor setelah makan siang.

Saat mobil Alan tiba di lobby kantor Salsabila, Alan bisa melihat istrinya berdiri di sana, tidak jauh dari tempatnya sekarang. Namun ada yang mengambil perhatian Alan, Salsabila sedang tidak sendirian. Bocah itu ada bersamanya, demi apapun, takdir apa yang mengikat mereka sampai harus bertemu seperti ini?

Kenapa pria itu harus mendekati Salsabila? Apa sebenarnya yang diinginkannya?

Alan buru-buru menghentikan mobilnya, lalu turun setelah menyerahkan kunci mobilnya kepada seorang valet. Mata Salsabila seketika terkejut saat tatapan keduanya bertemu. Sementara bocah tengik itu masih bisa tersenyum lebar sambil menyapa Alan.

"Mas, ada apa ke sini?" tanya Salsabila setelah Alan sudah sampai di hadapan mereka berdua.

Alan berdehem pelan. "Aku sengaja datang kesini untuk membicarakan hal penting, Sa."

Alan sengaja memberikan kode agar Rangga segera pergi dan Alan bisa menjauhkan Salsabila dari pria bocah menyebalkan itu sekarang. Untung saja Rangga cukup peka, pria itu kemudian berpamitan meninggalkan Alan dan Salsabila berduaan dengan kecanggungan yang kembali menyelimuti.

"Kamu dari mana?" tanya Alan membuka suara ketika Salsabila sudah berderap melangkah memasuki gedung kantornya.

Tidak diragukan lagi, Salsabila pasti habis keluar, terlihat dari wanita itu yang membawa tasnya. Selain itu rambutnya sedikit berantakan, mungkin tertiup angin.

"Panti asuhan," jawabnya saat keduanya sudah berdiri di lift khusus direksi.

Tangan Alan terulur untuk membantu Salsabila merapikan sisi rambut panjangnya yang berantakan. Alan masih bisa mengingat saat pertama kali bertemu, rambut Salsabila pendek di atas bahunya. Lalu Bunda berpesan pada wanita untuk memanjangkan rambutnya, alasannya tentu saja karena Alan yang menyukai wanita berambut panjang. Semenjak itu, Salsabila mulai memanjangkan rambutnya. Bahkan tidak pernah lebih pendek dari separuh punggungnya. Rambutnya selalu berwarna hitam seperti aslinya dan dibuat bergelombang.

"Kata kamu mau membicarakan masalah penting. Masalah apa itu, Mas?" tanya Salsabila kembali.

Alan sengaja tidak menjawab pertanyaan itu hingga mereka tiba di ruangan Salsabila. Saat keduanya sudah duduk di atas sofa, Alan baru mengatakan soal keinginan Rena yang meminta untuk mereka pulang ke Surabaya.

"Mama meminta kita untuk ke Surabaya, Sa," ucap Alan memulai obrolan.

Salsabila menoleh dan tampak santai menjawab pertanyaan dari Alan. "Kapan?"

"Secepatnya, Sa. Dan juga kita tidak hanya satu atau dua hari di sana. Tetapi—"

"Jadi, berapa lama?" tanya Salsabila kembali dengan cepat.

"Bagaimana kalau kita sebulan di sana, Sa?"

Entah kenapa sejak mengobrol dengan Alexa terakhir kali, bayangan mengenai pulang ke Surabaya tidaklah terlalu buruk. Setidaknya di sana Alan bisa memantau kelakuan Salsabila. Keduanya tidak akan ngantor, jadi mereka bisa punya waktu lebih lama bersama.

Astaga, apa yang kau pikirkan Alan? Apa kau baru saja memikirkan berduaan dengan Salsabila? Kau pasti sudah gila.

Salsabila tentu saja terkejut dengan perkataan Alan. Sebulan itu terlalu lama untuk bersama di rumah mertuanya, dan lagi pula ia sangat sibuk untuk mengurus brand barunya yang akan launching tidak lama lagi.

"Tetapi aku harus prepare untuk brand baru, Mas."

Ah iya, Alan baru ingat kalau Salsabila punya kerjaan sepenting itu.

"Tiga minggu?" tawar Alan kembali.

Salsabila menggeleng. "Dua minggu saja, Mas. Bagaimana?"

Tidak terlalu buruk.

"Baiklah, Sa. Tetapi selama itu aku minta kamu untuk bersabar dan santai kalau Mama membahas soal anak, ya."

