webnovel

We Had a Fight

David, pria bernasib sial yang sedang membuang sampah, tiba-tiba dipilih untuk menjadi anggota gangster berbahaya paling dicari yang di pimpin oleh Bianca hanya karena abjad nama depannya!

cerix · Adolescents et jeunes adultes
Pas assez d’évaluations
7 Chs

Prolog

-o0o-

Langit telah menghitam, malam telah mencapai puncaknya. Keramaian yang kini hilang menjadi kesempatan emas bagi Bianca untuk menekan beberapa tombol di ponselnya dengan tenang. Well, tentunya sambil mengelap bongkahan besi yang memiliki nama Smith & Wesson 500 Magnum.

"Hi, it's me," sapa Bianca dengan nada angkuh sembari sesekali menatap pada pintu besar di gedung seberangnya. Berada di lantai teratas gedung tak membuatnya risau sedikit pun. Ia mengayunkan senapannya dengan santai, mendengarkan pembicaraan tak menarik di Airpodsnya. Saking tak menariknya, ia berdecih. "Kau pintar membuat lelucon ya? Kau tahu berapa harga peluru yang kugunakan untuk membunuh mangsamu?" Tanya Bianca.

Pintu terbuka. Seorang pria berpakaian gelap keluar sambil menyalakan pemantik untuk mengisap rokok merk mahalnya. Sementara di kedua sisi dan belakang pria itu ialah bodyguard berbadan besar dan bersenjata. 'Meh, i got no chills' batin Bianca dengan sudut bibir tertarik ke bawah, lalu mengecek ponselnya. "Kau membayarku untuk membunuh pria pemilik club malam yang cabangnya dimana-mana dengan harga segini?"

"Tapi aku sudah menambahkan 2 kali lipatnya!" Erang suara di sambungan sana.

"Kalau begitu, tambahkan lagi dua digit angka nol dibelakangnya, lalu semuanya selesai. Deal?"

"Itu terlalu banyak, sial!"

"Oh lihat, sebentar lagi dia akan masuk mobil dan pergi."

"ARGHHH FINE! AKU AKAN KIRIM SETELAH KAU MEMBERESKANNYA!"

"No thanks, aku akan tembak dia setelah kau kirim uangnya. Disini aku bossnya."

"BITCH!!!"

"Five seconds for deal. 5.. 4.."

"Baiklah, aku kirim sekarang!"

"3.. 2.."

"Finish!"

Bianca menyeringai lebar begitu melihat rekeningnya sudah diisi dengan nominal yang ia inginkan. Segera ia arahkan senapannya tepat pada jantung pria tinggi yang sudah berada di depan mobil limosin.

"1."

DORR!!

Alarm mobil segera berbunyi menyusul suara tembakan diiringi dengan para bodyguard-bodyguard pria tadi yang dilanda panik. Dua bodyguard langsung membentuk sikap waspada seraya mencari sumber peluru yang langsung menghempaskan pemimpin mereka. Sementara dua yang lain berusaha mengangkat tubuh bersimbah darah tersebut masuk ke mobil untuk pergi menuju rumah sakit terdekat.

Bianca menyelipkan Handphone nya ke dalam saku celana ketika melihat dua pria keluar dari tempat persembunyian dan menjatuhkan dua bodyguard yang dalam hitungan detik sudah tak sadarkan diri. "Kau dengar itu, pelanggan?" Tanya Bianca dengan senyum puas. "Semuanya sudah beres. Aku tunggu pesanan selanjutnya. Bye."

Usai berucap demikian, Bianca segera berlarian menghampiri teman-temannya yang sudah berkumpul disana. Chad duduk di atas tubuh salah satu bodyguard, Elvis bercinta dengan rokoknya dan Arianne yang masih mengotak atik Handphone nya. Bianca berdiri di sebelah Arianne. "Memeriksa apa?"

"Lampu lalu lintas," jawab gadis berkacamata itu. "Aku akan perbanyak hitungan mundur untuk lampu merah, jadi pria tadi takkan bernafas saat sampai di rumah sakit," lanjut Arianne.

