NASIB DARA
Info kost yang diperoleh Abrial cukup jauh, memasuki desa terpelosok dengan jalanan yang rusak banya bebatuan. Sampai tiba di satu rumah yang memang memasang banner 'menerima kost putri'.
Setelah mereka berdua bertemu sang pemilik kost, Abrial dan Dara diajak berkeliling. Namun ditengah melihat-lihat, Dara langsung tidak cocok dengan lingkungannya.
Memang harga kostnya murah terjangkau sekali di Dara, tetapi bersebelahan dengan kandang ayam yang super bau dan banyak.
Detik itu juga Dara menarik tangan Abrial, ia memberikan kode. Abrial yang merasa ada sesuatu pun, segera memposisikan telinganya dan sedikit menunduk untuk mendengar apa yang akan Dara ucap.
"Maaf Abrial, Dara ga bisa ambil tempat ini." ucap Dara berbisik. Abrial yang mendengar itu pun mengerutkan keningnya.
"Ada apa? Bukannya ini harga yang lo cari?" jawab Abrial.
"Iya sih, tapi Abri lihat deh masa sebelah kamar ada kandang ayam. Banyak, mana bau lagi." sahut Dara sambil menunujuk ke sebelah kirinya.
Lantas Abrial yang mengikuti arahan telunjuk Dara pun melotot, ia segera menutup hidungnya karena memang baunya sungguh menyengat. Tanpa pikir lama, Abrial memotong pembicaraan sang pemilik kost yang sedang menerangkan fasilitas yang didapat.
Abrial dengan cepat menarik tangan Dara dan berlari secepat mungkin. Menjauh dari kandang ayam.
Meskipun tindakan Abrial sangat tidak terpuji, tapi apa boleh buat bau tai ayam yang busuk sangat menusuk hidung.
Abrial dan Dara mereka sangat terengah-engah, sampai dada mereka terasa sesak. Hingga keduanya memilih duduk diaspal, tepat disamping mobil Abrial.
"Huh, huh, Abri k-kamu dapat info darimana sih?" tanya Dara sembari menormalkan nafasnya.
"G-gua dapat huh, d-dari instagram. Ada yang rekomendasi, wah parah itu orang. Besok gua kasih pelajaran." jawab Abrial yang juga masih sulit mengatur nafas.
Dara memilih tidak menanggapi ucapan Abrial. Justru Abrial mengajak Dara berdiri untuk segera masuk ke dalam mobil. Abrial tidak mengatakan apapun kemana ia akan membawa Dara pergi, sampai lah mereka di kantor tempat Abrial bekerja.
Begitu masuk, Abrial langsung mendapatkan pesan jika sudah ditunggu Barra sedari tadi. Abrial pun mengangguk. Mereka berdua segera pergi ke lantai 3 tepatnya ke ruang kerja Barra.
*Barra*
Terdengar pintu suara yang diketuk, seperti biasa Barra hanya merespon dengan kata 'masuk'. Sosok yang ia tunggu-tunggu akhirnya muncul dihadapannya, Barra segera memasang wajah kesalnya dan membuang muka ketika Abrial mengatakan maaf.
"Bar, gua tadi habis bantu teman dia hampir dipakai sama om-om. Gua yang udah tabrak dia masa gua ga tanggung jawab. Bukan urusan lo sih tapi g-"
Belum selesai Abrial menjawab, Barra sudah mengangguk paham. Ia lalu mulai menanyakan gadis seperti apa yang sahabatnya ini tolong.
"Mana gua lihat, gadis apa sih yang rela ngebuat lo sampai ninggalin kerjaan. Ini loh data clien!" jawab Barra yang mulai emosi sembari membanting dokumen dihadapannya.
Abrial pun memanggil Dara untuk masuk, Dara yang memang sudah dengar pertengkaran Abrial dengan atasannya hanya bisa menunduk.
"Siapa yang nyuruh lo disini? Keluar! Bawa tuh berkas-berkas lo urus sana. Gua tunggu 1 jam lagi belum selesai uang makan lo gua potong." gertak Barra kepada Abrial.
Abrial yang mendengar akan hal itu, segera ia membawa berkas-berkas yang berada di atas meja kerja Barra. Lalu ia segera keluar, tetapi niatnya urungkan.
Abrial berbalik badan dan meminta agar Dara bisa menjadi karyawan di perusahaan Barra. Setelah mengatakan itu, Abrial pun langsung menuju ruang kerjanya.