Salsabila mengangguk kecil tanda setuju. Alan tersenyum tanpa sadar, sungguh Alan sudah tidak sabar untuk pulang ke Surabaya bersama Salsabila.

****

Rangga pagi itu mengabarkan kalau ayahnya akan mengunjungi panti asuhan sembari membawa sumbangan untuk anak-anak di sana. Beliau—melalui Rangga—menawari Salsabila untuk ikut menyumbang dan mengunjungi rumah masa kecilnya itu. Tentu saja Salsabila tidak menolak ide itu. Bagi Salsabila, semenjak banyak adik-adiknya yang sudah hidup mandiri dan diadopsi, Salsabila sudah jarang ke panti asuhan dan memilih mengirimkan sumbangan ke rekening Bunda Fani. Tetapi rasanya ajakan dari ayah Rangga, Salsabila bisa menyanggupinya.

Salsabila memutuskan untuk pergi dengan menumpang di mobil Rangga ke panti asuhan. Hanya butuh waktu satu jam untuk tiba di sana. Tempat itu masih sama seperti dahulu, belum terlalu banyak berbeda. Saat ini panti asuhan menampung tiga puluh anak. Bunda Fani juga masih ditemani oleh beberapa pegawai, yang membantunya mengurusi anak-anak yang kurang kasih sayang dari orang tua.

Saat Salsabila muncul di depan pintu, Bunda Fani langsung menyambut Salsabila penuh suka cita, kemudian langsung memeluk erat tubuh Salsabila dengan penuh kerinduan dan kasih sayang.

"Maaf ... Salsa jarang ke sini, Bunda."

Bunda Fani hanya tersenyum. Setelah saling bertukar sapa dan mengucap kabar masing-masing, Bunda Fani beralih kepada ayah Rangga dan Rangga sendiri. Setelah itu Bunda Fani meminta mereka untuk duduk di atas sofa yang telah disediakan untuk para tamu yang datang berkunjung.

Bunda Fani tentu saja tidak menyia-nyiakan waktu untuk mewawancarai Salsabila, tentu saja topiknya utamanya adalah seputar kebahagiaan rumah tangganya bersama Alan. Salsabila tahu kalau sebenarnya pertanyaan itu dilayangkan karena pasti Bunda Fani merasa bertanggung jawab atas perjodohan antara dirinya dan Alan.

"Suami kamu itu baik, Salsa. Bahkan dia tidak pernah absen mengirimkan sumbangan ke sini atas nama kalian berdua. Bunda yakin itu sumbangan dia pribadi, karena kamu sendiri masih sering mengirim uang atas nama sendiri. Apa kamu tidak memberitahu suami kamu, Salsa?"

Informasi ini tentu saja mengejutkan bagi Salsabila. Jadi, tanpa sepengetahuan Salsabila Alan melakukan hal mulia ini?

Bunda Fani kemudian menunjukkan segala bukti kalau Alan memang mengirimkan sejumlah uang yang cukup besar secara rutin dan menjadikan nama Salsabila sebagai nama berita acaranya. Rekening yang digunakan adalah rekening pribadinya pula. Salsabila tidak menduga Alan akan melakukan hal ini.

"Sejak kapan, Bunda?" tanya Salsabila masih dengan ekspresi terkejutnya.

"Beberapa bulan setelah kalian menikah."

"Bukan dari dua tahun yang lalu?"

Salsabila merasa mungkin saja pria itu merasa bersalah atas kejadian malam itu. Makanya melakukan hal ini.

Bunda Fani menggeleng. Itu artinya sumbangan itu bukan karena pria itu merasa bersalah pada Salsabila. Atau jangan-jangan dia … peduli?

"Bunda khawatirnya nak Alan tidak tahu kalau kamu nyumbang sendiri. Coba beritahu dia. Khawatirnya kamu berlebihan memberi," ujar Bunda Fani kemudian.

"Mas Alan tidak akan mempermasalahkan uang segitu, Bund," ujar Salsabila.

Apalah arti uang lima juta setiap bulannya untuk Alan? Tetapi untuk anak-anak di panti asuhan pasti sangat berarti.

Bunda Fani dan Salsabila terus mengobrol tentang kebaikan Alan selama ini. Sampai Salsabila sendiri tidak menyangka kalau pria itu ternyata sebaik itu. Apa memang Alan menyembunyikan kebaikannya pada Salsabila? Entahlah.