webnovel

When Love Knocks The Billionaire's Heart

L'amour est comme le vent, nous ne savons pas d'ou il vient. Cinta datang seperti angin, kita tidak tahu kapan dia datang. -Balzac- ---- Ditinggalkan dua orang wanita yang sangat dicintai dalam hidupnya membuat William James Hunter, 27, kesulitan untuk mempercayai wanita. Di matanya, wanita hanyalah objek pemuas hasratnya. Dengan uang yang ia miliki ia bisa dengan mudah mendekati wanita manapun yang ia mau. Pandangan William pada wanita mulai berubah ketika ia bertemu Esmee Louise, 24, di sebuah restoran kecil di desa Riquewihr, Perancis. Perlahan tapi pasti, sikap hangat dan pribadi Esmee yang pekerja keras kembali mengetuk hati William. Pada awalnya, William berencana ingin menghancurkan restoran milik Esmee karena gadis itu tidak mau menjual restoran tersebut pada perusahaan milik keluarganya. Namun, perasaan yang ia rasakan pada Esmee akhirnya membuat William memikirkan kembali semua rencana yang sudah ia buat untuk menghancurkan restoran tersebut. Akankah William kembali melanjutkan rencananya untuk menghancurkan restoran milik Esmee agar ia bisa menjadi pewaris seluruh kekayaan keluarganya? Atau, ia akan memilih melupakan warisannya dan memilih cintanya pada Esmee? Let's find out by adding this book to your library for an update. Support this book on WSA events through reviews, comments, power stones, gifts, etc. Your support means a lot. Thank you, and happy reading. ^^ Cover source: Pinterest *The cover is temporary until the main cover is ready

pearl_amethys · Urbain
Pas assez d’évaluations
409 Chs

New Phase 6

William berbaring sambil tertelungkup ketika ia mulai membuka matanya. Ia mendengus pelan ketika merasakan kepalanya yang masih sedikit berputar-putar setelah mabuk-mabukan bersama Sven tadi malam. William kemudian menelentangkan tubuhnya dan menoleh ke arah jendela yang berada tidak jauh dari tempat tidurnya.

"Astaga, seharusnya aku tidak banyak minum. Ini semua gara-gara Sven," gumam William. Ia kemudian mencoba untuk duduk di tempat tidur. Ia lalu bersandar pada kepala tempat tidur sambil memijat pangkal hidungnya.

Esmee baru saja keluar dari kamar mandi ketika ia melihat William sudah terduduk di tempat tidur. Ia tertawa pelan melihat William yang sedang memijat pangkal hidungnya.

"Kau masih pusing?" tanya Esmee seraya berjalan menghampiri tempat tidur sambil mengeringkan rambutnya.

William mengangkat kepalanya dan tersenyum masam pada Esmee. "Seharusnya aku tidak menanggapi tantangan Sven dengan serius. Sekarang kepalaku rasanya seperti mau pecah."

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com