webnovel

Nyawa Saya Tidak Berharga

Éditeur: Wave Literature

Yingda melihat masternya yang tidak mau makan lagi dan tidak tahu harus melakukan apa.

Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke gunung sebelah untuk mencari Chu Yue.

Chu Yue sedang membaca buku di dalam rumahnya, raut wajahnya tidak terlihat pucat dan dia tidak terlihat sakit.

Dia sengaja tidak pergi ke kuil karena tujuan utamanya datang ke kuil itu bukan hanya untuk menjadi juru masak, melainkan untuk membuat biksu itu menyadari keberadaannya.

Kemudian dia mendengar suara kicauan burung yang tidak asing.

"Hubo, kamu tunggu di sini, aku mau keluar sebentar." Chu Yue mengatakan itu sambil meletakkan bukunya.

"Nona, bukankah Anda sedang merasa tidak nyaman? Jangan keluar." Hubo berusaha untuk menghalanginya.

"Tidak apa-apa." Chu Yue melambaikan tangannya kemudian mengumpulkan tenaganya untuk berjalan keluar dengan lemas. 

Yingda melihat Chu Yue yang biasanya terlihat penuh energi sekarang terlihat lemas. Setelah melihatnya, dia tidak tega untuk memintanya memasak.

"Tuan Besar bertanya kepadamu apa kamu sudah memanggil tabib untuk memeriksamu?" Tanya Yingda.

Chu Yue tersenyum lemas, "Terima kasih atas perhatian Tuan Besar, tapi hidup saya yang seperti ini mana layak untuk memanggil tabib?" Kemudian dia bertanya lagi, "Hari ini saya tidak memasak untuk Tuan Besar, apa Tuan Besar bisa tetap makan dengan lahap?"

"Tuan Besar hanya makan 2 suap." Kata Yingda dengan jujur.

Saat Chu Yue mendengarnya, wajahnya terlihat panik. Dia tidak bisa menahan diri untuk terbatuk-batuk setelah itu baru berkata, "Bagaimana bisa? Tubuh manusia tidak terbuat dari besi, jika tidak makan bisa kelaparan. Bagaimana Tuan Besar bisa tidak makan? Tidak bisa, saya akan memasak di rumah, nanti tolong antarkan kepada Tuan Besar."

"Baik." Yingda merasa ragu-ragu melihat Chu Yue yang lemas tapi tetap berusaha untuk memasak, tapi akhirnya dia menganggukkan kepalanya.

Chu Yue memasak bubur, setelah buburnya matang dia berencana untuk memberikannya kepada Hubo tapi buburnya matang lebih banyak dari yang dia kira, sehingga dia berpikir tidak masalah jika membaginya dengan biksu itu.

Setelah bubur itu matang, dia menyerahkannya kepada Yingda untuk mengantarkannya kepada biksu tersebut.

Biksu itu yang melihatnya malah mengerutkan alisnya, lalu melihat ke arah Yingdan dan berkata, "Dia sakit tapi kamu masih pergi dan menyuruhnya untuk memasak?"

"Tidak, dia yang ingin melakukannya saat mendengar Master tidak makan dengan lahap. Dia mengatakan manusia itu bukan besi sehingga harus makan, jadi dia langsung memasak untuk Master." Kata Yingda.

Biksu itu memikirkan saat Chu Yue menyajikan makanan untuknya seperti biasa kemudian dia tidak mengatakan apapun.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya biksu itu.

"Dia benar-benar sakit." Jawab Yingda.

"Apa tidak memanggil tabib?" Tanya biksu itu lagi.

Yingda menggelengkan kepalanya. Biksu itu mengerutkan alisnya tapi dia tidak mengatakan apapun dan hanya berkata, "Nanti malam jangan datang menemuinya."

Biksu itu sudah mengatakan demikian, tapi saat malam hari Chu Yue dengan tubuhnya yang sedang 'sakit' itu datang untuk memasak.

"Untuk apa kamu masih datang kemari?" Tanya Yingda dengan kebingungan.

"Saya khawatir Great Master tidak makan malam." Chu Yue menggelengkan kepalanya dan setelah mengatakan itu dia masuk ke dalam dapur dan mulai memasak.

Saat dia masuk ke dalam dapur, biksu itu berjalan keluar dari belakang sebuah pohon besar. Wajahnya terlihat tidak berdaya, 'Janda ini menganggapku seperti anak kecil yang tidak akan makan karena tidak menyukai makanannya?'

"Panggil tabib dari istana." Kata biksu itu sambil melihat ke arah Yingda.

Yingda terkejut mendengarnya, 'Master memanggil tabib istana untuk janda ini?' Tapi walaupun dia berpikiran seperti itu, dia tidak mengatakan apapun dan langsung melakukan apa yang diperintahkan.

Chu Yue membuat beberapa masakan yang enak kemudian meletakkannya di atas nampan dan membawanya.

"Tuan Besar, apa Anda di dalam?" Chu Yue bertanya dengan suara pelan setelah mengetuk pintu.

"Masuk." Terdengar suara biksu itu dari dalam.

Chu Yue kemudian membawa makanan masuk ke dalam. Biksu itu melihat wajah Chu Yue yang biasanya terlihat sehat, sekarang terlihat sedikit pucat dan tubuhnya terlihat lemas.

"Kamu sakit begitu parah kenapa tidak memanggil tabib?" Tanya biksu itu sambil melihat Chu Yue.

"Hidup saya tidak begitu berharga, bagaimana bisa memanggil tabib." Walaupun Chu Yue terlihat lemas tapi dia tetap memaksakan diri untuk tersenyum.

