webnovel

Wanita Lain Di Hati Suamiku

Sebuah pernikahan yang diperjuangkan oleh Dinda Setiawati yang masih berusia satu tahun, harus mendapatkan sebuah kado yang amat menyakitkan. Di saat Dinda melahirkan putra pertamanya, Dinda pun mendapatkan kado dari sang suami yang telah berselingkuh sejauh usia pernikahannya dengan Dinda. Tak mampu melupakan mantan kekasih yang bernama Sekar Anastasya, membuat Rehan Saputra tidak tahan akan godaan dan rayuan darinya. Rehan pun menjalankan pernikahannya bersamaan dengan terjalin sebuah hubungan antara dirinya dengan Sekar. Mengetahui bahwa sang suami tidak setia, membuat Dinda berusaha keras untuk mengusir Sekar dari kehidupan rumah tangganya. Dinda tidak mampu melepaskan Rehan begitu saja karena Dinda sangat mencintai Rehan. Mencintai laki-laki yang justru mencintai wanita lain membuat Dinda rapuh saat menghadapi masalah rumah tangganya. Namun, Dinda tidak mau menerima perceraian yang diajukan oleh Rehan karena rasa cinta yang begitu besar. Dinda pun tidak mau jika Sekar yang memenangkan cinta Rehan, meksipun dengan terang-terangan Sekar dan Rehan menjalin hubungan. Karena lelah dengan sebuah perjuangan yang tidak berujung, membuat Dinda berusaha memanfaatkan harta Rehan untuk kehidupannya bersama putranya. Dinda meminta begitu banyak hak atas harta yang dimiliki Rehan hingga tidak disadari bahwa selama ini Dinda sudah memanfaatkan suaminya itu. Setelah mendapatkan begitu banyak tabungan, Dinda barulah memutuskan untuk berpisah dari Rehan dan membiarkan suaminya itu bersama Sekar. Pernikahan antara Sekar dan Rehan pun terjadi, tetapi pernikahan yang dilandasi hanya dengan nafsu membuat Sekar tidak bahagia lantaran mengetahui bahwa usaha Rehan sedang memiliki masalah. Karena Sekar tahu bahwa Rehan sudah tidak banyak memiliki harta karena dimanfaatkan oleh Dinda, membuat cinta Sekar semakin hari semakin berkurang. Ditambah lagi saat Sekar tahu bahwa Rehan memiliki musuh bisnis yang lebih kaya dan sukses darinya yang bernama Panji, hal itu membuat Sekar berpaling. Namun, di sela kesuksesan Dinda setelah lepas dari Rehan dalam meniti karir, justru Panji merasa jatuh hati saat melihat kegigihan Dinda. Sekar pun kecewa lantaran Panji justru memilih memperhatikan Dinda daripada Sekar yang terus mendekati dirinya. Dinda dan Sekar kembali bersaing untuk mendapatkan laki-laki yang layak untuk dijadikan pendamping, meskipun begitu Dinda tetap bermain cantik lantaran memang ia memiliki hati dan pribadi yang tidak serakah layaknya Sekar. Rehan pun menyadari bahwa wanita yang ia perjuangkan selama ini ternyata tidak setia, membuat Rehan begitu amat marah. Hingga akhirnya muncul rasa menyesal karena Sekar justru memilih menggoda Panji. Sementara saat Rehan sudah merasa menyesali semua itu Rehan sesekali memperhatikan kehidupan Dinda bersama Arka Wijaya, Rehan diam-diam mendekati Arka saat Arka berada di lingkungan sekolah, hingga akhirnya Arka mengetahui bahwa Rehan adalah ayahnya. Namun, Dinda sama sekali tidak ingin jika Arka mengenali Rehan sebagai ayah, Dinda justru memasukkan Panji dalam kehidupan mereka yang ternyata Panji sendiri justru menikmati suasana itu. Sampai suatu ketika, Panji memberanikan diri untuk melamar Dinda, saat Rehan menuntut Dinda untuk mengizinkan dirinya bertemu dengan Arka. Arka yang sangat dekat dengan Rehan dan juga dekat dengan Panji itu merasa sangat bingung saat mengetahui bahwa mamanya menjadi rebutan kedua laki-laki yang ia sayangi. Bisakah Dinda menerima laki-laki lain yang dengan tulus ingin melamarnya? Atau justru Dinda akan kembali lagi pada Rehan yang sudah menyesali semua perbuatannya dulu?

Adiss_Adiss · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
22 Chs

Aku tak ingin melayanimu!

Tak tahan dengan tingkah Rehan yang membuat Dinda risih, Dinda pun mendorong mundur dada bidang Rehan.

"Maaf Mas, aku belum siap menerima sentuhan kamu. Sentuhan di mana hari ini kamu juga sudah menyentuh perempuan lain!" tolak Dinda yang memilih pergi berlalu.

