webnovel

When Love Knocks The Billionaire's Heart

L'amour est comme le vent, nous ne savons pas d'ou il vient. Cinta datang seperti angin, kita tidak tahu kapan dia datang. -Balzac- ---- Ditinggalkan dua orang wanita yang sangat dicintai dalam hidupnya membuat William James Hunter, 27, kesulitan untuk mempercayai wanita. Di matanya, wanita hanyalah objek pemuas hasratnya. Dengan uang yang ia miliki ia bisa dengan mudah mendekati wanita manapun yang ia mau. Pandangan William pada wanita mulai berubah ketika ia bertemu Esmee Louise, 24, di sebuah restoran kecil di desa Riquewihr, Perancis. Perlahan tapi pasti, sikap hangat dan pribadi Esmee yang pekerja keras kembali mengetuk hati William. Pada awalnya, William berencana ingin menghancurkan restoran milik Esmee karena gadis itu tidak mau menjual restoran tersebut pada perusahaan milik keluarganya. Namun, perasaan yang ia rasakan pada Esmee akhirnya membuat William memikirkan kembali semua rencana yang sudah ia buat untuk menghancurkan restoran tersebut. Akankah William kembali melanjutkan rencananya untuk menghancurkan restoran milik Esmee agar ia bisa menjadi pewaris seluruh kekayaan keluarganya? Atau, ia akan memilih melupakan warisannya dan memilih cintanya pada Esmee? Let's find out by adding this book to your library for an update. Support this book on WSA events through reviews, comments, power stones, gifts, etc. Your support means a lot. Thank you, and happy reading. ^^ Cover source: Pinterest *The cover is temporary until the main cover is ready

pearl_amethys · Urbain
Pas assez d’évaluations
409 Chs

Le Petit Prince 1

Menjelang sore hari, Luca kembali membuka matanya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya sembari memperhatikan ruangan di sekelilingnya. William sedang duduk di kursi sebelah tempat tidurnya sambil membaca buku.

"Pa—"

William melepaskan perhatiannya dari buku yang sedang ia baca dan langsung menatap Luca. Ia kemudian menutup bukunya. William berdiri dari tempat duduknya sembari menaruh buku yang sedang ia baca di meja sebelah tempat tidurnya. Ia lalu meletakkan telapak tangannya di kening Luca.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya William.

Luca menatap William. Wajahnya masih menampakkan raut ketakutan. William duduk di tepi tempat tidur dan mengusap-usap kepala Luca. "Kau tidak perlu ketakutan seperti itu. Semuanya baik-baik saja."

Luca memegangi perutnya sambil mengerjap-ngerjapkan matanya. "Aku lapar."

William tertawa pelan setelah mendengar ucapan Luca. "Tentu saja kau lapar. Kau belum makan siang karena tadi kau langsung tertidur. Kau mau makan di kamar atau mau keluar kamar?"

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com