webnovel

Untungnya Aku Bertemu Kamu

Cheng Xi, seorang psikiater baik berhati emas, yang akan melakukan apa saja untuk pasiennya. Lu Chenzhou seorang pengusaha yang dingin yang menolak perawatan karena kelainan emosinya. Ini adalah kisah tentang kebekuan hati seorang pria dan tekad seorang wanita untuk mencairkannya.

Baby_Crisan · Romance
Pas assez d’évaluations
204 Chs

Ciuman

Cheng Xi segera menutup telepon dan melangkah pergi ketika Cai Yi menghampiri. Dengan cepat dia menghentikannya dan bertanya, "Ada apa?"

"Profesor, sesuatu hal terjadi dengan pasien, saya harus segera pergi ke rumah sakit."

"Baiklah, silakan," jawab Cai Yi begitu dia mendengar jawaban Cheng Xi. Dia memperhatikan langkah Cheng Xi yang tergesa-gesa, dia memanggilnya kembali. "Tunggu sebentar. Saya akan memanggil Wu untuk mengantarmu ke sana. "

"Tidak perlu, biarkan Zhou mengantarnya. Dia mengemudi dengan cepat." Kakek Lu Chenzhou juga telah mencegatnya, dengan cepat dia memanggil Lu Chenzhou, yang sedang berbicara dengan seorang koleganya. "Cepat, cepat antar Dr. Cheng kembali ke rumah sakit."

Seluruh ruangan gempar mendengar kata-kata kakek Lu Chenzhou, tapi Cheng Xi sudah melangkah ke luar. Lu Chenzhou mengangkat alisnya, tidak berkata apa-apa, segera menyusul keluar dengan cepat.

Saat Cheng Xi berjalan ke luar, dia bertemu Lin Fan dan ibunya.

Lin Fan memanggil, "Cheng Xi ..."

Cheng Xi dengan enggan berhenti, dengan nada meminta maaf berkata, "Maaf, ada sesuatu yang mendesak di rumah sakit sekarang. Selamat tinggal, Nyonya Lin. "

Setelah mengucapkan kalimat itu, dia segera pergi. Tidak lama kemudian, Lu Chenzhou datang, mengikuti langkahnya. Sama seperti tadi, ibu Lin Fan memanggil "Zhou," tetapi Lu Chenzhou sudah berjalan ke sudut taman, bahkan bayangannya langsung menghilang.

Ibu Lin Fan kesal, wajahnya murung. Belum sempat mengatakan apa-apa, putranya berkata, "Bu, sesuatu sepertinya telah terjadi pada Cheng Xi. Aku akan mencari tahu apa yang terjadi."

"Untuk apa kamu pergi?" Ibu Lin Fan mencoba menahannya.

Namun dia tidak cukup cepat untuk melakukannya. Lin Fan berlari mengejar keduanya, meninggalkan ibunya sendiri. Nyonya Lin sangat marah hingga paru-parunya terasa sakit.

Cheng Xi tidak tahu ada yang mengikutinya. Awalnya dia bermaksud naik taksi, tetapi belum sempat memanggil taksi, Lu Chenzhou telah menghentikan mobilnya di depan Cheng Xi. Menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan menurunkan kaca jendela, menatapnya dengan tajam.

Cheng Xi meliriknya dan masuk ke dalam mobil. Saat ini bukan jam sibuk, tidak banyak mobil di jalan sehingga mereka segera tiba di rumah sakit.

Ketika sampai, dia melihat Chen Jiaman diikat lagi ke tempat tidurnya. Dia meronta dan memekik seperti binatang buas yang terluka. Dia membuat banyak keributan sehingga mengganggu pasien lain di bangsal, yang juga mulai berteriak sehingga seluruh ruang perawatan sangat gaduh.

Kebetulan dokter yang bertugas adalah senior Cheng Xi lagi, Ceng Xing. Tepat ketika dia akan menyuntikkan electroconvulsive pada Chen Jiaman, hanya beberapa milimeter jarum suntik dari kulitnya, Cheng Xi tiba. "Dr. Ceng, "kata Cheng Xi sambil menarik tangannya. "Terima kasih atas pekerjaanmu, bisakah kamu menyerahkan pasien padaku?"

