webnovel

Vampire Disease

Semua orang pasti mengetahui kisah makhluk humanoid, mitologi atau monster mengerikan pengisap darah yang memiliki gigi taring nan tajam. Siapa yang akan mengira jika makhluk mengerikan itu ada di sekitar kita bahkan makhluk tersebut adalah manusia asli? Di Jakarta ada seorang gadis SMA dengan profesi sebagai penulis online bernama lengkap Dreena Arabelle Leandro yang memiliki darah blasteran Indonesia dan Spanyol. Berapa tahun yang lalu, sang dokter memvonis Dreena mengidap penyakit Porfiria yang membuat kulitnya semakin pucat dan mudah terbakar oleh sinar matahari. Ketika penyakit itu semakin parah, Dreena pun tidak bisa lepas dari transfusi darah. Setiap hari ia membutuhkan banyak kantong darah segar hingga harus meminumnya. Apakah suatu saat Vampire Disease atau Porfiria yang dideritanya akan sembuh atau justru semakin parah dan membuat Dreena menjadi manusia vampir seutuhnya? Akankah Dreena dapat kembali menjadi manusia normal? Sumber Illustrasi: Pixabay Edit Cover: Canva Follow IG: @yenifri29 & @yukishiota29

yuki_shiota · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
245 Chs

Kembali Pulang

Bi Mira hanya mengangguk lemah, setidaknya ada sedikit kelegaan di hatinya sebab tuan dan nyonya majikannya belum menghubunginya. Mungkin jika nanti mereka menghubunginya, entah apa yang akan dikatakan bi Mira nantinya. Untuk sekarang ia masih bisa sedikit bernapas lega.

Mereka bertiga pun memasuki rumah.

"Ya sudah, Bi mending Bibi masak saja untuk makan malam. Kasian Pak Harry pasti belum makan dari tadi siang. Kan tadi juga langsung nyari sebelum makan, benar 'kan Pak?" ujar pak Bowo, seraya menoleh ke arah security itu.

Pak harry hanya mengangguk cepat sembari nyengir kuda dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Oh iya, aku lupa untuk menyiapkan makan malam. Sebentar ya, aku juga sudah lapar," sahut bi MIra, berlari ke arah dapur.

Setengah jam kemudian, hidangan makan malam sudah tersaji. Mereka bertiga pun menikmati makan malam bersama di area dapur yang memang juga tersedia meja makan di sana.

"Wah, sudah matang nih makanannya! Aku sudah lapar banget," seru pak Harry, yang tanpa basa-basi langsung saja menyendokkan nasi ke piringnya. Terlihat sekali jikalau dirinya begitu sangat kelaparan.

"Pelan-pelan, Pak makannya. Nanti kesendak lho," tegur bi Mira ketika melihat pak Harry makan dengan lahapnya.

"Biar saja, Bi dia 'kan lagi kelaparan. Saking laparnya entah sudah baca doa atau belum tuh," ledek pak Bowo tertawa kecil.

"Enak saja, sudahlah. Masa iya aku harus baca kencang-kencang, ngawur saja kamu," dengkus pak Harry.

Bi Mira dan pak bowo terkekeh geli mendengar ujaran pak Harry.

"Jangan baca doa tidur, Pak. Entar habis makan malah ngantuk," kekeh pak Bowo, kembali meledek rekannya yang sedang kelaparan itu.

"Tenang saja, aku bacanya ayat kursi biar setan di sampingku tidak meledekku terus," celetuknya.

Kembali pak Bowo dan bi Mira dibuat terkekeh.

***

Jarrel memilih untuk tertidur lebih awal, meskipun hari juga sudah sangat larut. Setidaknya cukup baginya untuk tertidur beberapa jam saja. Sementara kelima temannya masih terjaga dan menikmati pesta malam itu.

Tidak terasa, pagi pun cepat sekali tiba. Jarrel merasa baru saja memejamkan mata, tapi sinar mentari sudah membias kisi-kisi jendela dan menerobos masuk di antara rongga ventilasi yang terdapat di kamarnya. Mereka tidur bertiga dalam 1 kamar.

Ia pun menguap dan memicingkan matanya karena silau mentari menghalau penglihatannya. Ia mengucek matanya dan menggeliat merenggangkan otot-ototnya yang kaku setelah bangun tidur.

"Cepat juga udah pagi, gue harus pulang sekarang. Mereka pasti pada baru tidur dah," gumamnya bangkit dari ranjang.

Jarrel pun terduduk sejenak di pinggir ranjang. Termenung untuk beberapa saat, sekedar untuk mengumpulkan nyawanya yang sempat pergi ke alam mimpi tadi malam.

Ia melirik ke arah jam dinding yang terpampang di dinding tepat berada di depan ranjang. "Ah, udah jam segini. Gue siap-siap dulu deh." Jarrel segera menuju kamar kecil yang berada di dalam kamar.

