pria dengan selimut tebal yang setia membaluti dirinya kini.
Emmanuel Sakra, seorang remaja berusia 19 tahun dengan kepribadian periang dan baik hati, aura positif selalu terpancar dalam dirinya, ia selalu ingin orang-orang yang berada di sekelilingnya bahagia dengan kehadiran dirinya. Iris mata coklat terangnya membuat siapapun yang menatapnya akan kagum, bibir merah persik nya tak jarang membuat orang lain iri bagaimana bisa seorang anak laki-laki semanis itu, rasanya tidak adil.
"Ya ampun, Sakra....." Teriak Helen ibu Sakra yang umurnya telah memasuki angka 50 tapi parasnya seperti tak lekang oleh waktu, masih sam seperti dirinya 20 tahun yang lalu.
sambil menarik selimut yang sedari tadi masih sangat setia membaluti manja tubuh anaknya.
Helen berkata, "kebo banget yah kamu ini, kalau gak ada ibu tidur sampai besok pun bisa kayaknya."
"...."
Tidak ada respon, ibu terlihat jengah sambil memutar bola matanya ia berfikir apakah selama ini ia membesarkan seorang anak atau malah memelihara seekor kerbau. Menyerah dengan upaya membangunkan Sakra, wanita paruh baya itupun berbalik ke arah jendela. Gorden berwarna emas yang sedari tadi menghalangi cahaya untuk masuk kini telah terbuka sempurna, menampilkan keadaan pagi yang damai namun sedikit lembab.
"Bu, besok Christy am Elizabeth aku goreng aja yah, bu." saut Sakra dengan suara seraknya. Bagi Sakra suara serak khas bangun tidurnya adalah suara terseksi yang ia miliki.
"Enak ajah...."
"Habisnya mereka setiap pagi berisik bu, udah 6 tahun loh aku bertahan....." rengek Sakra "lagian ibu ngapain sih nyimpan mereka di depan kamar aku, coba deh ibu sehari ajah jadi aku dengerin suara cut cut cut mereka...." jelas Sakra sambil memonyongkan bibirnya
"pasti ibu gak tahan, apalagi setiap hari bu."
"Udah ngomongnya? kalau udah sekarang bangun, mandi, turun, makan!" tegas ibu jutek.
"kalau ibu melangkahkan kaki dari sini kamu belum bangun, jangan heran kalau semua peralatan game kamu ini hilang."
Buru-buru Sakra lompat dari tempat tidurnya, menanggalkan selimut yang dari tadi membungkus dirinya. "Siap bos."
Helen hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak semata wayangnya itu, usia nya sebentar lagi menginjak 20 tahun, tapi perilakunya tidak pernah berubah. Bagi Helen, Sakra tetaplah anak kecilnya yang akan selalu membutuhkan dirinya dan juga kasih sayangnya.
<Sakra's POV>
Christy dan Elizabeth adalah 2 burung peliharaan ibu, entah apa yang di pikiran ibu ketika menamai burung-burung itu. Namanya bahkan lebih keren dari sebagian nama orang yang pernah kutemui. Burung jenis lovebird itu sudah 6 tahun di rawat oleh ibu, dengan kekuatan jari jemari seorang ibu burung itu kini menjadi burung yang sangat pintar. Bahkan ibu punya panggilan khusus untuk kedua anaknya itu yaitu "Cici dan Lili si anak buluku" untuk sesaat aku berpikir bahwa ibu lebih menyayangi 2 anak bulunya itu di banding diriku. Dulu aku pernah kesal dengan ibu dengan begitu terbesit di pikiranku untuk menyembunyikan Cici dan Lili dan aku melakukannya, tebak... Ibu menangis sampai pagi. Karna kasihan aku mengembalikan Cici dan Lili kembali ke tempatnya dan mengatakan pada ibu bahwa Roby si kucing tetangga membawa Cici dan Lili keliling taman untuk bermain. Ibu tidak bodoh ia tahu betul bahwa akulah pelakunya, hingga akhirnya ibu menghukum ku dengan cara mendiami ku selama sehari penuh, itulah kenapa setiap aku melihat Cici dan Lili seperti selalu ada dendam dalam diriku, jika di pikir-pikir mereka adalah makhluk kecil aku berkali kali lipat besarnya dari kedua burung itu, tapi kenapa rasanya mereka lebih punya kekuatan di banding diriku, yah kekuatan ibuku.
<Sakra's POV end>
Saat ini Sakra sedang memasuki tahun ke 2 sebagai Mahasiswa di salah satu Universitas ternama di daerah tempatnya tinggal kini.
