webnovel

Chapter 41

Reynold dan Issac berjalan memasuki pintu halaman istana. Mereka memasuki ke dalam pintu masuk pasca menyeberang melalui jembatan. Terlebih, Reynold secara bergantian menembak ke tiap Troll yang hendak menghampiri mereka. Issac memperhatikan sekelilingnya. Saat masuk ke dalam, tidak ada tanda-tanda monster atau jebakan. Aneh sekali. Tidak ada tanda-tanda monster yang muncul di sekitar halaman istana, gumam Issac dalam hati. Belum puas untuk berkeliling, dia mencoba mengambil jalan sebelah kiri. Mencari tahu apakah ada jalan untuk bisa tembus ke sana. Sedangkan Reynold memperhatikan sekelilingnya.

Tanah gersang yang dipenuhi sekumpulan tengkorak. Terdiri dari tengkorak manusia, hewan dan beberapa monster yang sudah diambil dagingnya. Beberapa di antara mereka sudah dalam keadaan membusuk. Reynold merasakan ada sesuatu yang mulai bergerak dari bawah tanah. Keduanya terpejamkan mata. Energi sihir kegelapan muncul dari bawah tanah. Partikel-partikel hitam terbentuk, menjadikannya sebagai makhluk terbuas. Giginya bermunculan. Sorotan mata satu tertuju pada Reynold. Tubuhnya ramping tanpa ada kedua kakinya. Melengkung seperti slime, makhluk itu membuka mulutnya. Reynold pun menghindar. Dia mengayunkan pedang gergajinya pada makhluk itu. Akan tetapi, dia tidak bisa ditembus. Sebaliknya, makhluk tersebut tertarik dengan Reynold. Kedua kakinya bergerak mundur. Mengacungkan shotgun ke arahnya. Belum sampai disitu, dia juga melemparkan bahan peledak padanya.

"Enyahlah."

Namun, ledakan tersebut tidak lantas membuat makhluk itu mati. Cairan hitam mengambil tulang belulang yang ada di sana. Saraf dari otot manusia mulai tampak. Serta tulangnya dibangkitkan kembali. Bagian dalamnya menyatu dengan cairan hitam. Issac menusuknya tanpa henti. Sorotan matanya tertuju pada makhluk itu.

"Issac!"

"Reynold, sepertinya kita harus segera kalahkan monster ini."

"Kenapa kau berpikir demikian?"

Jari telunjuk dari laki-laki berambut perak ditunjukkan pada segerombolan makhluk yang sejenisnya. Mirip seperti zombie tetapi aslinya bukan. Sedangkan di belakang, Troll mulai menyeberangi jalan. Reynold dan Issac benar-benar terkepung.

"Benar kan?"

"Entah kenapa, aku merasa kesal jika diperlakukan seperti ini."

Kedua bahu Issac diangkat dengan santai. Keduanya memutuskan untuk memutar posisi. Issac berada di belakang. Sedangkan Reynold di depan. Laki-laki berambut perak melawan para Troll. Sedangkan pria mengenakan topi bundar melawan para makhluk itu.

"Aku beri nama dia Dark Slime. Bagaiamana?"

"Nama yang aneh. Ganti saja," cibir Issac.

Namun pada akhirnya, hanya itu saja yang terlintas dalam pikiran Issac. Keduanya berlari kencang. Laki-laki berambut perak menerjang para Troll. Lengan kanan menghunuskan tombak hitam serta merasuki tubuh salah satu Troll. Kemampuannya dia dapat kuasai dengan mudah. Perlahan tapi pasti, Troll berhasil dirasuki. Mereka kebingungan dengan reaksi tanpa bersuara alias diam. Sebuah gada raksasa diayunkan dari samping kiri. Menghancurkan kepalanya disertai penuh bersimbah darah hijau. Issac tersenyum tipis. Memudahkan dia untuk menyerang balik. Suara menggeram dari Troll, diayunkan secara vertikal. Menghancurkan jembatan yang ada di samping. Issac pun mundur. Bersiap untuk memosisikan diri untuk bertahan. Lengan kirinya diangkat lebar-lebar. Perisainya menyatu dengan energi hitam. Suara air menggelembung begitu terasa. Issac pun memutuskan untuk berputar arah. Berlari sekencang-kencangnya. Tentakel berwarna putih menyerang Issac. Dia memilih menghindar. Percikan air membasahi pakaian yang dikenakan. Tidak berlaku bagi baju zirah yang dikenakan Issac. Walau demikian, laki-laki berambut perak bertanya-tanya soal munculnya tentakel dari bawah lautan. Para Troll terkena cengkraman yang kuat dari tentakelnya. Bagian penghisapnya menghisap para Troll hingga tubuhnya mengering. Serta dijadikan sebagai santapan. Pemandangan menjijikkan lantaran tentakel itu menenggelamkan setelah darah dan ototnya turut terhisap.