Niat hati ingin mandi, tetapi baru menyentuh air saja ia sudah tidak kuat saking dinginnya udara di puncak. "Dingin banget iihh," cicitnya, seraya memeluk tubuhnya sendiri. Ia gosok-gosokkan kedua telapak tangannya menahan dingin.

"Masa gue nggak mandi si? Dahlah gue cuci muka dan sikat gigi aja. Gila, nggak kuat gue dingin bangetttt," gumamnya yang menggigil kedinginan.

Tidak sampai setengah jam ia sudah rapi. Sebelumnya Jarrel sudah bercerita pada kelima temannya jika ia ingin pulang lebih awal, karena ia harus melihat atau survei langsung sekolah barunya nanti. Ia juga sudah minta izin sopir temannya untuk mengantarnya pulang ke rumah.

Ia menuju dapur sekedar untuk menghangatkan tubuhnya. "Di dapur ada apa ya buat menghangatkan badan? Ngopi dulu deh sebentar biar nggak ngantuk juga," gumamnya.

Setibanya di dapur sudah ada asisten villa itu yang sedang menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya dan juga teman-temannya. Wanita sekitar 40 tahun itu menoleh ke arah Jarrel.

"Sudah bangun, Den? Mbak juga baru mau siapkan sarapan."

"Iya, Mbak aku harus pulang sekarang. Aku mau survei sekolah baruku hari ini."

"Oh, sudah mau pulang ya? Tunggu sebentar ya, Den biar Mbak siapkan sarapan pagi dulu."

"Nggak usah, Mbak aku ngopi aja. Aku takut telat juga." Jarrel mengambil segelas air putih lalu meminumnya hingga kandas.

Kemudian ia beralih mengambil cangkir kopi dan menuangkan kopi instant yang memang sudah tersedia di dapur.

"Sini biar Mbak yang seduhkan kopinya, Den."

"Nggak usah, Mbak makasih. Aku bisa sendiri kok. Kan Mbak harus siapkan sarapan pagi juga buat yang lainnya," tolak Jarrel halus.

"Ehmm, baik, Den."

Secangkir kopi sudah siap, Jarrel segera membawanya ke ruang tengah. Tidak lupa ia mencomot 1 potong roti tawar sebelum pergi meninggalkan dapur.

Pagi itu ia hanya sarapan dengan 1 potong roti tawar dan secangkir kopi susu instant. Seusai isi cangkirnya habis, ia segera mencari sopir pribadi temannya.

"Pak, ayo jalan sekarang!"

"Sudah siap, Den? Okelah."

Tak lama Jarrel sudah berada di dalam mobil, kini ia sudah berada dalam perjalanan pulang. Hanya menempuh perjalanan kurang lebih 2 -3 jam, mobil tersebut telah sampai di Jakarta.

"Nah, sampai juga," ucap Jarrel ketika mobil yang mengantarnya memasuki area komplek rumahnya.

Ketika mobil yang ditumpangi Jarrel akan berhenti tepat di depan pintu gerbang rumahnya, tiba-tiba saja pintu gerbangnya terbuka dan keluarlah mobil yang biasa sopir pribadi Jarrel kemudikan.

Jarrel menyuruh sopir yang mengantarnya berhenti. "Pak, stop sini aja. Makasih ya, udah anterin aku." Jarrel segera turun dari dalam mobil.

Pak Bowo yang hendak membelokkan mobilnya melihat ke arah tuan muda majikannya. "Lah itu den Jarrel," gumamnya, yang langsung keluar dari dalam mobil.

"Alhamdulillah, Den Jarrel akhirnya pulang juga ke rumah. KIta orang di rumah bingung mencarimu ke mana-mana lho. Den habis dari mana?" cecar pak Bowo bertanya, saking senangnya ketika melihat Jarrel sudah berada di depan rumah.

"Aku habis ke villa temanku. Oh iya, kamu mau ke mana, Pak? 10 menit lagi antar aku survei sekolah baruku ya, Pak." Jarrel langsung berjalan masuk melewati pintu gerbangnya. Sedang pak Harry yang baru saja membukakan pintu gerbang untuk pak Bowo langsung melihat ke arah luar ketika ia mendengar suara dari tuan muda majikannya.

Ia pun berbinar senang ketika mendapati Jarrel masuk ke halaman rumah. "Den Jarrel, Masya Allah Alhamdulillah akhirnya si Aden pulang juga," serunya.

***

Hai, Readers!

Mohon maaf, aku baru sempat update lagi.

Apa kalian masih lanjut baca?

Makin seru ya?

Semoga kalian suka dengan kisah Dreena & Jarrel ya. Aku tunggu star vote, krisan/review terbaik kalian ya. Boleh beri gift bila berkenan.

Terima kasih & selamat membaca.

Follow IG: @yenifri29 & @yukishiota29

Like it ? Add to library!

yuki_shiotacreators' thoughts