Ceng Xing berbalik, tersenyum. "Tentu. Saya dengar bahwa Anda sangat tidak konvensional dalam metode perawatan khususnya tidak suka menggunakan ECT. Kalau begitu tunjukkan pada kami bagaimana caramu menenangkannya."

Cheng Xi mengabaikannya. Mendorong Ceng Xing keluar, dan menatap petugas medis yang menahan Chen Jiaman. Mengambil napas dalam-dalam dan berkata, "Lepaskan dia. Kalian bisa pergi sekarang."

Cheng Xi mulai melepas ikatan di tubuh Chen Jiaman, tetapi seorang perawat menghentikannya. "Dr. Cheng, dia dalam kondisi mengerikan sekarang."

"Aku tahu." Cheng Xi menghela nafas. Kerja keras sebulan penuh, apakah semua akan sia-sia? Dia mengenakan sarung tangannya. "Kalian semua bisa keluar dulu. Ada terlalu banyak orang, dia terlalu takut sekarang."

Tidak hanya ada terlalu banyak orang, tetapi cahaya di ruangan itu juga terlalu terang. Seseorang telah membuka tirai yang ditutup sejak Chen Jiaman masuk ke bangsal, sinar matahari mendarat tepat di wajah pucat Chen Jiaman yang mengerikan.

"Keluar!" Cheng Xi mengatakan sekali lagi, kemudian dia maju ke depan, menggenggam tangan Chen Jiaman dengan erat, mulai memanggil namanya dengan lembut sambil melonggarkan ikatannya. "Chen Jiaman, Chen Jiaman ... Tenang ya?"

Setelah ikatan di tangan Chen Jiaman dilepaskan, tubuhnya memberontak. Dia ingin lari keluar, tetapi kakinya masih terikat Dia terus berteriak dan berjuang tanpa terkendali, menutup mata dan mengayun-ayunkan tinjunya.

Cheng Xi terkena pukulan beberapa kali, sehingga dia harus memeluk erat-erat untuk menenangkannya.

Energi Chen Jiaman hampir habis. Ketika menyadari tidak bisa mendorong Cheng Xi, dia menundukkan kepalanya dan menggigit lengan Cheng Xi.

Karena cuaca sejuk akhir-akhir ini, Cheng Xi tidak mengenakan pakaian tebal. Gigitan Chen Jiaman menembus cukup dalam, rasa sakit terasa hingga ke tulang, membuat tangan Cheng Xi kebas setengah digigit.

Tapi dia diam, hanya memeluk Chen Jiaman lebih erat dengan satu tangan dan tanpa henti menepuk punggungnya dengan tangan satunya. "Tidak apa-apa, kita baik-baik saja. Chen Jiaman, semuanya baik-baik saja." Dia berbisik ringan. "Hari yang cerah, kita tidak takut lagi."

Dia tidak tahu setelah sebulan menemani Chen Jiaman akan efektif, tetapi Chen Jiaman perlahan-lahan menjadi tenang, dan melepaskan lengan Cheng Xi dari mulutnya.

Cheng Xi menghembuskan napasnya. Jika Chen Jiaman tidak melepaskannya, tangannya mungkin lumpuh. Dia patuh, tangannya diangkat untuk menutupi matanya. "Sangat cerah, Kamu tidak mau membuka mata dan melihat cahaya? "

Chen Jiaman tidak mau membuka matanya. Dia berbaring di pangkuan Cheng Xi, seluruh tubuhnya bergetar.

Cheng Xi akhirnya berusaha membuat Chen Jiaman tidur tanpa bantuan obat apa pun.

