Beberapa hari berlalu sejak pertemuan Nick dan Dostov. Sementara Nick dengan sifat keras kepalanya terus mendesak Alice untuk memberitahunya tentang pengelihatan Dostov, aku menghabiskan waktu dengan menelepon Lana.
Awalnya aku mencemaskan cara memberitahu Lana tentang kehamilan ini. Karena situasi dengan klan Dostov akhir-akhir ini aku jadi tidak sempat memikirkan tentang sahabatku. Hingga saat ini aku belum tahu seberapa banyak ingatan Lana yang dihapus oleh Nick saat kecelakaan Greg. Tapi melihat bagaimana hubungan Lana dan Greg yang masih sama dengan sebelumnya, sepertinya Nick tidak menghapus terlalu banyak memori Lana. Aku harus bertanya pada Nick nanti...
Selama hampir dua minggu terkurung di penthouse aku hanya menghabiskan waktu dengan makan bagel, minum darah Nick, dan tidur. Aku tidak tahu kenapa kehamilan ini terasa berat untukku, satu-satunya hal yang ingin kulakukan setiap saat hanyalah bergelung di sebelah Nick dan tidur. Perutku juga sudah terlihat lebih besar dari yang kukira, kini aku harus berjalan lebih berhati-hati dari sebelumnya.
Kami berencana kembali ke rumah Nick dan Greg karena disana lebih luas dari penthouse ini, walaupun aku akan merindukan bagel Julio nantinya tapi aku memang sudah jenuh dengan tempat ini.
"Eleanor?" panggil Nick dari belakangku.
"Ada apa?" balasku sambil menoleh dari handphoneku ke arahnya. Nick membawa sebuah kotak besar berwarna putih yang dihiasi pita satin yang senada. Ia meletakkannya di meja sofa yang berada tepat di depanku. "Apa ini?" tanyaku dengan bingung sekaligus penasaran.
"Hadiah untukmu. Apa kau mau mencobanya lebih dulu? Kita hanya punya waktu satu jam." katanya sambil berjalan kembali ke arah lobby, mungkin untuk mengambil barang lain. Aku ikut berdiri dari sofa lalu mengikutinya perlahan dari belakangnya.
"Mengenakan apa? Memangnya ada apa satu jam lagi?"
Nick hanya menoleh ke belakang sekilas, "Gaunmu. Satu jam lagi kita mempunyai jadwal pencatatan pernikahan di Balai Kota."
Pencatatan... apa? pikirku dengan rasa shock yang membuatku menghentikan langkahku seketika. Tidak ada hujan dan tidak ada angin, tidak ada juga pembicaraan mengenai hal ini sebelumnya. Ada berbagai pertanyaan yang melintas di dalam kepalaku tapi yang paling mendesak hanya ada satu. "Uhhh... Nick?" panggilku lagi dengan suara shock yang mengimbangi perasaanku.
Nick berhenti sebelum membuka pintu penthouse lalu kembali membalikkan badannya. Wajah tampannya terlihat serius dan fokus saat membalas tatapanku. "Ya, Eleanor?"
"Apa... kau tidak melupakan sesuatu?" tanyaku sambil berkedip perlahan ke arahnya.
Nick mengerutkan keningnya lalu berusaha berpikir, ekspresinya membuatku harus menahan senyuman yang mulai terbentuk di wajahku. "Aku sudah mempersiapkan semuanya, pendaftaran pernikahan, gaun dan sepatumu, jasku, saksi pernikahan..."
Kuangkat tangan kananku perlahan lalu menunjukkan jari-jariku yang polos padanya. "Aku yakin kau sudah mempersiapkan semuanya sendiri... tapi aku tidak ingat aku sudah memiliki tunangan."
Nick memandangku dengan pandangan kosong sejenak lalu wajahnya sedikit memucat ketika Ia menyadarinya. Tangannya bergerak ke saku kanan celananya, aku bisa melihat sebuah kotak kecil yang menonjol dari sakunya. "Ah... aku benar-benar lupa." gumamnya dengan nada tidak percaya yang membuat senyumanku tidak bisa ditahan lagi.
Nick mengeluarkan sebuah kotak beludru kecil lalu Ia melangkah ke arahku dengan cepat. "Maafkan aku, Eleanor. Pikiranku akhir-akhir ini sangat..."
"Apa kau berpikir aku sudah pasti menerima lamaranmu?" godaku.
Nick terlihat semakin memucat. "Kau... tidak ingin menikah denganku?" suaranya terdengar parau hingga membuat hatiku terasa seperti diremas.
"Aku hanya memiliki satu syarat." gumamku padanya.
"Apapun." jawabnya dengan cepat dan ekspresi yang sangat serius. Wajahnya terlihat seperti Nicholas Shaw yang kutemui saat pertama kalinya.
