Giovani berbalik mendengar suara yang mengintrupsi pemikirannya, Gloria berdiri disana nampak tertegun melihat wujud saudara laki-lakinya yang benar-benar terlihat berbeda. Apa-apaan sayap besar dipunggung nya itu? Giovani benar-benar nampak seperti seorang malaikat yang jatuh dari langit. Mustahil, apa jangan-jangan saudaranya itu memang seorang malaikat?! Apa Gloria juga malaikat?! Hei jangan lupa mereka kembar.
Giovani menyembunyikan kembali sepasang sayapnya, ini pertama kali Giovani mengeluarkan sayap itu. Sebenarnya Gio juga tidak menyangka ia memiliki sepasang sayap yang begitu besar, ia bisa pergi antar kota dengan hitungan menit saja dengan sayap segagah itu.
"Woah! Kau benar-benar luar biasa! Bagaimana bisa mommy melahirkan malaikat," ucap Gloria tak percaya.
" Tutup mulutmu atau burung pipit akan masuk dan bersarang disana. Kau menganga selebar itu nona," ucap Giovani.
"Ugh, benar-benar menyebalkan. Apa yang terjadi?" Tanya Gloria heran.
"Ayo masuk kedalam dulu, disini dingin untuk bercerita," balas Giovani berlalu pergi meninggalkan saudaranya itu.
Gloria tak menyahut, ia hanya mengikuti langkah besar Giovani dari belakang. Sepasang kaka beradik itu memasuki rumah yang sekarang hanya mereka huni berdua itu dengan diam. Hingga mereka duduk di sofa ruang tv keluarga itu.
"David adalah orang yang menerormu selama ini," ucap Giovani membuat mata Gloria terbelalak.
"Aku tahu itu gila tapi itu sebenarnya yang terjadi," tambah GIovani lagi.
"Lalu, sekarang dimana dia?" tanya Gloria.
Giovani menarik nafas lelah, mulutnya mulai bergerak menceritakan semua hal pada Gloria. Entah itu penyelidian yang ia lakukan atau sampai titik dimana ia melihat jasad David yang hancur menjadi debu dibawa angin akibat ulah dari Belphegor.
Gloria tertegun, "Belphegor? Maksudmu salah satu dari tujuh pangeran neraka itu?"
Giovani mengangguk, "Kedepannya pasti akan berbahaya karena makhluk itu sudah mengetahui posisi kita. Itu pasti akibat dari energi besar yang aku keluarkan barusan."
"Sial, apa maksudmu kita selama ini dikejar oleh iblis kemalasan itu?" Tanya Gloria.
"Tidak benar, tapi tidak sepenuhnya salah. Makhluk-makhluk yang menginginkan jiwa kita itu adalah mereka, 7 pangeran dari neraka."
"Lalu, bagaimana sekarang?" Tanya Gloria.
Gloria merasa merinding sekarang, entah ini kecerobohan Giovani atau apapun itu benar-benar sangat berbahaya. Ia baru hendak bernafas lega terlepas dari stalker gila yang berusaha mengambil nyawanya. Meski sangat disanyangkan oleh kematian David tapi muncul lagi hal gila bahwa mereka dikejar-kejar oleh utusan neraka.
Gloria tak habis pikir, apa ini hukuman karena ia terlalu menyukai hal-hal horor. Entah apa itu, belakangan ini hidup Gloria berubah pesat. Dimana ia tahu Giovani bisa melihat hantu, dia setengah malaikat, mummy gila yang memburu temannya, bahkan sekarang 7 pangeran neraka yang mengejar-ngejar ia dan saudara laki-lakinya. Apa Gloria harus memanggil pengusir iblis? Oh tidak, bahkan ibu Whitney saja terpental dengan mummy, bagaimana mereka menghadapi raja-raja dari neraka itu.
"Apa kita harus beritahu Mom dan Dad?" tanya Gloria lagi.
"Mereka tidak akan percaya, Mom terutama."
"Lalu, apa kita akan mati?" tanya Gloria.
"Tidak! Bagaimanapun aku akan melindungi kalian semua. Tidak akan aku biarkan kalian terluka," balas Giovani.
"Aku akan memasang pagar suci dirumah ini, jadi iblis-iblis itu tidak dapat masuk kerumah," tambah Giovani.
Giovani melirik saudara perempuannya itu, ia memegang tangan Gloria lembut, "Aku akan melindungi kita semua, semua akan baik-baik saja."