Sepertinya aku harus pergi, gumam Issac dalam hati. Di sisi lain, Reynold mengacungkan shotgun miliknya. Menyisakan sisa peluru sejumlah tiga butir. Dia tidak ingin menggunakannya secara cuma-cuma. Permukaan tanah bergetar cukup keras. Reynold berdecak lidah. Mengayunkan pedang gergaji secara horizontal. Membelah Dark Slime jadi dua bagian. Di belakangnya, Reynold dikejutkan oleh makhluk bermata satu. Membuka rahang mulutnya lebih lebar dari makhluk biasanya. Pedang gergaji Reynold tertancap di tanah. Lengan kiri diputar, menarik pelatuknya. Serta menaburkan sihir api dan kegelapan. Menghancurkan Dark Slime sekaligus. Makhluk itu malah semakin membuka mulutnya lebar-lebar. Issac melancarkan serangan cukup kuat. Menghancurkan tiga ekor Dark Slime. Cipratan dari cairan hitam mengenai Reynold dan Issac.

"Kenapa balik?"

"Makhluk bertentakel telah membunuh segerombolan para Troll. Jadi aku tidak perlu susah payah untuk melawannya."

"Seriusan?"

Reynold memperhatikan monster itu yang terus menerus menghisapnya. Erangan dari para Troll meminta tolong. Sayangnya, tidak ada seorang pun yang menolongnya. Reynold dan Issac saling angguk. Mereka berdua mengambil jalan masing-masing. Issac melancarkan serangan awal. Tusukan hingga menghancurkan Dark Slime yang mengerumuninya. Sedangkan Reynold mengayunkan pedang gergaji. Dari serangan diagonal hingga horizontal. Membersihkan para Dark Slime hingga tidak tersisa. Dalam lubuk hatinya, Issac tersenyum lebar. Untuk kali pertama, dia menikmati pertarungan semacam ini. Selama ini, laki-laki berambut perak tidak dapat menikmati hidup lantaran terjebak dalam situasi antara masa lalu dengan orang-orang mengejeknya. Setiap kali Issac berbicara, berakhir seperti ejekan dan cacian untuknya. Reynold pun tidak terlalu terpengaruh akan hal itu. Walau demikian, mereka berdua menginginkan untuk melepaskan dan menyelesaikan sebuah Dungeon. Tepat saat mereka berada di sana. Saking bangganya, Issac berencana untuk melampiaskan seluruh amarah yang dia pendam. Menghancurkan musuh, mewaspadai pergerakan hingga cepat respon dalam pertarungan. Semua yang didapat oleh Profesor Tristan dan Profesor Elijah Read akan ditampung sampai ada kepuasan tersendiri.

Reynold melihat sekilas senyuman dari bibir Issac. Tidak salah dia berkawan dengan laki-laki berambut perak. Di saat Dark Slime hendak menghampirinya, laki-laki itu kehilangan topi bundarnya. Tubuhnya diputar. Mengarahkan shotgun dan menarik pelatuknya. Peluru terakhirnya mengenai tubuh Dark Slime dan hancur seketika. Decitan dari sepatu yang dikenakan. Diputar beserta mengayunkan sekuat tenaga. Menghancurkan para Dark Slime dalam sekali serangan. Seekor laba-laba muncul entah dari mana. Reynold menyunggingkan senyum. Lengan kirinya menyatu dengan seekor laba-laba dan energi kegelapan. Mencekik Dark Slime hingga partikelnya hancur dalam sekejap. Senyuman dari bibirnya menghisap partikel tersebut. Serta memberikan percikan dari Dark Slime pada Issac. Baju zirahnya terkena cipratan olehnya. Laki-laki berambut perak mengerutkan kening.

