"Ra. Kalian mau makan apa?" Sepulang dari tempat pemakaman, Seli mengajak ku dan Ali makan. Ada salah satu restoran, sepertinya itu lebih mirip dengan restoran yang berisi daging daging. Ah, entahlah, apa namanya. Di sini terasa aneh semua.
"Yang itu namanya restoran aneka kue, restoran aneka coklat dan cheese, restoran aneka daging, ikan, dan---"
"Itu benar benar berupa daging kan?" Ali memotong pembicaraan Seli. Dia sepertinya sudah trauma dengan yang namanya daging di setiap Klan.
Terkahir kami memakan daging di Klan Bintang, dan daging itu berada di mangkuk yang dalam nya masih ada darah nya. Bukan, menurut para penduduk Klan Bintang, lebih enak jika daging itu di santap dengan kuah darah.
Ali hampir muntah saat melihat nya. Tetapi meski begitu kami terpaksa makan, walaupun rasanya enak. Seperti kuah kaldu, jika kalian membayangkan darah yang asli kalian pasti akan merasa.... JIJIK.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com