"Oke, beres."
"Kamu pesan apa pakai alamat sini?" Anxel mulai kepo rupanya, bukan mulai sih, udah dari tadi tepatnya.
"Bunga."
"Buat?"
"Ya, buat merebut hati mertua seperti saran kamu tadi," jawabnya.
"Oh, saya paham cerdas juga kamu, tapi Amira bunga yang mama suka sangat mahal, apa itu tidak memberatkan kamu?"
"Kenapa harus merasa terbebani, gunanya ada kamu apa?" Begitu ringannya ucapan Amira seolah tiada rasa tak enak hati sama sekali.
Tapi, tidak ada salahnya Amira mengatakan itu. Anxel adalah suami sahnya, sesuai hukum alam uang suami adalah uang istri, dan uang istri teteplah milik istri. Jadi, Amira gak salah, 'kan?
"Sudah saya duga," cetus Anxel.
"Hehe, lagian semua ini demi kamu juga. Kamu yang bilang mau belajar mencintai saya dan pertahankan pernikahan ini, 'kan?"
"Karena warisan saya bakal hangus jika kita bercerai," potong Anxel.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com