Dara masih terus menunduk, hingga suara deheman secara spontan membuat Dara mengangkat kepalanya dan menatap Barra.
Dara yang mengetahui Barra juga sedang menatapnya, ia kembali menundukkan kepalanya. Ia terlalu takut.
"Ngapain nunduk terus?"
"Ceritakan pengalamanmu kerja, lulus jurusan apa? Ayo cepat, saya tidak punya waktu lama untuk orang penakut sepertimu. Kamu kira saya apa? Sampai kamu tidak berani menatap saya." tutur Barra dengan nada jengkel.
"M-maaf. Saya hanya gadis kampung biasa yang pernah bekerja sebagai admin arsip di koperasi desa, sudah itu saja. Kebetulan saya juga fresh graduate." jawab Dara gugup.
"Oh hanya lulusan SMA, kalo kamu mau, saya ada job kosong tetapi jadi cleaning service. Bagaimana?"
"Langsung inti saja, gaji cleaning service di kantor saya sekitar 2 juta rupiah." tambah Barra.
Mendengar hal itu, tentu siapa yang tak berbinar untuk seorang Dara yang memang sangat membutuhkan pemasukan cukup besar, meskipun nominal 2 juta terbilang kecil di kota besar ini.
Dara langsung berkata 'ya' tanpa ragu sedikit pun. Sedangkan Barra tersenyum senang, karena memang pada dasarnya job cleaning service kekurangan karyawan.
"Baiklah kamu bisa berangkat mulai besok, nanti urusan seragam kamu tanya Abrial saja." tambah Barra.
Dara hanya mengangguk, lalu dia izin keluar dari ruang kerja Barra.
Dara yang tidak tau Abrial dimana, ia memutuskan kembai ke bagian receptionist untuk meminta agar staff disana menghubungi Abrial.
"Permisi Mba, bisa minta tolong bicara dengan Abrial?" tanya Dara.
"Sebelumya kakak sudah ada janji?" jawab staff receptionist.
Baru saja mulut Dara menganga ingin menjawab, salah satu teman receptionist lainnya berbisik kepada staff yang melayani Dara.
"Tinggal lo hubungi saja pak Abrial, gadis ini tadi saja datang bersamanya." ucap teman staff receptionist.
"Baik, tunggu sebentar ya." sahut staff receptionist kepada Dara.
Dara hanya tersenyum, dan mengedarkan pandangannya untuk melihat langit-langit kantor.
"Permisi Mba, pak Abrial sedang turun ya. Mohon ditunggu."
"Baik, terima kasih."
Dara pun memilih duduk di kursi yang telah disediakan. Tak lama Abrial datang sembari membawa bingkisan. Dara yang masih belum mengerti memandangi Abrial tanpa berkedip, hingga dirinya tak sadar Abrial sudah berada tepat di depan wajahnya.
Melihat Dara seperti melamun, Abrial pun dengan jahilnya meniup wajah Dara. Dalam hitungan detik Dara segera mengusap-usap wajahnya dan merengek atas perilaku Abrial.
Abrial yang melihat tingkah Dara yang terkejut, hanya tertawa puas. Lalu ia menyerahkan bingkisan sembari mendudukan pantatnya di sebelah Dara.
"Nih, gua tau lo manggil gua karena seragam ini kan? Tadi Barra telepon gua." ucap Abrial sambil menyerahkan bingkisan.
"Syukur lah, lo sudah dapat pekerjaan tetap. Gua ikut senang dengarnya. Nanti tinggal gua bantu lo cari kostan lagi ya." tambah Abrial.
"Boleh, asal jangan sembarangan." jawab Dara sembari memasang tatapan sinis kepada Abrial.
Abrial pun hanya tertawa, namun tanpa mereka sadari kedekatan mereka menjadi bahan berbincangan, khususnya staff receptionist yang mengira Dara adalah kekasih Abrial.
"Ra, lo balik aja duluan. Gua masih banyak kerjaan. Mungkin gua lembur." ujar Abrial.
"Lo udah gua pesenin ojek online, harusnya sih sudah di depan. Ayo." tambahnya.
Dan benar saja abang ojek online sudah berada di depan kantor.
"Terima kasih ya Abri, aku pulang dulu." Bertepatan dengan perpisahan mereka, abang ojek pun sudah tancap gas. Abrial tidak menjawab, tetapi ia hanya melambaikan tangannya ke arah Dara.