Gloria menatap Giovani, semoga Tuhan melindungi saudara laki-lakinya ini. Kalau sesuatu terjadi pada Giovani yang berusaha melindungi mereka, Gloria tidak akan memaafkan hal itu.
"Tidak apa-apa, ok"
Keesokan pagi, dimana semua murid berjalan memasuki sekolah karena jam pelajaran sebentar lagi akan dimulai. Giovani dan Gloria memasuki kelas mereka dengan seperti biasanya. Pemandangan kelas kali ini yang cukup aneh, tidak ada David dan Whitney yang mengurus ibunya di rumah sakit. Guru mata pelajaran pertama memasuki kelas dengan dua orang polisi yang mengawalnya dikiri dan kanan. Membuat semua murid menjadi bingung dan berisik.
"Anak-anak, David dikabarkan menghilang dari rumah sejak tadi malam dan tidak ada kabar. Disini ada polisi yang ditugaskan untuk menyelidiki hilangnya David karena ibunya merasa David yang hilang sangat tidak wajar. Jadi kumohon kalian dapat bekerja sama dalam penyelidikan ini," ucap guru itu menarik atensi murid-murid.
"David hilang? Apa maksudnya ini?" ucap Owen pada Gloria,
"Mungkin anak itu membuat ibunya cemas dengan tidak kembali ke rumah," balas Gloria.
"Apa yang dilakukan si idiot itu?" Balas Owen.
"Ya semoga ia cepat ditemukan," balas Gloria sembari menghela nafas.
"Oh ya, kau mengalami hal yang berat belakangan ini. Apa mau pergi menjenguk Whitney?" Tanya Owen.
"Maksudmu pulang sekolah nanti?" Tanya Gloria.
"Ya."
"Baiklah, aku akan ajak Nielle dan Giovani nanti," balas Gloria.
"Bagus, Whitney kan senang jika-" belum selesai kalimat Owen, sebuah suara sudah mengintrupsi mereka.
"Saudara Giovani Wang, kau ditahan sementara untuk investigas mengenai kasus kehilangan. Ku harap kau bisa memberikan kesaksian untuk kasus ini," ucap salah satu polisi.
"Hei, apa-apaan ini? Apa kalian menuduh Giovani?!" Ucap Gloria sedikir berteriak.
"Tolong jangan buat kerusuhan, kami hanya menjalankan tugas."
"Maksudmu kau menuduh saudara laki-lakiku sebagai pelaku hilangnya David secara halus?"
"Glo tenang lah, aku akan ikut dengan mereka. Ini hanya investigasi kecil, tak akan memakan waktu lama," ucap Giovani menenangkan Gloria.
"Tapi-"
"Tak apa," balas Giovani kemudian mengikuti kedua polisi itu keluar ruangan.
Sementara Gloria menatap khawatir saudara laki-lakinya itu. Meskipun bukan Giovani pelakunya, tetap saja David mati karena ulah Giovani dan untungnya jasad David dimusnahkan iblis jelek itu. Bagaimana ini?!
Saat Giovani hendak keluar kelas bersama kedua polisi yang memiliki penyelidikan itu, sebuah sosok menghalangi jalan mereka didepan pintu kelas tersebut.
"Ada apa ini? Kenapa ada polisi?" Ucap sosok itu membuat tubuh Gloria menegang.
"David bodo, darimana saja kau. Ibumu sangat khawatir sampai lapor polisi dan mereka bahkan ingin menahan Giovani," teriak Owen pada sosok itu membuat satu kelas menyorakinya.
Giovani menatap sosok didepannya yang tersenyum canggung pada teman-temannya. Itu sungguh David, bukan itu bukan David. Tidak mungkin David hidup lagi sekarang. Mereka saling beradu tatap, dan sedetik kemudia Giovani menyadari sesuatu. Itu adalah Belphegor yang menyamar menjadi David. Dia mengambil identitas temannya itu untuk hidup disekeliling ia dan Gloria. Apa ini karena Belphegor tidak dapat masuk kerumah mereka karena pagar suci yang dipasang Giovani? Sial, iblis dengan kemalasan ini licik juga. David tersenyum menatap Giovani, senyuman yang benar-benar menunjukkan bahwa dia bukan David.
"Kita bertemu lagi, Gioavani."
"Ha, benar. Ku pikir kau sudah mati melihat semua kekacauan ini," balas Giovani sarkastik.
"Kau bisa saja, jika aku mati aku akan menyeretmu juga kedalamnya," balas David dengan seringai.