4.
Chapter 4 :
Demons keluar kamar dan menuju kamar lain untuk mandi dan membersihkan tubuh nya.
Setelah mandi, Demons menelefon Eva untuk datang ke mansion nya. Selepas itu Demons berganti pakaian rumahan dan pergi ke kamarnya untuk melihat gadis itu, Demons melihat Aileen sudah tertidur dengan posisi meringkuk hampir memeluk kedua lututnya. Demons mendekat ke kasur dan mengulurkan tangannya untuk mengusap pelipis gadis itu.
"Kau begitu manis sekali, apa yang telah kau lakukan padaku hingga aku sampai seperti ini? Apa kau menyihirku?" Ujar Demons mengusap pelan rambut gadis di hadapannya itu dan tersenyum tipis.
"Aku sudah di depan, ada penjagamu yang menghalangiku." Ujar Eva di dalam sebuah pesan yang ia kirimkan pada Demons
"Biarkan masuk." Perintah Demons menelefon salah satu penjaganya yang berjada di area teras.
"Langsung masuk ke kamarku kak." Balas Demons
TOK TOK TOK
"Masuk!" Ujar Demons tanpa beralih dari Ipadnya.
"Hai Dems!" Eva membawa semacam tas kerjanya.
"Duduk kak." Suruh Demons mempersilahkan Eva duduk di sofa yang ada di kamarnya.
"Ada apa kau memanggilku ngomong-ngomong? Apa dia terluka?" Tanya Eva melirik sekilas gadis yang tengah tidur disana.
"Aku hanya minta tolong padamu untuk membantu membersihkannya dan sedikit mengobati luka-luka yang ia dapatkan sekujur badannya, aku sudah menyuruh bawahanku membeli serangkaian busana untuknya. Tempatnya ada di sebelah walk in closetku, kau juga bisa membantunya bebersih setelah dia bangun nanti." Jelas Demons
"Apa dia terluka sangat parah?" Tanya Eva beranjak berdiri dan mulai mendekat ke kasur.
"Oh astaga, bahkan lukannya sudah kering Dems. Ini pasti sudah infeksi." Sahut Eva kemudian.
"Iya entah apa yang ia alami sebelumnya, hingga mendapatkan luka demikian rupa." Sahut Demons menyesap kopi di hadapannya.
"Hey kenapa kau sangat perhatian sekali pada gadis ini? Padahal kau baru saja mendapatkannya dari Black market. Apa adikku ini sudah bisa tertarik pada gadis eoh?" Ujar Eva mulai menyiapkan beberapa alat untuk mengobati luka.
"Jangan bicara omong kosong, jangan berkata mustahil." Balas Demons kembali bergelut dengan Ipadnya.
"Haha. Terserah kau saja, aku pastikan kau akan menyukai gadis manis ini. Aku akan mengobatinya sekarang saja, ini lukannya sungguh sudah infeksi." Ucap Eva menuangkan alkohol ke kapas.
"Iya terserah kau saja , aku ingin pergi ke ruang kerjaku dulu." Sahut Demons beranjak berdiri dan meninggalkan kamar.
"Ughtt.." Erang Aileen bangun dari tidurnya.
"Hey apa kau sudah bangun?" Tanya Eva meletakkan semua alatnya dan melepas handscoonnya.
"Huh siapa kamu?" Tanya Aileen sedikit menarik tubuhnya ke belakang, terkejut.
"Hey jangan takut, perkenalkan Aku Eva. Aku dokter yang mengobati luka-lukamu." Jawab Eva menyungging senyum manisnya.
"Dokter? Lalu dimana orang itu?" Tanya Aileen dengan sedikit berbisik.
"Demons yang kamu maksud? Aku juga kakak iparnya ngomong-ngomong." Sahut Eva.
"Lalu dia kemana?" Ciict Aileenn.
"Sudah-sudah, jangan pedulikan orang itu, mungkin sekarang ia sedang berpacaran dengan laptopnya. Sekarang kita bersihkan badanmu oke, ayo ikut aku." Perintah Eva, menarik lengan Aileen dan membawanya ke arah kamar mandi.
"Tapi aku tidak mempunyai baju ganti." Sahut Aileen hanya pasrah, tangannya di tarik paksa oleh kekasih Zidan itu.
"Jangan khawatir, si batu es itu sudah menyiapkan baju untukmu lihat ini baju-bajumu." Ujar Eva membuka walk in closet milik Eva yang baru saja di sediakan Demons.
"Ini semua milikku, laki-laki itu yang memberikannya?" Tanya Aileen sedikit tidak percaya, laki-laki itu bahkan membelikannya banyak baju seperti ini.
"Sudah-sudah, jngan banyak berpikir, ini bajumu dan segeralah mandi. Aku tunggu di kasur untuk melanjutkan membersihkan luka yang belum di bersihkan tadi." Kata Eva memberikan sepasang atasan dan bawahan pada Aileen, mendorongnya ke arah pintu kamar mandi.
