webnovel

Untungnya Aku Bertemu Kamu

Cheng Xi, seorang psikiater baik berhati emas, yang akan melakukan apa saja untuk pasiennya. Lu Chenzhou seorang pengusaha yang dingin yang menolak perawatan karena kelainan emosinya. Ini adalah kisah tentang kebekuan hati seorang pria dan tekad seorang wanita untuk mencairkannya.

Baby_Crisan · Romance
Pas assez d’évaluations
204 Chs

Itu Perlakuanmu

Wajah Lu Chenzou tetap datar, tetapi Cheng Xi merasa merinding.

Cheng Xi tertawa. Di kamar mandi, ia melihat banyak memar ditubuhnya, termasuk memar yang sangat besar dipahanya. Untuk beberapa saat lalu, dia berpikir telah memiliki pengalaman bercinta yang ganas bersama Lu Chenzhou. Tetapi melihat sikap pria itu sekarang, diam-diam dia bernapas lega.

Mengingat sifat germofobiknya yang tidak akan membiarkan siapa pun menyentuhnya, bagaimana bisa ia membiarkan orang asing seperti dia naik ke tempat tidurnya?

Cheng Xi tidak ingin memaksa pria itu. Meskipun tidak mengetahui motif dari pria itu, jelas terlihat mereka tidak memiliki hubungan pasien-dokter sebelumnya untuk menutupi hubungan mereka saat ini. Cheng Xi tidak ingin mengemukakan maksudnya dari hasil perbuatan pria itu, selama ia tidak menderita kerugian.

Tetapi perlu melakukan pembalasan. Hanya saja Lu Chenzhou benar-benar menguji kesabarannya, Cheng Xi membiarkan pria itu. Ia berbalik dan memungut tasnya, mengeluarkan dompet dan bertanya tanpa mengangkat kepala, "Berapa hutangku padamu?"

"Apa?"

Cheng Xi berbalik dan tertawa. Dengan lesung pipi yang sedikit terlihat, wajahnya sangat cantik. "Terima kasih untuk 'perlindungan'mu semalam. Maksudku, biaya taxi dan penginapannya, berapa hutangku padamu?"

Lu Chenzhou akhirnya mengerti. "Kamu memperlakukanku seperti seorang pelacur?"

"Aku tidak berkata seperti itu." Tentu saja, terserah dia mau beranggapan apa saja.

Cheng Xi mengeluarkan semua uang dari dompetnya yang baru ia ambil kemarin dan meletakkannya diatas meja, seluruhnya 2.000 yuan. "Bila ini kurang, kamu bisa menghubungiku." Dia menundukkan kepala, menulis nomor ponselnya pada kertas memo diatas meja, kemudian berbalik untuk segera pergi.

"Hey!" pria itu memanggilnya. Pria itu menendang selimut, hal ini tentunya memperlihatkan dada yang bidang itu.

Cheng Xi berhenti melangkah, tatapannya tertuju pada selimut yang mendarat dikakinya.

"Apakah kamu pikir ini hal yang asing?" ia bertanya dengan nada kaku. Bahkan saat bertatapan, pria itu berbicara seperti sedang membaca naskah. "Setidaknya, kita adalah pasangan untuk semalam."

Cheng Xi nyaris tertawa, setidaknya ingin memberi tahu jangan coba mendekati seorang gadis bila tidak memiliki keterampilan untuk itu, karena terlihat sangat lucu. Ia menghela napas dan berkata, "Tuan Lu, mungkin kamu lupa bahwa aku seorang dokter."

Pria itu tertegun. "Apa maksudmu?"

"Maksudku, aku bisa memeriksa tubuhku sendiri untuk mengetahui apa yang telah terjadi."

Omong kosong, walaupun ia hanya menilai bagaimana rasa tubuhnya dari bekas memar itu, dia hampir tidak bisa membuat analisa seadanya. Bagaimanapun ia tidak ingin membuat analisa hanya berdasarkan insting psikiater saja.

Lu Chenzhou sama sekali tidak menyangka hal ini, dan sedikit memandang kesal padanya.

Cheng Xi khawatir pria itu akan menariknya kembali ke atas ranjang, tetapi untungnya hal itu tidak terjadi.

Setelah meninggalkan kamar itu, Cheng Xi menghembuskan napasnya yang tertahan. Ia berjalan perlahan keluar dari hotel, setelah diluar, ia menemukan sudut terpencil dimana ia bisa membenturkan kepalanya.

Mengapa dirinya tidak bisa menoleransi alkohol itu?!

Dan apa yang telah dilakukan pria itu, berpura-pura mereka telah bercinta setelah dia mabuk? Dia tidak dapat menerima cerita klise seperti itu yang hanya terjadi di novel vulgar.

Setelah menghabiskan waktu untuk berpikir, Cheng Xi akhirnya cukup tenang untuk mengeluarkan ponsel dari tasnya. Ia menerima beberapa panggilan tidak terjawab, beberapa dari orang tuanya, beberapa dari kakak laki-lakinya dan beberapa dari gurunya, Cai Yi.

Cheng Xi menghubungi mereka kembali untuk mengabarkan dia baik-baik saja sebelum akhirnya menelepon Cai Yi, yang langsung bertanya "Kamu tidak pulang tadi malam?"

"Tidak, terjadi sesuatu hal sehingga saya tidak pulang ke rumah. Apakah ada hal penting hingga Anda mencariku tadi malam Profesor?"

"Tidak ada. Hanya saja orang tuamu mencariku setelah mereka tidak berhasil menghubungimu. Baiklah, bagaimana Lu Chenzhou menurutmu?"

Apakah ia benar-benar ingin menjadi mak comblang? Cheng Xi tidak menyangka Cai Yi mempunyai waktu untuk melakukan hal yang gila ini.

"Emosi seorang tentara—bahwa Tuan Lu memiliki ketidakmampuan untuk merasakan emosi, benarkah?"

"Ya, diagnosa yang tepat." Cai Yi memberi pujian.

Cheng Xi terdiam sesaat. "Dia tersiksa karena hal itu?" Ia membuat diagnosa lanjutan. Baru saja ia melihat beberapa studi kasus dari pasien yang tidak mampu merasakan emosi; selama interaksinya dengan Lu Chenzhou, ia melihat pria itu menunjukkan gejala serupa sehingga dapat menyimpulkan seperti itu.

"Ya, benar. Tetapi kondisinya agak istimewa. Kamu hanya bisa tahu bila telah berinteraksi dengannya, aku tidak dapat memberi tahu diawal karena akan mempengaruhi penilaian profesionalmu."

Cheng Xi tetap diam, dan gurunya meneruskan, "Hingga kini keluarganya tidak mengetahui bahwa hal itu merupakan sebuah penyakit, terutama karena Lu Chenzhou masih belum memiliki pendamping walau usianya telah mencapai tiga puluh tahun. Kakeknya menemuiku, dan berharap aku dapat menemukan solusi untuk masalah itu. Cheng Xi, Donglai adalah pendukung utama dari laboratoriumku, dan Lu Chenzhou sudah seperti anakku sendiri. Karena begitu akrab satu sama lain, Aku tidak lagi bisa menjalin hubungan dokter-pasien dengannya. Karenanya, aku berharap kamu dapat membantuku kali ini."