webnovel

When Love Knocks The Billionaire's Heart

L'amour est comme le vent, nous ne savons pas d'ou il vient. Cinta datang seperti angin, kita tidak tahu kapan dia datang. -Balzac- ---- Ditinggalkan dua orang wanita yang sangat dicintai dalam hidupnya membuat William James Hunter, 27, kesulitan untuk mempercayai wanita. Di matanya, wanita hanyalah objek pemuas hasratnya. Dengan uang yang ia miliki ia bisa dengan mudah mendekati wanita manapun yang ia mau. Pandangan William pada wanita mulai berubah ketika ia bertemu Esmee Louise, 24, di sebuah restoran kecil di desa Riquewihr, Perancis. Perlahan tapi pasti, sikap hangat dan pribadi Esmee yang pekerja keras kembali mengetuk hati William. Pada awalnya, William berencana ingin menghancurkan restoran milik Esmee karena gadis itu tidak mau menjual restoran tersebut pada perusahaan milik keluarganya. Namun, perasaan yang ia rasakan pada Esmee akhirnya membuat William memikirkan kembali semua rencana yang sudah ia buat untuk menghancurkan restoran tersebut. Akankah William kembali melanjutkan rencananya untuk menghancurkan restoran milik Esmee agar ia bisa menjadi pewaris seluruh kekayaan keluarganya? Atau, ia akan memilih melupakan warisannya dan memilih cintanya pada Esmee? Let's find out by adding this book to your library for an update. Support this book on WSA events through reviews, comments, power stones, gifts, etc. Your support means a lot. Thank you, and happy reading. ^^ Cover source: Pinterest *The cover is temporary until the main cover is ready

pearl_amethys · Urbain
Pas assez d’évaluations
409 Chs

Curious 4

William merokok di belakang restoran setelah ia selesai memakan makan siangnya. Sambil menikmati rokoknya, William mengirim pesan pada Charles dan menanyakan tentang latar belakang Pierre yang sedang ia selidiki.

William merasa keheranan dengan sikap yang ditunjukkan Pierre selama makan siang. Setelah William selesai mengirim pesan untuk Charles, tiba-tiba saja Pierre ikut bergabung bersamanya di belakang restoran.

"Kau masih punya rokok?" tanya Pierre pada William.

William mengerutkan keningnya sambil mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya. "Ambil saja kalau kau mau."

Pierre mengambil sebatang rokok milik William lalu mengembalikan kembali bungkus rokok tersebut pada William. Tanpa diminta oleh Pierre, William menyalakan pemantik miliknya lalu mengarahkan apinya ke rokok yang sedang ada di mulut Pierre.

"Merci," ujar Pierre sambil menghisap rokok yang diberikan William padanya.

William mengangguk pelan dan kembali menghisap rokok miliknya. Ia dan Pierre berdiri sambil bersandar pada tembok bagian belakang restoran D'Amelie dan menikmati rokok yang sedang mereka hisap.

"Sejak aku melihatmu, aku merasa wajahmu terlihat tidak asing," ujar Pierre. Ia kembali memulai pembicaraan dengan William.

"Mungkin hanya perasaanmu saja. Ini pertama kalinya aku datang ke tempat ini," sahut William.

"Apa tujuanmu sebenarnya datang ke tempat ini?" tanya Pierre.

William mengangkat bahunya. "Aku hanya ingin berlibur. Tapi, aku juga ingin tetap menghasilkan uang. Oleh karena itu, aku melamar bekerja di sini."

Pierre mengangguk-anggukkan kepalanya ketika mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh William. "Wajahmu sangat mirip dengan wajah salah satu pewaris keluarga terkenal yang terlibat skandal video seks dengan model asal New York beberapa waktu lalu."

Ucapan Pierre seketika membuat William terdiam. Namun ia mencoba mengendalikan ekspresi wajahnya agar tidak membuat Pierre curiga. William tertawa pelan menanggapi ucapan Pierre.

"Ternyata kau penikmat video porno juga rupanya. Aku tidak menyangka," sahut William sambil mengulum tawanya. Ia kemudian menghisap dalam-dalam rokoknya dan menghembuskan asapnya ke udara.

"Itu bukan sesuatu yang aneh bagi pria dewasa seperti kita, kan?" timpal Pierre.

William menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang salah dengan itu. Tapi, aku lebih suka membayar seorang wanita penghibur daripada menonton video porno."

Pierre tertawa mendengar apa yang dikatakan William. "Aku bisa memberimu banyak gadis cantik di klubku jika kau mau berkunjung ke klub milikku."

"Akan aku pertimbangkannya. Tapi, untuk saat ini aku sedang tidak ingin bermain dengan wanita penghibur. Aku ingin menghibur diriku sendiri," jawab William. Ia kemudian menjatuhkan puntung rokok yang sudah selesai ia hisap dan langsung menginjaknya. Setelah itu, William kembali masuk ke dapur restoran.

Pierre berdecak pelan ketika William kembali ke dapur. "Lihat saja, aku pasti akan mendapatkan informasi tentang siapa dirimu sebenarnya."

----

"Kau sudah mendapatkan informasi tentang Kepala Juru masak di klub tempat Esmee bekerja?" tanya William pada Charles.

