webnovel

When Love Knocks The Billionaire's Heart

L'amour est comme le vent, nous ne savons pas d'ou il vient. Cinta datang seperti angin, kita tidak tahu kapan dia datang. -Balzac- ---- Ditinggalkan dua orang wanita yang sangat dicintai dalam hidupnya membuat William James Hunter, 27, kesulitan untuk mempercayai wanita. Di matanya, wanita hanyalah objek pemuas hasratnya. Dengan uang yang ia miliki ia bisa dengan mudah mendekati wanita manapun yang ia mau. Pandangan William pada wanita mulai berubah ketika ia bertemu Esmee Louise, 24, di sebuah restoran kecil di desa Riquewihr, Perancis. Perlahan tapi pasti, sikap hangat dan pribadi Esmee yang pekerja keras kembali mengetuk hati William. Pada awalnya, William berencana ingin menghancurkan restoran milik Esmee karena gadis itu tidak mau menjual restoran tersebut pada perusahaan milik keluarganya. Namun, perasaan yang ia rasakan pada Esmee akhirnya membuat William memikirkan kembali semua rencana yang sudah ia buat untuk menghancurkan restoran tersebut. Akankah William kembali melanjutkan rencananya untuk menghancurkan restoran milik Esmee agar ia bisa menjadi pewaris seluruh kekayaan keluarganya? Atau, ia akan memilih melupakan warisannya dan memilih cintanya pada Esmee? Let's find out by adding this book to your library for an update. Support this book on WSA events through reviews, comments, power stones, gifts, etc. Your support means a lot. Thank you, and happy reading. ^^ Cover source: Pinterest *The cover is temporary until the main cover is ready

pearl_amethys · Urbain
Pas assez d’évaluations
409 Chs

Found The Answer 2

William pulang ke apartemennya dengan wajah yang lesu. Seharian ia benar-benar tidak bersemangat karena tes DNA yang kembali ia lakukan untuk membuktikan apakah Luca memang anaknya atau bukan. William melemparkan jasnya ke sandaran tangan yang ada di sofa. Setelah itu ia menjatuhkan dirinya ke sofa tersebut sambil menghela nafas panjang. William kemudian menghela nafas panjang.

Esmee yang kebetulan baru selesai membuat minuman hangat di dapur langsung menghampiri William begitu ia melihatnya sedang terduduk sendiri di ruang tengah.

"Kau mau minuman hangat?" Tanya Esmee.

"Aku menginginkan pelukan hangat," jawab William tanpa membuka matanya.

Esmee tertawa pelan. Ia segera meletakkan gelas berisi coklat panas yang baru saja ia buat. Setelah itu mendekatkan dirinya pada William dan memeluknya. "Apa ini sudah cukup hangat?"

William mengangguk pelan.

"Luca protes karena kau pulang larut lagi," ujar Esmee.

"Mau bagaimana lagi? Aku sedang banyak urusan," sahut William.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com