webnovel

When Love Knocks The Billionaire's Heart

L'amour est comme le vent, nous ne savons pas d'ou il vient. Cinta datang seperti angin, kita tidak tahu kapan dia datang. -Balzac- ---- Ditinggalkan dua orang wanita yang sangat dicintai dalam hidupnya membuat William James Hunter, 27, kesulitan untuk mempercayai wanita. Di matanya, wanita hanyalah objek pemuas hasratnya. Dengan uang yang ia miliki ia bisa dengan mudah mendekati wanita manapun yang ia mau. Pandangan William pada wanita mulai berubah ketika ia bertemu Esmee Louise, 24, di sebuah restoran kecil di desa Riquewihr, Perancis. Perlahan tapi pasti, sikap hangat dan pribadi Esmee yang pekerja keras kembali mengetuk hati William. Pada awalnya, William berencana ingin menghancurkan restoran milik Esmee karena gadis itu tidak mau menjual restoran tersebut pada perusahaan milik keluarganya. Namun, perasaan yang ia rasakan pada Esmee akhirnya membuat William memikirkan kembali semua rencana yang sudah ia buat untuk menghancurkan restoran tersebut. Akankah William kembali melanjutkan rencananya untuk menghancurkan restoran milik Esmee agar ia bisa menjadi pewaris seluruh kekayaan keluarganya? Atau, ia akan memilih melupakan warisannya dan memilih cintanya pada Esmee? Let's find out by adding this book to your library for an update. Support this book on WSA events through reviews, comments, power stones, gifts, etc. Your support means a lot. Thank you, and happy reading. ^^ Cover source: Pinterest *The cover is temporary until the main cover is ready

pearl_amethys · Urbain
Pas assez d’évaluations
409 Chs

La Solitude 1

Esmee melirik jam tangannya, sudah pukul 10.00 PM, shift-nya baru saja berakhir namun ia merasa sangat enggan untuk pulang ke apartemen. Ia tahu apa yang akan menantinya di apartemen itu. Hanya ada ruang kosong nan gelap yang akan menyambutnya. Xavi sudah mengirim pesan pada Esmee bahwa dia sudah menunggu di luar.

"Kau belum mau pulang?" tanya Maxime yang sudah bersiap pergi meninggalkan ruang ganti.

"Sebentar lagi aku pergi," jawab Esmee.

Maxime tertawa pelan. "Kalau dia belum mengirim pesan, tidak ada salahnya kau yang mengirim pesan terlebih dahulu. Daripada kau hanya menatap ponselmu seperti itu."

"Aku sedang melihat jam," sahut Esmee.

"Ya sudah. Aku pulang dulu," pamit Maxime.

Esmee menganggukkan kepala sambil tersenyum pada Maxime dan pria itu pun pergi meninggalkan ruang ganti. Setelah Maxime pergi, Esmee menghela nafas panjang. Apa yang harus ia lakukan seorang diri di apartemen yang luas itu? Memasak? Siapa yang akan memakan masakannya?

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com