Elvis menghembuskan asap rokoknya. "Tenang saja, orang itu tidak akan bernafas setelah 7-11 detik." Pria berambut cepak itu melirik pada Bianca. "Kecuali kau meleset dan malah merobek jantungnya. Butuh waktu 7 menit untuk mati."

Bianca mengangguk. "Lebih baik kau retas nomor rekening pelanggan tadi dan kuras habis semua uangnya." Gadis itu memutar bola matanya dengan sebal. "I hate his attitude." Arianne mengangguk, kemudian segera mengabulkan keinginan Bianca.

"Orang-orang tidak akan berdatangan?" Chad membuka mulut sembari menghitung-hitung uang yang ada di dompet bodyguard yang ia duduki.

Elvis menggeleng. "Pintu serangga tadi ada di dalam gang yang jaraknya 0,179 miles dari jalan raya. Dan limo cantiknya parkir hanya 5 meter dari pintu. Butuh waktu 4,8 menit untuk mereka berdatangan kalau aku tak salah mengira," jawab Elvis tenang yang disambut oleh rangkulan dari Bianca. "Wow dude, kau memang yang terbaik."

"Ok, aku sudah mendapatkan semua yang kumau dari pria besar ini," kata Chad, hendak bangkit berdiri. "Kita pergi sekarang."

Kalimat Chad mendapat anggukan dari semua teman-temannya. Namun, ketika mereka hendak melenggang pergi, suara dentuman besi dari tempat pembuangan sampah menghentikan langkah mereka. Keempatnya segera mengambil sikap waspada.

Bianca membuang ludah tepat dihadapan seorang pria yang telah jatuh ke tanah dengan wajah pucat pasi, yang beberapa detik lalu sempat ia waspadai. Pria itu memiliki kulit putih dan tubuh yang lumayan terlatih. Tetapi, keringat di pelipis pria itu tak bisa menipu tubuhnya bahwa sekarang ia sedang ketakutan.

Senyum miring terulas di bibir Bianca saat ia berjongkok di sebelah pria itu seraya menempelkan moncong senapannya di pelipis sang pria asing. "Apa yang kau lihat?" Bisik Bianca dengan nada mengintimidasi.

"A-Aku tadi hanya kebetulan sedang membuang sampah. Aku janji.. t-t-tidak akan memberitahu siapapun.. aku janji..." ungkapnya terbata-bata, lantas mengapitkan kedua telapak tangannya di depan dada. "Tolong.. biarkan aku hidup.. aku.. aku selalu menepati janji.."

"Aku tak perlu janji. Bocorkan saja ke orang-orang yang kau kenal, ke publik, ke organisasi sialan yang selalu mengejar-ngejar kami, aku tidak takut." Bianca tertawa remeh. "Itu pun kalau aku tidak menarik pelatuk."

"Aku!" Sang pria meneguk salivanya. "Aku akan melakukan apa saja! A-aku akan jadi pesuruh kalian atau apa saja yang kamu mau.. t-tapi kumohon.."

"Bianca, tarik pelatuknya," ujar Chad dingin. "Kita hanya punya 1,8 menit lagi," Elvis menimpali.

Sang pria tertegun. 'Apakah mereka ini Alpha? That gangster?!' Batinnya. Tubuhnya semakin gemetaran begitu tau bahaya macam apa yang sedang ia hadapi. 'I'm in deep shit.'

"Siapa namamu?" Tanya Bianca, menarik setengah pelatuk dari senapannya. Mimik muka nya tak menunjukkan prihatin sama sekali. Benar kata orang-orang, dia bukan manusia. Jika benar manusia, maka dia-lah yang pantas disebut manusia berhati dingin.

"D-david. David Earnest."

Bianca tersenyum, membatalkan tarikan pelatuknya lebih dalam lagi. Ia menyelipkan Smith & Wesson 500 Magnum kesayangannya di soket yang mirip ikat pinggang. "You're in, buddy."

"WHAT??!!" Pekik ketiga temannya serempak. Bianca mengedikkan pundaknya acuh tak acuh. "We have to bail."

"You're such a fuckhead, B," celetuk Chad sembari menepuk keningnya.