Persetan dengan akal sehatku, pikirku samar-samar sebelum bangkit lalu menarik pantiesnya dari kedua kakinya. Aku berlutut di antara kedua kakinya yang terbuka lebar. Aroma feminimnya menguar dari tempat paling tersembunyinya. Pandangan kalapku tertuju pada celah kecil di pangkal pahanya yang sedikit tertutup oleh rambutnya. Celah itu terlihat sangat basah dan mengundang.
"Rosie, apa kau yakin?" tanyaku dengan suara sedikit kasar. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan jika Ia mengubah pikirannya saat ini. Perlahan pandanganku menyusuri lekuk tubuhnya lalu memandang wajahnya. Semburat kemerahan kembali menghiasi kedua pipinya, tapi Rosie mengangguk dengan yakin. Ereksiku berdenyut keras seolah bersorak setelah mendapatkan ijin darinya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com