Biksu itu kemudian melihat Chu Yue menyajikan makanan dan berkata, "Tuan Besar silahkan dinikmati, karena saya sedang sakit saya permisi dulu."

Biksu itu merasa Chu Yue bersikap seolah takut akan membuat dirinya tertular.

"Tidak masalah, duduk sebentar." Kata biksu itu.

Chu Yue terdiam sesaat kemudian dia tetap tinggal di sana, dia terlihat begitu lemas. Walaupun biksu itu merasa kasihan, dia juga tidak mengatakan apapun dan memakan makanannya.

Saat baru saja selesai makan, Yingda dengan cepat membawa seseorang yang terlihat seperti seorang tabib.

Tabib itu tidak berani mengatakan apapun, 'Aku kira kaisar sakit, tapi ternyata seorang perempuan yang sakit? Tunggu, bagaimana di dalam kuil Long'an ada seorang perempuan?'

Tabib itu mengetahui keadaan yang terjadi saat ini, jadi sebenarnya dia juga tidak terlalu kaget, 'Kaisar sudah 3 tahun menjadi vegetarian dan dia pasti sudah tersiksa, mencari perempuan untuk menemaninya bukan hal yang keterlaluan.'

"Tulang tubuhnya lemah, jadi perlu nutrisi lebih." Tabib itu meletakkan saputangan di pergelangan tangan Chu Yue sebelum memeriksa pergelangan tangannya, setelah itu dia baru mengatakan hasil pemeriksaannya.

Setelah tabib itu selesai memeriksa Chu Yue, dia keluar untuk menuliskan sebuah resep, lalu dia mendengar suara seorang perempuan dari dalam yang sedang bicara, "Tuan Besar, saya hanyalah seorang janda, hidup saya sama seperti hidup seekor semut yang tidak layak untuk diperiksa oleh tabib."

Setelah tabib istana mendengar itu dia hampir saja terpeleset, 'Astaga, kaisar ternyata… merawat seorang janda di luar?'

"Jangan merendahkan diri sendiri." Biksu itu menghibur Chu Yue.

Tabib istana tidak berani untuk terus mendengarkan pembicaraan mereka sehingga dia langsung pergi ke kamar sebelah untuk menuliskan resep.

Setelah menuliskan resep, Yingda berkata, "Tabib Istana Chang, kaisar mempercayaimu."

Tabib Istana Chang tentu saja mengerti maksud dari perkataan Yingda. Dia mengusap keringatnya dan berkata, "Saya hanya datang untuk memeriksa keadaan kaisar."

"Kembalilah." Yingda menganggukkan kepalanya.

Setelah itu dia membawa resep obat yang dituliskan oleh tabib kepada Chu Yue. Saat melihat resep obat itu dia tersenyum pahit melihat ke arah biksu itu dan berkata, "Tuan Besar, hal yang paling saya takuti dalam hidup saya adalah minum obat."

Biksu itu melihat ke arahnya dan berkata, "Kamu terlalu berhemat."

"Tuan Besar, saya berterima kasih atas niat baik Anda, tapi saya benar-benar tidak perlu untuk diperiksa oleh tabib. Saya sejak dulu sudah seperti ini, saat sakit nanti akan membaik dengan sendirinya." Chu Yue tersenyum lembut, "Tidak hanya saya tapi kebanyakan rakyat biasa juga seperti ini."

"Kenapa tidak membeli obat?" Tanya biksu itu sambil mengerutkan alisnya.

"Memangnya karena apa lagi?" Chu Yue menghela nafas pelan, "Hidup di dunia ini tidak mudah, selama bisa makan dan minum dengan cukup maka itu sudah sebuah keberuntungan. Tahun ini jika saya tidak bertemu dengan Anda, maka saya dan pelayan saya mungkin tidak akan bisa melewati musim dingin ini. Tapi tidak masalah juga, ada atau tidak adanya orang seperti saya juga tidak mempengaruhi dunia ini."

Saat mengatakan sampai sini, Chu Yue tersenyum pahit mengolok dirinya sendiri.

Sedangkan biksu itu mengerutkan alisnya.

Tapi dia tetap tidak mengatakan apapun. Di matanya, meski Chu Yue terlihat lemas tapi senyumannya terlihat puas. Lalu Chu Yue berkata lagi, "Tapi dibandingkan dengan orang lain saya masih lebih beruntung. Wanita lain yang dibuang oleh keluarga suaminya tidak memiliki tempat untuk pergi, sedangkan saya beruntung karena Shang Qing Guan menerima saya. Orang lain tidak memiliki pemasukan sehingga harus memikirkan uang untuk makan dan membeli pakaian, sedangkan saya malah bertemu dengan Tuan Besar dan bisa menjadi bawahan Anda. Saya tidak memiliki apapun untuk berterima kasih kepada Anda, tolong setidaknya terima hormat dari saya."

Setelah mengatakan itu dia memberikan hormat yang sangat tulus kepada sang biksu.

Biksu itu dengan cepat menahannya dan berkata, "Kamu tidak perlu melakukan ini."

"Tentu saja harus." Chu Yue tersenyum, "Tuan Besar mungkin tidak tahu, tapi Anda yang menyelamatkan saya dan pelayan saya, membuat kami bisa bertahan dan memiliki motivasi hidup. Jika Tuan Besar tidak mau menerimanya, bagaimana jika saya menjadi juru masak untuk Anda untuk seumur hidup saya?"