Dinda yang masih terpukul itu memilih pergi dari kamar yang sudah seperti kapal pecah dibuatnya, sementara Rehan yang mendapatkan penolakan dari Dinda hanya mampu menarik senyum tipis.

"Maaf Dinda, aku adalah anak satu-satunya yang diharapkan oleh kedua orang tuaku untuk mencetak banyak anak, karena dua saudaraku mandul. Jadi aku harus menjadikan kamu sebagai alat produksi anak untukku." ungkap Rehan menyapu keringat di keningnya.

Rehan merebahkan tubuh kekarnya di atas ranjang berukuran jumbo itu, ia melipat kedua tangannya dan meletakkannya di dada. Perhatian Rehan tertuju pada langit-langit yang berdominasi warna oranye kesukaannya.

"Aku tidak mau wanita lain untuk menitipkan sebuah benih, karena kebanyakan wanita di luar sana tidak sesuci dirimu, Dinda. Aku akan menjadikan kamu satu-satunya wanita yang aku nikahi, sementara di luar sana hanya sebagai jam istirahatku."

Rehan mengulas senyum dan membayangkan beberapa wanita yang sudah mendekati dirinya selama ini, dan hanya Dinda lah yang tidak pernah meminta apa-apa bahkan ia justru terlihat tidak berambisi untuk menikmati harta miliknya.

Sementara di tempat lain Dinda terduduk di ruangan Arka, ia melepas lelahnya dengan banyak-banyak menatap wajah mungil Arka, sesekali menyeka air matanya yang tumpah.

"Non Dinda, apa Non Dinda sedang ada masalah?" tanya bi Iyas yang merasa aneh sejak kedatangan Dinda, ia tak henti-hentinya mempertanyakan hal itu pada majikannya.

"Mas Rehan berkhianat, Bi."

Tatapan mata Dinda tetap mengarah ke ranjang Arka, Arka yang masih ada di rumah sakit itu tidak mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tuannya yang sedang sibuk dengan perasaan mereka masing-masing.

Curhatan hati Dinda yang menggantung membuat bi Wulan terkejut, majikan yang selama ini ia ikuti terkesan baik-baik saja dan harmonis ternyata memiliki masalah sebesar itu.

"Astaga, jadi den Rehan berselingkuh maksud Non Dinda?" tanya bi Iyas memastikan.

"Iya Bi, selama ini mas Rehan sudah menduakan saya di luar rumah, bahkan mas Rehan tega menilai saya bahwa saya sudah tidak cantik dan menarik setelah hamil dan melahirkan." jawab Dinda yang akhirnya mencurahkan isi hatinya pada bi Iyas.

"Saya tadi menemui mas Rehan di kantor, karena sebelumnya saya memang sudah sangat curiga, tapi karena sibuk dengan Arka dan kesembuhan pasca melahirkan saya jadi baru bisa menyelidiki ini," sambung Dinda lagi, Dinda menyeka air matanya kala mengingat kejadian itu.

"Lalu, bagaimana keputusan den Rehan, apa den Rehan memutuskan selingkuhannya?" tanya bi Iyas penasaran.

Dinda menggelengkan kepalanya pelan, "Mas Rehan justru meminta saya untuk diam dan menerima semuanya." jawab Dinda pasrah.

Bi Iyas merasa sangat kesal mendengar cerita Dinda, hatinya juga terasa sakit saat melihat air mata Dinda yang jatuh karena Rehan.

***

Keesokan hari, Dinda buru-buru pergi sebelum ia membuatkan sarapan pagi untuk Rehan yang akan pergi bekerja, Dinda sengaja tidak membuatkan makanan apapun di rumah dan memilih pergi menjenguk Arka.

Tibanya di rumah sakit Dinda segera masuk ke ruangan Arka dan memberikan makanan untuk bi Iyas, yang menjaga Arka secara bergilir dengan dirinya.

"Bi, sarapan dulu," kata Dinda menyodorkan sebungkus makanan.

"Terima kasih, Non. Non sendiri nggak makan?" tanya bi Iyas menaruh perhatian pada Dinda.

"Saya belum lapar, Bi. Mungkin nanti saja." jawab Dinda acuh pada perutnya sendiri dan memilih bermain dengan Arka yang masih terbaring.

Tak lama kemudian, dokter Via datang untuk mengecek keadaan Arka, Dinda menyambutnya dengan hangat dan membiarkan dokter Via memeriksa Arka

"Dok, bagaimana keadaan Arka?" tanya Dinda cemas.

"Sukur lah, keadaan Arka sudah membaik," ucap dokter Via melempar senyum.

"Sungguh Dok? Alhamdulillah."

Wajah Dinda nampak gembira mendengar kabar tentang putranya, saat ini hanya Arka lah salah satu alasan Dinda mempertahankan rumah tangganya, ia belum siap jika harus menghidupi Arka dengan segala kesederhanaan jika ia sampai bercerai sekarang.

