Butik yang Adam dan Lauren datangi merupakan butik yang cukup tersohor di kalangan wanita-wanita kelas atas. Di tempat itu ada banyak busana rancangan yang limited edition dan buatan dari designer kenamaan. Tak heran saat mereka masuk, Lauren dibuat tercengang dengan gadis-gadis dan wanita berpakaian bermerk memenuhi ruangan di sana.
Berdiri di deretan baju yang mereka tunjukkan atau tengah menatap manekin yang dibalut busana indah rancangan terbaru. Lauren menutup mulutnya, menormalkan ekspresi wajahnya yang tercengang.
"Eh-eh lihat! Itu Adam kan?" ucap beberapa wanita yang kelihatannya kenal dengan sosok Adam. Beberapa gadis juga ikut mengamati Adam yang bak menjadi sasaran empuk mereka untuk diporoti.
Lauren berusaha abai saja dengan sorot kekaguman para wanita itu, tapi ketika dia mulai berjalan di belakang Adam dan mengamati setiap pakaian. Lauren kembali mendengar suara sumbang yang menyebut dirinya 'jalang'.
Sontak saja Lauren menoleh ke arah sumber suara yang baru saja mengatainya begitu. Dua orang gadis berpakaian modis menatapnya dengan tatapan merendahkan. Seketika Lauren dilanda amarah yang menggelegak. Dia berbalik badan dan menghampiri dua gadis tersebut.
"Apa kalian berhak bicara begitu padaku?" tanya Lauren dingin. Kedua sisi tangannya terkepal kuat, siap melayangkan tinju ke wajah cantik itu. Namun dia tahan dengan meremas kuat sisi gaunnya hingga lecek.
Lauren sadar, dia harus menjaga nama baik Adam sebagai suaminya. Dan pengendalian diri yang sedang dia lakukan harusnya diapresiasi oleh pria itu nanti. "Apa kalian bisa menjaga mulut kalian itu? Percuma berpendidikan tinggi, dari kalangan atas kalau mulut kalian tidak lebih seperti sampah!" hardik Lauren.
Dua gadis tadi meradang mendengarnya. Mereka mendekat ke arah Lauren dan menunjuk dada gadis itu dengan pandangan mencemooh. "Oiya, berani sekali mulut kotormu itu mengatai kami sampah!"
Lauren mundur. Namun tangannya malah ditarik paksa oleh dua gadis itu menuju deretan baju yang lain. Keduanya menarik rambut Lauren. "Lihat, berapa hargamu semalam hah, sampai bisa berada di sini dengan Tuan Adam? Pasti semalam kamu menggodanya hingga berakhir di tempat tidur kan?" tuduh mereka kemudian mendorong Lauren sampai tubuhnya terhuyung.
Beruntung seseorang menangkap tubuhnya. Memeluk Lauren dengan erat sambil mengelus kepalanya. "Kamu baik-baik saja Lauren?" tanyanya. Gadis itu mendongak dan melihat Adam tengah menatapnya.
"Baik," sahut Lauren datar. Adam mendorong pelan bahu Lauren untuk berada di belakang punggungnya. Sedangkan dua gadis tadi dibuat terperangah oleh kehadiran Adam yang tiba-tiba.
"Tuan Adam, kenapa Anda malah membela wanita kotor itu? Dia pasti sudah menggo--"
"Bisa diam tidak?" sergah Adam cepat. Dia menatap geram dua gadis tersebut. "Berani sekali kalian menyebut istriku begitu?"
"Is-is-istri?" ucap keduanya terbata-bata. Mereka menciut ketika Adam menunjuk ke arah wajah mereka.
"Aku akan tandai muka kalian berdua. Anna Holister dan Beta Ramadian Saputri." Saya tahu kedua orang tua kalian, dan mereka merupakan kolega bisnis saya." Mata keduanya melebar, merasa bukan hal yang baik berurusan dengan Adam.
Cepat mereka berlari menjauh dari sana. Meninggalkan Adam dan Lauren. Pria itu menghampiri Lauren dan mendapati gadis itu tengah memandangnya dengan muka garang.
"Apa aku harus melayanimu malam ini biar anggapan mereka soal aku benar?" tanya Lauren membuat Adam terhenyak kaget.
"Tidak, tidak usah. Ayo kita cari baju buat kamu." Lauren mengangguk saja walau dalam hati dia benar-benar meradang hari ini. Adam meraih pinggang Lauren dan mengajaknya masuk ke sebuah ruangan.
Ada banyak baju di sana. "Silakan pilih sesuai keinginanmu." Lauren menatap Adam sejenak.
"Om ngeborong lagi?"
