"Ya, saya akui itu. Kadang-kadang saya memang tidak bisa mengontrol rasa marah, apalagi ketika berhadapan dengan Andine." Ben mengembuskan napas panjang.
Evelyn mengamati wajah sang tuan yang sedikit menunjukkan rasa sesal. Gadis itu mengerti akan posisi Ben saat ini.
"Tapi, Tuan hebat," puji Evelyn, "bisa bertahan dengan pernikahan ini bersama Nona Andine." Evelyn menyunggingkan senyum manisnya.
Ben kembali menoleh, ia menangkap ketulusan dari balik sorot mata gadis itu yang terpancar untuknya.
Jantung Ben tiba-tiba berdebar, untuk pertama kali setelah bertahun-tahun lamanya, ia kembali merasakan hangat yang menjalar ke dalam dadanya, saat melihat senyum Evelyn yang tertuju untuknya.
Perasaan macam apa ini? Ben bertanya-tanya.
Merasa kikuk ditatap seperti itu, Evelyn pun memilih untuk pamit.
"Saya akan melanjutkan pekerjaan, Tuan." ujar gadis itu, ia segera berlalu bahkan sebelum Ben mempersilakan.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com