webnovel

Uranus yang tersesat

Dia terpaksa kehilangan kemewahan serta kerhormatannya demi mengejar misteri dibalik Dewi Adrian yang selalu menghantui nya sepanjang mimpi mimpi nya.Ia sampai di sebuah planet yang tak pernah diketahuinya sebelumnya apakah itu?dan siapa yang menolongnya apakah dia akan bertemu Dewi Adrian ataukah seorang pangeran impiannya yuk simak ceritanya..........

Diela · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
10 Chs

Mirza

Sesuai janjinya dia datang kembali kerumah sakit,dia membawakan ku sebuah kursi yang terlihat aneh,aku terus menatapnya mencari tahu tujuannya lewat sorot matanya,lagi lagi senyum nya yang tulus dan menyenangkan membuatku salah tingkah.

"Apa kau menatap ku"ia berbicara tanpa gerakan tangan tapi anehnya aku dapat memahami bahasanya.

"Tidak"aku pun dapat bicara dengan nya dengan bahasanya,aku terkejut dan menyumpal mulutku,apakah ini benar?pikiranku berbicara sendiri.

"Oh ya tuhan ....terima kasih atas karunia mu ...Neira mulai bisa bicara "dia begitu bahagia hingga dia memelukku,sejenak aku merasa nyaman namun aku mendorongnya hingga dia hampir terjatuh.

"Tidak apa Neira,maafkan aku ....aku belum bisa mengendalikan diriku ...maafkan aku tapi lambat laun kau sendiri yang akan memelukku seperti ini....aku akan menunggumu "dia masih tersenyum dan terlihat menyeka air matanya sedikit.

Apa Dewi Adrian dan Ert mengabulkan permintaan ku mereka telah memberikan anugerah nya padaku dalam waktu satu malam aku sudah dapat mengerti apa yang dikatakan dan mengatakan jawaban dari uang dia ucapkan,seiring berjalannya waktu aku akan dapat menguasai bahasa ini .

"Neira,aku ingin merawatmu dirumah supaya aku dapat menjagamu selama 24 jam ...aku ingin terus menemanimu dan hari ini aku mebawakanmu kursi roda ini ...hari ini kita kan pulang kerumah impian kita ...kau bisa mengingatnya rumah itu kau sendiri yang merancangnya sebelum kita bertunangan"Dia mulai menata kursi itu dan menyentuhku.

"Hentikan!"aku dengan kasar menyingkirkan tangannya.

"Neira,kumohon kau harus ikut denganku,kau pasti bosan disini ....jadi kali ini saja biarkan aku menyentuhmu ya...nanti kan ku belikan ice cream ...kau suka itu kan."Katanya lembut dan bersujud di kaki ku."

"Ice cream?mahluk apa itu?"tanyaku polos.

""Kau mau tahu mahluk apa ice cream itu?mari pulang,nanti di jalan aku akan membelikannya untuk mu...kau mau?"

"Mmm... baiklah"aku menganggukkan kepala.

Ia menggendongku,tatapannya membuat waktu berhenti sejenak bahkan angin berhenti berhembus serta nadi berhenti berdenyut hanya hati yang berdegup kencang,sungguh pompa hatiku berdegup seperti ledakan pistol perang dan membara seperti miseu yang di ledakkan,hatinya seperti terkoneksi denganku aku dapat merasakan debaran hatinya yang lebih kencang daripada aku.

"Apa kau malu Neira,wajahmu terlihat merah."ia menyematkan senyum mencurigakan,menggoda ku.

"Mm....tidak."aku memalingkan wajahku dan memukul lengannya untuk segera melepaskan ku dari gendongannya.

"Oke,aku akan berhenti menggoda mu...kita berangkat sekarang."ia berdiri di belakang ku dan mulai mendorong ku,sepanjang perjalanan dia terus berbicara mengenai masa lalunya dengan Neira,mungkin ia berharap aku dapat mengingat kisah Neira dan mulai menerima,hal ini ada untungnya juga buatku.

Mengetahui sedikit mengenai Neira akan membuat rencana agar dia tidak tahu mengenai identitas diri ku,maafkan aku Mirza demi Mega kuasa aku harus menghindari ketulusan mu namun suatu saat aku akan membalas kebaikan mu itu dengan kebangkitan Neira kekasihmu itu.

