webnovel

rasa bahagia

Tawa anak-anak terdengar riang. Berlarian mengelilingi setiap sudut rumah. Mereka terlihat sangat bahagia. Beberapa mainan sudah berserakan tidak menentu. Tatapan mata lembut dengan senyum tipis yang terlihat sangat tulus. Melengkung indah di wajah wanita muda itu. Meski umurnya sudah hampir 34 tahun. Tapi wajahnya masih ayu tanpa dandanan.

Sudah satu hari dia di tinggal suaminya untuk pergi keluar kota lagi. Terkadang bisa sampai satu Minggu. Tapi dia masih setia menanti suaminya pulang. Dan memeluknya dengan penuh kasih sayang. Pernikahan yang sudah hampir 10 tahun itu membuat hidupnya sangat bahagia.

Tanpa ada pikiran macam-macam. Dia sepenuhnya percaya dengan suaminya. Sejauh ini semua masih baik-baik saja.

"Mah. Ayah pulang," teriakan suara yang ia nantikan akhirnya terdengar lembut menyapa telinganya.

"Yey...ayah pulang," kedua anak yang masih berumur 5 dan 7 tahun itu berlari menuju pintu depan.

"Ayah..." Langsung dengan sigap melompat ke arah ayahnya. Laki-laki itu langsung menangkap Naila. Anak gadisnya dengan cepat.

"Ada oleh-oleh ngak yah?" Niko anak tertua keluarga mereka. Seperti biasa hanya menanyakan apa yang ayahnya bawa untuk dia.

"Yah," wanita itu berjalan perlahan dengan perut buncitnya. Dengan hati-hati ia berjalan menuruni tangga depan rumah. Dan memeluk erat suaminya itu. Pertemuan hangat yang sangat di nantikan semua keluarga.

"Ini buat Naila, dan ini buat Niko," mengambil bingkisan yang ada di mobilnya.

"Dan ini buat mamah," kalung emas dengan tulisan nama terlihat indah. Laki-laki itu langsung memakaikan kalung yang ia hadiahkan untuk istrinya.

"Makasih yah," senyum bahagia terlihat sangat jelas menghiasi wajahnya.

"Ayo kita masuk kerumah."

"Iya, yah."

Mereka berjalan masuk ke dalam rumah. Semua hal yang wanita lihat sekarang seperti sebuah mimpi indah. Dan ia tidak pernah ingin terbangun. Semua hal yang ia nantikan dulu semasa pacaran dengan suaminya. Kini terwujud dengan sekejab mata.

"Yah besok kita pergi periksa ke dokter kandungan ya?" Membersihkan muka dengan pembersih muka yang sudah hampir habis di depan meja riasnya.

"Iya mah. Besok ayah ikut siapin semua keperluan mamah."

"Tapi enaknya kapan ya, yah? Soalnya besok di sekolah kakak juga ada acara sampai siang."

"Nanti biar ayah yang ke sekolah kakak. Mumpung besok jadwal ayah tidak terlalu padat. Mamah istirahat aja dirumah," memeluk istrinya itu dari belakang dan mencium rambut istrinya dengan lembut. Wangi shampo yang menjadi favorit istri itu sangatlah harum.

"Iya, yah."

Berdiri dan berbalik memeluk suaminya. Suasana hangat malam itu membuat gairah diantara mereka. Tapi karena saran dokter yang tidak mengizinkan istrinya untuk melakukan hubungan badan dulu. Apa lagi sudah hampir waktunya untuk lahiran. Kandungan istrinya juga lemah. Harus banyak perawatan ekstra.