Adam terkekeh geli. "Tidak, tapi kalau kamu mau borong pun gak masalah."
Lauren memicingkan mata. "Om udah gila," ujar Lauren membuat beberapa pelayan butik itu mengerutkan alis mendengar nama panggilan yang Lauren katakan.
"Tolong bantu dia memilih pakaiannya." Adam duduk di sofa. Baru pertama kali mengalami hal ini dalam hidupnya. Menunggu gadisnya memilih pakaian dan menilai pakaian apa yang akan dia ambil nanti.
Bukankah ini sering terjadi di drama-drama TV?
"Anda beruntung sekali punya paman seperti Tuan Adam." Lauren menoleh ke arah pelayan yang berkata begitu.
Lauren tertawa renyah, membuat wanita itu mengerutkan alis.
"Dia bukan pamanku."
"Ouh bukan? Astaga maaf, Nona."
Lauren mendekat kemudian berbisik. "Dia suamiku."
Pelayan itu melotot kaget. Dia menganga, lalu mengatupkan bibir. Berusaha mengatur raut wajahnya. Mata wanita itu menjelajah dari bawah ke ujung kepala Lauren. Seakan tengah memindai, mencari kebenaran dari ucapan Lauren.
"Kami baru menikah. Jadi, bisakah kamu carikan pakaian yang bisa memancing seorang pria?" tanya Lauren nakal sambil menggigit telunjuknya.
Pelayan itu langsung paham maksud Lauren. Dia mengangguk, kemudian berjalan ke arah sebuah rak yang dipenuhi dengan dress pesta.
"Saya yakin ini bisa membuat Tuan Adam tak berkedip. Badan Anda sangat cocok memakai ini." Lauren mengambil satu gaun berwarna hitam mirip seperti dress cheongsham shanghai, namun versi sexy.
"Oke aku akan coba pakai ini." Pelayan itu ikut antusias mendengarnya. Dia menunggu di depan kamar ganti. Beberapa menit kemudian menganga lebar.
Dia bertepuk tangan. "Saya yakin Tuan Adam bisa meneteskan air liur."
Lauren tertawa geli. Lalu melangkah ke hadapan Adam dan berpose. "Bagaimana?"
Adam yang sedang menyesap teh buatan salah seorang pelayan langsung menyemburkannya ketika melihat pakaian Lauren. "Uhuuk uhuk kamu mau ke mana dengan pakaian begitu hah? Ya Tuhan, aku tidak akan sudi membelinya untukmu."
Lauren mencebik. Dia memiringkan badan, menunjukkan sisi paling menantang dari pakaian itu.
Adam menatap Lauren dengan muka takjub. "Kamu sengaja menggodaku ya?" tanya Adam seraya berdiri dan mendekat ke arah Lauren.
"Kalau kamu seperti ini, aku tidak akan mengendalikan diriku lagi." Lauren melihat alarm bahayanya menyala. Gadis itu mundur perlahan, namun jemari Adam lebih dulu menarik pinggangnya.
Menempatkan jemarinya di atas pinggang Lauren. Merasakan kulitnya yang lembut dan bagaimana gadis itu menegang di dekatnya.
Adam bisa leluasa melihat Lauren dari dekat. Betapa menakjubkannya gadis itu dalam balutan dress sialan itu.
"Aku tidak akan bertanggung jawab kalau sepulang dari sini, kamu tidak bisa jalan dengan benar." Lauren meneguk ludahnya dengan susah payah. Dia tertegun mendengar suara Adam yang rendah dan berbisik tepat di samping telinganya.
Lauren sontak mendorong Adam. "Om jangan macam-macam ya, aku bisa nendang Om!" ancam Lauren membuat Adam tertawa geli.
Pria itu mengacak rambutnya. Dia menyentuh wajah Lauren sebentar sebelum benar-benar kembali ke sofa dan mengabaikan deburan hasrat yang menggelora dalam diri.
Bisa beri apresiasi pada pria ini atas pengendalian dirinya yang luar biasa. Dia tersenyum melihat Lauren yang kalah telak.
"1-0," ujar Adam membuat Lauren mendecih sebal.
Pelayan yang tadi menemani Lauren datang membuat Adam lantas duduk kembali di sofanya. Pria itu menatap ke arah sang pelayan yang tersenyum -senyum padanya. "Tolong beri dia baju yang lebih waras. Aku tidak mau kalau harus menyuruhmu keluar dari ruangan ini sekarang."
Lauren menganga dengan mata melotot tajam. Rencananya untuk menyiksa Adam gagal total. Pria ini lebih cerdik dari dugaan Lauren.
'Kita lihat siapa yang bakalan bertekuk lutut duluan!' batin Lauren.
***
Bersambung