SKIP.
"Namamu siapa gadis manis?" Tanya Eva melanjutkan acaranya, mari membersihkan luka-luka di tubuh. Gadis yang baru saja di beli oleh adik iparnya dengan harga 1M ini.
"Na-nama ku Celisteen Aileen." Cicit Aileen takut-takut.
"Nama yang manis seperti pemiliknya, jadi aku bisa memanggilmu apa?" Sahut Eva sembari masih mengusap-usapkan kapas berisi alkohol itu ke luka Aileen.
"Aileen." Jawab Aileen singkat.
"Baiklah Aileen, luka kamu sudah di bersihkan jadi sudah tidak usah khawatir lagi." umUcap Eva mengemasi peralatannya dan memasukkan ke dalam tas.
"Kamu tadi namanya siapa?" Tanya Aileen memberanikan menatap kedua manik mata Eva.
"Evalina Rosse, kamu bisa memanggil aku Eva?" Jawab Eva seraya menyunggingkan senyum manisnya.
"Apa setelah ini aku bakalan di siksa?" Tanya Aileen akhirnya memberanikan diri untuk menanyakan hal itu.
"Hey siapa yang berkata demikian, tidak ada yang akan melakukan seperti itu. Kamu takut pada Demons?" Tanya Eva mengernyitkan dahinya.
"Demons?" Bingung Aileen.
"Iya Demons, laki-laki yang sudah rela mengeluarkan 1M untuk membeli mu. Dia dengan gamblang nya membeli dengan harga istana itu, namanya Demons Alexander." Jawav Eva menggenggam kedua tangan Aileen yang menyatu ketakutan.
"Apa laki-laki itu yang kamu maksud adik ipar tadi?" Tanya Aileen ragu.
"Iya, sebenarnya masih calon. Aku tunangan Abang nya Demons." Jawab Eva.
TOK TOK TOK
"Iya masuk." Sahut Eva menoleh ke arah pintu yang di ketuk dari luar.
"Permisi Nona, ini saya bawakan makan malam untuk Nona." Sahut maid yang langsung masuk dengan nampan makanan di tangannya.
"Kau disuruh Demons?" Tanya Eva menerima nampan itu.
"Iya Non, kalau begitu saya permisi." Jawab maid langsung meninggalkan kamar.
"Ini kamu makan dulu, pasti lapar bukan? Aku tinggal keluar sebentar ya, jangan khawatir tas kerja ku, aku tinggal disini dan aku pastikan akan kembali." Jelas Eva menaruh tas kerjanya diatas meja kecil.
Ia mengusap pelan pucuk kepala Aileen sebelum akhirnya ia keluar meninggalkan kamar.
DI RUANGAN KERJA DEMONS.
"TOK TOK, Dems ini aku!" Ucap Eva mengetuk pintu ruang kerja Demons.
"Masuk!" Sahut dari dalam.
"Kamu sedang apa? Apa sibuk?" Tanya Eva langsung masuk dan menutup pintunya kembali.
"Hanya mengecek berkas, dia sedang apa kak?" Tanya Demons.
"Baru saja ia makan." Jawab Eva memilih duduk di sofa dan mengeluarkan hp dari sakunya.
Hening, Demons hanya menanggapinya dengan anggukan.
"Yasudah aku bakal bulang, ini sudah larut malam sebaiknya kamu tidur. Jaga pola tidur sama makan juga ingat." Sahut Eva beranjak.
"Aku antar ke depan?" Tawar Demons langsung menutup laptopnya dan menggiring Eva sampai ke teras depan.
"Apa tidak ada luka yang serius tadi?" Tanya Demons sebelum membiarkan Eva masuk ke mobilnya.
"Tenang saja, aku sudah berikan kotak vitamin, aku taruh di atas meja tadi. Oh iya aku juga sengaja meninggalkan tas kerja supaya kita bisa mempunyai alasan untuk menemuinya esok hari." Jawab Eva.
"Apa kakak nggak kerja besok?" Tanya Demons menyatukan alisnya mengernyit.
"Tidak, aku bakalan cuddlle sampai pagi dengan Zidan malam ini." Sahut Eva.
"Ckk, yasudah sana pulang." Usir Demons.
"Perlakukan dia dengan baik, jangan sampai kamy menyiksanya. Menurut ku dia gadis lugu. Oke aku cabut dulu." Ujar Eva langsung masuk ke dalam mobil dan meninggalkan halaman mansion.
Demons menganggung singkat, kemudian masuk ke dalam. Tidak lupa dengan pengawalnya yang membungkukkan badan besar mereka, memberi hormat disaat Demons melewatinya.
"Aku tidak sabar ingin menemuinya." Gumam Demons menyungging senyum misterius.
--