"Neira,kau tunggu di sini ..."ia tiba tiba menghentikan mobilnya dan keluar dengan tergesa-gesa.

Aku merasa kantuk karena menunggunya yang terlalu lama,tanpa aku sadari akupun tertidur.

"Neira,bangunlah"suaranya yang lembut membuatku enggan membuka mata.

"Neira...."

Aku merasakan sesuatu yang dingin menyentuh bibirku aku terbangun dan mendapati dirinya yang sangat dekat dengan ku terpaut satu jari telunjuk.

"Aaaaa...."aku berteriak dan membuatnya terkejut.

"Menyingkir dariku!jangan dekati aku!"aku menghantamnya dengan pukulan ku yang tak beraturan.

"Aku hanya ingin membersihkan ice cream itu di bibirmu,aku tidak sengaja menjatuhkannya karena kau tak segera bangun jadi ice ini tiba tiba meleleh dan mengenai bibirmu..."ia mencoba menjelaskan.

"Tidak peduli!jangan sentuh aku! Aku bisa membersihkannya sendiri!"aku memalingkan wajahku dan menghadap pada kaca mobil di samping ku,aku berusaha keras mencari dimana noda es itu namun kaca itu transparan karena di tembus sinar matahari jadi tidak terlalu jelas,tiba tiba-tiba...

Srttt.....dia menyentuh kedua bahuku dan menghadapkannya kearahnya kami begitu dekat.

"Diam!jangan bicara lagi!biar aku lakukan itu untukmu."ia mengusap bibirku yang kotor itu,lagi lagi tatapannya membuatku lemah dan tak berdaya aku tak dapat mengendalikan hatiku yang berdegup dengan kecepatan maksimum,tatapannya begitu tajam dan mengarah langsung pada tujuan,ada kelembutan ketulusan penantian serta ambisi yang terkubur dalam kesabaran yang suatu saat akan meledak dan menjadi hal yang sangat membahayakan. Aku melihat itu dari matanya.

"Aghhh"aku meronta kesakitan memegang bagian leherku kalung Ert seperti memberitahuku sesuatu.

"Neira kenapa!kenapa!..kau baik baik saja!"dia begitu cemas melihatku .

"Air ...bawa aku ke sumber air....air..."suara ku tercekik di leher.

"Bertahanlah,aku akan segera membawamu ..bertahanlah"

Ia mengendarai mobilnya dengan sangat kencang,setelah beberapa menit kemudian kami sampai di sebuah mata air yang melimpah,aku tak sabar dan keluar dengan langkah sempoyongan..aku berusaha berlari untuk mencapai mata air itu aku sempat jatuh.

"Neira..."ia berteriak dan berusaha mengejar ku,aku bangkit dan terus berusaha mencapai sumber air sebelum kutukan ini menjadi jadi.

Byurrrr

"Fuhhh....syukurlah ...."aku bernafas lega.

"Apa kau merasa baikan"Mirza berbicara dari daratan nadanya terlihat sangat lelah.

"Syukurlah..."ia mencoba mengatur kembali pernafasannya dengan duduk di bibir sumber air.

"Apa kau suka di danau...dokter tidak bilang mengenai ini"

"Tidak ada yang tahu mengenai ini,hanya kau yang tahu...."ucapku dengan mata tertutup dan membiarkan alam mengisi tubuhku dengan energinya.

"Merasa baikan?"

"Tentu saja....''

"Kalau begitu....''

Byurrr....

Ia ikut masuk kedalam sumber air yang disebutnya danau,ia memegang tanganku aku sempat menatapnya dan membiarkannya karena ia telah membantuku menemukan sumber air dan mengembalikan energi ku ini balasan yang cukup.

Ia merentangkan tangannya dan menutup matanya.

"Sebentar lagi sunset kita nikmati hari terakhir ini dengan senyuman dan besok kita kan mulai awal yang lebih baik..."katanya dengan penuh harap.

"Berharap lah pada cahaya untuk menyampaikan kesedihanmu hari ini dan menukar kebahagian besok....."