Setelah menutup tirai dan mengembalikan ruangan ke keadaan biasa, Cheng Xi berjalan keluar dari bangsal. Tubuhnya basah, seolah-olah baru saja dikeluarkan dari genangan air. Cukup banyak orang berdiri di luar bangsal Chen Jiaman, termasuk dokter, perawat, dan bahkan kolega dari departemen lain yang mendengar berita itu, datang untuk membantu. Di antara orang-orang ini, Cheng Xi melihat Lu Chenzhou dan Lin Fan.

"Tidak terjadi apa-apa, kan?"

Cheng Xi menggelengkan kepalanya, tersenyum lelah pada mereka. Pandangannya beralih ke perawat yang bertugas, dia bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa hal ini terjadi? "

"Bibi Chen Jiaman. Dia datang mengunjungi, sesuatu yang dia katakan tampaknya memicu Chen Jiaman. "

"Bibi?" Cheng Xi mengerutkan kening. Jika dia tidak salah ingat, Chen Jiaman seharusnya tidak memiliki bibi. Seorang bibi buyut yang memiliki hubungan buruk dengan keluarganya. Dia menarik napas dalam-dalam, kemudian bertanya, "Di mana dia sekarang?"

Perawat pergi mencarinya, tidak lama kemudian dia kembali. "Dia pergi."

Cheng Xi merasa sangat geram. "Pergi dan lakukan yang terbaik untuk menemukannya."

Dia benar-benar ingin berteriak pada seseorang, tetapi mengingat situasi ini, siapa yang bisa dia marahi? Situasi Chen Jiaman sebelumnya sangat stabil, wajar bagi keluarga untuk mengunjunginya. Siapa yang bisa dia marahi?

Para dokter dan perawat segera pergi ketika suasana hati Cheng Xi menjadi tenang. Cheng Xi tetap berdiri di sana, memulihkan dan mendinginkan emosinya.

Lin Fan bertanya, "Kamu baik-baik saja?" Dia menghela nafas perlahan, "Aku belum melihat dokter yang begitu peduli dengan pasiennya sepertimu."

Cheng Xi hanya tertawa getir. Saat akan menjawab, tatapannya tidak sengaja mendarat di Lu Chenzhou.

Dia tampak sangat normal, tubuhnya lurus, setenang pohon pinus. Tetapi jika diamati dengan seksama, terlihat sesuatu yang berbeda. Pandangannya redup dan atmosfir di sekitarnya dingin, sangat kaku seperti tali busur yang ditarik terlalu kencang, bisa patah kapan saja.

Jantung Cheng Xi berdebar. Saat Cheng Xi hendak mendekatinya, Lin Fan mengulurkan tangan dan menyentuhnya. "Tanganmu ... Kamu harus mengobatinya dulu."

Cheng Xi baru menyadari betapa sakit tangannya!

Dia menjerit ringan dan menggelengkan kepala, maju dua langkah ke depan, dan meraih lengan Lu Chenzhou. "Lu Chenzhou." Suaranya lembut dan hangat, memanggilnya dengan lembut. "Tanganku terluka. Kamu bisa membantuku?"

Dia seolah-olah tidak mendengarnya. Sebaliknya, tatapannya terfokus pada kehampaan saat dia berdiri di sana, diam. Cheng Xi mengulangi sekali lagi, baru kemudian dia merespon dan memalingkan matanya untuk menatapnya.

Cheng Xi menatapnya, berusaha mengabaikan perilakunya tadi dan tersenyum menawan. "Kamu tidak mau membantuku? Apakah kamu benar-benar pacarku?"

Ketika Lin Fan mendengar ini, wajahnya menjadi gelap.

Cukup lama Lu Chenzhou menatapnya dengan bingung sebelum mengulurkan tangan dan menariknya dengan mantap.

Cheng Xi merasa tenang dan mulai memikirkan apa yang bisa dikatakan untuk membuatnya merasa lebih nyaman. Tapi tangannya ditarik dengan kuat, dia jatuh ke dada Lu Chenzhou.

Awalnya dia ingin mendorongnya menjauh, tetapi tubuhnya gemetar. Pada saat ini, Lu Chenzhou membungkuk dan menciumnya.

"..."