Setelah masuk kembali ke dapur restoran, William meminta izin pada Esmee untuk menggunakan kamar mandi yang ada di kamarnya. Ia beralasan sedang ada orang di dalam kamar mandi yang ada di restoran. Begitu masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamar Esmee, William segera menghubungi Charles.

"Aku sudah mengumpulkan beberapa informasi tentang orang itu. Pierre Bruno Junior. Dia berasal dari Marseille. Usianya hanya satu tahun di atasmu. Dia pernah menempuh pendidikan kuliner di Le Cordon Bleu. Tapi menurut informasi yang aku dapatkan dia tidak menyelesaikan pendidikannya," terang Charles.

"Kenapa dia tidak menyelesaikan pendidikannya di sana? Apa dia terlibat masalah di kampus itu?" tanya William.

"Entahlah. Aku harus mengkonfirmasi ke pihak kampus untuk hal itu," jawab Charles.

"Informasi apa lagi yang kau dapatkan?"

"Sepertinya meskipun dia tidak sampai lulus di Cordon Bleu tapi riwayat pekerjaannya cukup menarik. Ia pernah bekerja di beberapa restoran yang mendapat Michelin star di Italia dan Jerman. Yang menarik, dia tidak pernah bertahan lama di tempat kerjanya."

"Dia dikeluarkan atau mengundurkan diri?"

"Di sini tertulis dia keluar. Tapi aku akan mencari tahu lagi alasan dibalik pengunduran dirinya."

"Bagaimana dengan sekarang? Selain bekerja sebagai Kepala Juru masak, apa yang dia lakukan?"

"Pierre bukan saja Kepala Juru masak di tempat itu. Dia juga pemilik dari klub tersebut. Selain itu, dia juga mengambil pekerjaan sebagai penasihat di sebuah restoran. Oh, tunggu sebentar—"

Charles terdiam sebentar. Ia sepertinya baru saja menemukan informasi yang menarik tentang Pierre.

"Ada apa?" tanya William.

"Pierre bekerja sebagai penasihat makanan di restoran hotel yang semalam kau datangi," jawab Charles.

"Damn it. Jangan-jangan semalam dia tidak sengaja melihatku di restoran itu bersama ayahku," ujar William.

"Kenapa kau bisa berkata seperti itu?"

William menghela nafas panjang. "Dia datang lagi ke restoran ini. Sikapnya agak mencurigakan. Dia seolah mengetahui siapa aku sebenarnya. Dia bahkan memancingku dengan skandal video seksku."

"Dia pasti merasa minder setelah melihat videomu itu," sahut Charles sambil terkekeh.

"Tutup mulutmu. Informasi apa yang kau miliki?"

"Oh, satu lagi. Wanita yang bekerja sebagai Asisten Juru masak di tempat Pierre tidak pernah bekerja dalam waktu yang lama. Mungkin ini hanya kebetulan. Tapi ini terlalu mencurigakan untuk disebut sebagai kebetulan," jawab Charles.

"Apa maksudmu?"

"Di sini ada laporan dari seorang mantan asistennya tentang perbuatan tidak menyenangkan selama di tempat kerja."

William terdiam sesaat. Ia kemudian menghela nafas panjang. "Firasatku benar. Dia pria brengsek. Baiklah kalau begitu. Kumpulkan lagi informasi tentang pria itu."

"Yes, Monsiuer. Anything else?" sahut Charles.

"Tidak ada. Aku harus kembali bekerja." William segera mematikan sambungan teleponnya dengan Charles. Ia kemudian memasukkan ponselnya dan merapikan pakaiannya. Setelah itu ia keluar dari kamar mandi yang ada di kamar Esmee.

William melihat-lihat sebentar di dalam kamar Esmee sebelum ia memutuskan untuk turun ke restoran. Ia menyipitkan matanya ketika melihat sebuah amplop dengan lambang pengadilan. William meraih amplop tersebut. Matanya membulat ketika ia menyadari amplop tersebut sudah terbuka.

William pun segera mengeluarkan surat dalam amplop tersebut. Ia membaca cepat isi surat pengadilan yang ternyata adalah surat pemberitahuan agar Restoran D'Amelie melakukan konfirmasi tentang pemilik restoran saat ini. Karena pengadilan mendapatkan laporan bahwa restoran itu sudah berpindah tangan akan tetapi pengadilan belum mendapatkan permintaaan untuk pemindahtanganan tersebut.

"Pasti ini ulah Charles," gumam William. Ia berdecak pelan sambil memasukkan kembali surat yang ia pegang ke dalam amplopnya. Setelah itu, William kembali meletakkan amplop tersebut di atas meja.

William kemudian bergegas kembali ke restoran. Setibanya di dapur restoran ia melihat Pierre yang masih berada di dapur dan sedang mengobrol berdua dengan Esmee. Pierre melirik padanya ketika ia lewat di depannya. Pria itu nampak menyeringai sesaat namun ia buru-buru tersenyum kembali pada Esmee. William memilih untuk mengabaikannya dan segera membantu Sven memotong-motong sayuran yang akan digunakan.

****

Thank you for reading my work. I hope you guys enjoy it. I was hoping you could share your thought in the comment section and let me know about them. Don't forget to give your support through votes, reviews, and comments. Thank you ^^

Original stories are only available at Webnovel.

Keep in touch with me by following my Instagram Account or Discord pearl_amethys ^^

pearl_amethyscreators' thoughts