Dinda bertahan karena demi mendapatkan hak nafkah yang harus diberikan oleh Rehan untuk dirinya dan Arka.

"Dok, apa Arka sudah bisa di bawa pulang?" tanya Dinda berharap bisa merawat Arka di rumah.

"Tentu saja boleh Bu, karena keadaan Arka sudah membaik." jawab dokter Via melegakan Dinda.

Setelah memeriksa keadaan Arka dan membolehkan Dinda membawa Arka pulang, Dinda pun meminta bi Iyas untuk bersiap-siap. Sementara Dinda memilih untuk membayar biaya administrasi terlebih dahulu.

Kemudian Dinda kembali lagi ke ruangan Arka dan mengajaknya pulang.

"Bi, ayo kita pulang," ajak Dinda melempar senyum pada bi Iyas.

"Iya Non." jawab bi Iyas sigap.

Hari ini Dinda tak ingin memikirkan Rehan, ia sudah memiliki mainan baru yang tampan dan lucu, Arka Dewantara. Di mana ia di lahirkan bertepatan dengan ketahuannya Rehan berselingkuh.

Dinda menggunakan mobil pribadi untuk membawa bi Iyas dan Arka kembali pulang.

Jarak antara Rumah kediaman Dinda dan rumah sakit sekitar dua puluh menit, setelah itu Dinda menggendong Arka memasuki rumah.

Ceklek

Dinda terkejut saat membuka pintu ternyata Rehan berdiri tegap di depan pintu.

"Mas Rehan."

Dinda menatap ketakutan karena melihat Rehan yang menatapnya dengan tajam, Rehan tidak pergi ke kantor lantaran tidak ada makanan di meja, hal itu membuat Rehan kesal dan membatalkan untuk pergi ke kantor.

"Kenapa kamu tidak membuatkan sarapan untukku?" tanya Rehan dengan tatapan serius.

"Aku sibuk, dua hari Arka di rumah sakit. Tapi kamu sama sekali tidak ada inisiatif untuk menjenguk! Seperti ini cara kamu, yang memintaku untuk menerima banyak produksi anak darimu!" celetuk Dinda kesal.

Dinda menerobos masuk dan tidak memperdulikan Rehan yang memasang wajah kesal, kini Dinda sudah tidak bisa berbasa-basi dengan Rehan yang sudah terang-terangan berselingkuh, perlahan tapi pasti. Dinda menaiki anak tangga membawa Arka masuk ke kamarnya.

"Dinda tunggu!" titah Rehan yang tidak terima dengan perlakukan Dinda.

"Den, kalau Aden lapar biar Bibi yang buatkan sarapan, ya. Non Dinda itu sangat lelah karena sudah menjaga den kecil semalaman," kata bi Iyas menawarkan jasanya.

"Tidak Bi, saya mau Dinda yang memasakkan untuk saya!" cetus Rehan yang langsung berlari menghampiri Dinda.

Ceklek

Rehan mendapati Dinda sedang menggendong Arka dan menimangnya, Rehan berdiri di daun pintu saat melihat Dinda yang sedang menidurkan Arka dalam ayunannya.

"Dinda, ayo ikut aku," ajak Rehan setelah melihat Arka tidur dengan pulas.

"Ada apa, Mas!"

Dinda menghempaskan tangannya yang menyatu dengan tangan Rehan, melihat sikap Dinda yang sangat galak membuat Rehan kesal dan menghempaskan nya ke atas ranjang.

"Auu!"

Rintih Dinda yang merasa sakit di bagian bawahnya, Dinda berusaha bangkit dan duduk di hadapan Rehan yang terlihat sangat marah.

"Dinda, aku tidak suka masakan orang lain selain dirimu, tapi kenapa kamu pergi tanpa membutkan makanan terlebih dahulu hingga membuat aku kelaparan di rumah!" maki Rehan menyalahkan Dinda.

"Aku sudah memiliki Arka yang harus aku urus, kalau kamu sendiri tidak bisa bergantian menjaga Arka dan justru memilih bersenang-senang di luar sana, untuk apa aku melayani kamu di rumah," kata Dinda yang sudah sangat kecewa.

"Dengar Dinda, sampai kapan pun kamu tetap harus melayaniku, karena di rumah ini hanya kamulah istriku. Kehadiran Arka bukan alasan untuk bermalas-malasan, mengerti!" hardik Rehan kesal.

Rehan tetap ingin menuntut waktu Dinda yang saat ini lebih memilih mementingkan Arka, Dinda tidak ingin membuat Arka kehilangan kasih sayangnya setelah mengetahui sifat Rehan yang sama sekali tidak menyambut Arka dengan bahagia.

Dinda membalas tatapan Rehan yang menusuk tajam, rasanya ia sangat muak melihat wajah Rahan yang dipenuhi dengan kemarahan, apakah Dinda tetap akan melayani Rehan sebagai istri yang patuh terhadap suami?