6 tahun lalu setelah kepergian Evan, Helen memutuskan untuk meninggalkan kota besar dan memilih daerah kecil untuk dirinya menetap bersama Sakra. Menurutnya hiruk-pikuk kota bukanlah tempat yang baik untuk tumbuh kembang Sakra, terlebih Evan yang bukan lain adalah Ayah Sakra orang yang Helen anggap bisa menjaga Sakra telah tiada. Bagi Helen anaknya adalah satu-satunya yang ia miliki dan akan melakukan apapun untuk tumbuh kembang dan kebahagiaan anaknya.
"Bu, ngapain sih belanja sebanyak ini, kan ujung-ujungnya aku juga yang bawa semuanya." Keluh Sakra dengan plastik belanjaan yang menggantung di tangan kiri dan kanannya.
"Sengaja untuk stok 1 tahun, biar kamu juga capeknya sekalian sekali setahun." Jawab ibu dengan nada bercanda.
"Terserah ibu deh pokoknya aku lapar, pengen makan sekarang juga."
"Yaudah kamu duluan ke restoran di sana, nanti ibu susul ibu masih banyak list belanjaan. Kamu pesan duluan, buat ibu menunya sama kayak punya kamu aja." ucap Helen, sambil menunjuk sebuah restoran yang berada di samping supermarket tempat mereka belanja.
menuruti perintah ibu Sakra menuju restoran yang Helen tunjuk tadi, Sakra tampak berjalan sangat lesu baginya menemani ibu berbelanja adalah kegiatan yang sangat ia tidak sukai. Tapi, ia selalu menyebut dirinya anak yang berbakti maka dari itu ia akan tetap akan melakukannya.
Makanan yang di pesan Sakra kini tersaji dengan indah di meja. Mulai dari makanan berat, seafood hingga makanan pencuci mulut yang di jamin akan membuat perut memberontak meminta agar segera di isi telah memenuhi meja tempat Sakra duduk, orang-orang yang melihatnya mungkin akan keheranan melihat porsi sebanyak itu untuk Sakra yang badannya terbilang kecil. Mereka tidak tahu bahwa separuh dari porsi makanan itu milik Helen.
Sakra menarik sebuah piring yang berisi ikan rebus merah di dalamnya, dengan sedikit terharu ia mengambil sepasang sumpit lalu mulai melahap makanan di depannya, "itadakemasu." Kata-kata yang ia sering dengar di drama jepang favoritnya kini ia realisasikan ke kehidupannya.
Agenda makan Sakra sedikit terganggu, ketika tak sengaja dari balik kaca restoran ia melihat sepasang pria dan wanita terlihat sedang bersitegang. Jika diamati terlihat sang pria yang berusaha membujuk sang wanita yang sedang merajuk, sejauh mata dan pikirannya memahami dapat ia simpulkan bahwa mereka adalah pasangan kekasih yang bertengkar karna si pria selingkuh. Sungguh adegan yang sedang berlangsung di pandangan matanya ini berhasil membuat Sakra terkejut bukan main, terlihat sang wanita dengan ber api-api menampar sang pria.
"Ehh buset...." ucap Sakra dengan reflek memegangi pipinya seperti ikut merasakan efek dari tamparan maha dahsyat itu "ini sih kalau jadi film bakalan jadi gendre favorit gue sih."
"Grrr."
"Sialll....panggilan alam." keluh Sakra sambil memegangi perutnya. Tak memakan waktu lama hingga dirinya sampai di depan sebuah toilet.
hampir menghabiskan 1 jam di toilet, Sakra menebak penyebab rasa mulasnya karena ia menambahkan terlalu banyak bubuk cabe dalam udang bakar yang di makannya tadi. Atau mungkin, ini adalah Instant karma karna dirinya yang terlalu menikmati pertengkaran kedua pasangan tadi. Tapi di bandingkan itu semua, Sakra lebih khawatir ibu akan mencari dirinya yang pergi cukup lama.
Sakra yang baru saja keluar dari bilik Toilet hendak menuju wastafel. Langkahnya tiba-tiba terhenti ketika melihat sosok pria yang tak asing berdiri disana, dengan perasaan yang menduga-duga Sakra mendekati pria itu secara perlahan.
Baru saja Sakra ingin mengajak pria yang membelakanginya tersebut berbicara, Pria itu langsung membalikkan tubuhnya menghadap Sakra.
"Nikmatin banget yah tadi dramanya?"
Sakra yang masih terkejut dengan gerakan tiba-tiba pria itu membalik tubuhnya, dibuat lebih terkejut lagi mengetahui pria di depannya ini adalah orang yang sama yang tadi ia lihat bertengkar dengan kekasihnya.
"LO!"
❤️HAI GUYS INI KARYA PERTAMAKU KRITIK DAN SARAN SANGAT DI BUTUHKAN YAH❤️
TERIMAKASIH <3