Kukalungkan kedua tanganku di lehernya, walaupun perut besarku sedikit menghalangi pelukanku. "Sebelum aku mengenakan gaun itu dan menikah denganmu, aku ingin..." Kugantung kalimatku saatmelihat kedua mata birunya yang menatapku dengan intens.
"Ya?" bisiknya, menunggu kelanjutan ucapanku.
Kutelan ludahku untuk membasahi tenggorokanku yang tiba-tiba mengering. Bau aroma tubuh dan darah Nick dari jarak sedekat ini membuatku melupakan apa yang ingin kukatakan selama sesaat.
"Aku ingin kau menciumku."
Nick yang tidak menduga permintaanku terlihat sedikit terkejut, tapi kemudian kedua pupil matanya membesar saat menatap bibirku yang sedikit terbuka. Salah satu tangannya yang tidak memegang kotak cincin meraih pinggangku. "Aaah... permintaan yang cukup sulit." balasnya tanpa mengalihkan pandangannya dari bibirku. "Kalau begitu aku harus menunjukkan kemampuan terbaikku agar kau mau menerima lamaranku."
***
Pada akhirnya kami terlambat setengah jam dari waktu yang ditentukan. Aku bahkan tidak sempat mengenakan makeup atau menggelung rambutku, sedangkan Nick hanya memerlukan waktu sepuluh menit untuk mengenakan jas hitam formalnya dan merapikan rambutnya yang beberapa saat lalu acak-acakan karena perbuatan tanganku. Satu-satunya perhiasan yang kukenakan hanya cincin tunangan baruku yang bertahta batu emerald.
Seharusnya aku sudah bisa menebak siapa yang akan menjadi saksi pencatatan pernikahan kami. Lana dan Greg sudah menunggu di depan Balai Kota saat kami tiba. Ternyata Nick berencana membuat pernikahan ini surprise... tapi karena waktu yang sempit dan banyak hal yang harus Ia persiapkan, rupanya Ia memberitahu semua orang tapi lupa memberitahu pengantinnya sendiri.
Gaun yang disiapkan oleh Nick adalah gaun putih gading rancangan Givenchy dengan desain longgar tapi anggun, kesan mewahnya terlihat dari ribuan kristal swarovski yang dijahit satu ber satu di bagian roknya.
Aku tidak berani bertanya berapa harga gaun ini pada Nick.
Lana menyambutku dengan buket bunga dan air mata yang menggenangi kedua mata birunya, Ia terlihat sedikit terkejut dengan perut buncitku yang sedikit tersamarkan oleh gaun longgar yang kukenakan. Tapi Lana tidak sempat bertanya karena kami sudah terlambat setengah jam dari jadwal awal.
Pada akhirnya acara pernikahan ini berjalan hanya dengan seremonial sederhana, keseluruhannya hanya berjalan selama dua puluh menit hingga aku menjadi Mrs. Shaw. Nick rupanya juga sudah mempersiapkan dokumen penggantian namaku. Kini namaku menjadi Eleanor Heather-Shaw.
Kami berjalan beriringan keluar dari Balai Kota di sambut oleh cuaca teduh awal musim semi. Tanganku memegang buket bunga Lily putih, sedangkan satunya lagi berada di dalam genggaman erat tangan Nick. Cincin pernikahan sederhana tersemat di jari manis kami.
Aku dapat mendengar obrolan Lana dan Greg di belakang kami tapi perhatianku tertuju pada wajah Nick yang berjalan di sebelahku.
Nicholas Shaw. Suamiku. Pikirku masih dengan perasaan tidak percaya.
Seakan bisa mendengarku menyebut namanya di dalam kepalaku, Nick menoleh lalu mengangkat salah satu sudut mulutnya membentuk senyuman hangat yang akan selalu tersimpan di dalam memoriku.
Hai!
Terimakasih yang udah baca sampai sini, untuk power stone dan reviewnya juga! Besok kita lanjut Vol II yang lebih fokus di Lana & Greg, terus kembali lagi ke Nicholas & Eleanor di Vol III wihiiii~
Untuk yang pengen baca cerita Volder baru bisa mampir di 'His Virgin Leech' mohon dukungan Powerstone & review juga ya manteman karena khusus cerita HVL gak akan dikunci atau pakai koin, 100% gratis untuk kalian ;) karena HVL masih preview dan tes pasar, sekiranya kalau powerstonenya sedikit & gak terlalu menarik bagi kalian rencananya mau aku drop aja nanti, biar bisa konsen di cerita lainnya.
Oiya, HVL ratingnya 21+ jadi buat adek adek di bawah umur mohon jangan baca ya nanti aku masuk neraka ;(
Eiya, semua update diundur jadi setiap hari jam 9 malam
Akhir kata terimakacih dan cikiciuw, see you tomorrow!