"Kau ini bagaiamana sih?"

"Maafkan aku. Tapi aku beri kekuatan dari Dark Slime. Terima saja," balas Reynold.

Issac menghela napasnya. Laki-laki berambut perak menghentakkan kedua alas kakinya. Logam besi berbunyi. Menghancurkan lantai di sekelilingnya. Meski itu hanyalah ilusi, cukup membuat para Dark Slime ketakutan. Sementara itu, Reynold mengayunkan sekuat tenaga. Melawan para Dark Slime hingga terbelah beberapa bagian. Issac menurunkan tombak hitamnya. Sorotan kedua matanya menoleh ke belakang. Derasnya ombak nyaring terdengar dari arah serupa. Issac dan Reynold terkejut bahwa jasad para Troll telah menghilang. Muncullah sepuluh tentakel yang ada dari permukaan laut. Menyerang Issac dan Reynold.

~o0o~

"Aku tidak percaya harus berhadapan dengan Kraken."

"Kraken? Apa kau bercanda?" tanya Reynold pada Isac.

Laki-laki berambut perak tidak bercanda soal monster yang dari bawah laut. Sebaliknya, tombak hitam dan perisainya berancang-ancang untuk menyerang.

Monster laut yang disebut Kraken, memang merupakan makhluk legendaris dengan ukuran raksasa dan penampilan seperti cephalopoda dalam cerita legenda yang ada. Menurut legenda, Kraken lebih banyak berdiam diri di bawah permukaan laut kecuali ada hal menarik di atas permukaan lautan. Makhluk itu meneror orang-orang yang menyeberang di lautan atau di tengah derasnya ombak. Seekor Cumi-cumi raksasa yang dapat tumbuh hingga 13–15 meter (40–50 kaki) panjangnya. Ukuran tipis dan penampilan menakutkan, memiliki bola mata merah seperti darah, serta memiliki ketebalan tentakel yang lebih keras dari biasanya. Seringkali, makhluk itu tidak berpindah ke tempat lain dan usianya sudah hampir abadi. Banyak orang meragukan keberadaanya karena hanya memunculkan 10 tentakel dari bawah laut.

kraken telah digambarkan dalam beberapa cara, terutama sebagai makhluk besar seperti gurita, dan sering diduga bahwa kraken Pontoppidan mungkin didasarkan pada pengamatan pelaut terhadap cumi-cumi raksasa. Kraken juga digambarkan memiliki paku pada pengisapnya. Bisa dibilang, makhluk itu lebih mirip kepiting daripada mirip gurita, dan umumnya memiliki ciri-ciri yang diasosiasikan dengan paus besar daripada cumi-cumi raksasa.

Sepuluh tentakel menyerang dari berbagai penjuru. Issac dan Reynold menghindarinya secara cepat. Sorot matanya tertuju tentakelnya. Menghancurkan Dark Slime dalam sekali serangan.

"Kita harus pergi dari sini."

"Menaiki anak tangga?"

"Sepakat!" seru Reynold pada Issac.

Kedua pemuda itu berlari menaiki anak tangga. Derasnya ombak membesar. Nyaris menyapu bersih permukaan luar istana. Issac dan Reynold berburu-buru masuk ke dalam, dibukalah pintunya. Menaiki anak tangga bergerak cepat. Laki-laki berambut perak sampai di lantai paling atas. Muncullah seorang laki-laki paruh baya, mengenakan jubah mantel berwarna coklat. Sorot matanya putih dan menakutkan. Rambutnya acak-acakan. Menggerakkan tongkatnya beserta langkah kakinya pelan.

"Issac Garretwards. Reynold Ellis. Aku sudah menantikan kehadiran kalian."

Kedua laki-laki itu mengacungkan senjata mereka pada pria tua mencurigakan. Hingga muncullah The Blind Angel Snake dari atap langit. Mengeluarkan suara menggeram. Ekornya dikibas-kibas, melotot tajam pada Issac dan Reynold.

"Tidak sopan mengacungkan senjata pada pria tua yang renta dan—"

"Kau siapa?"

Namun, The Blind Angel Snake mengibaskan ekor dari samping kiri. Reynold dan Issac merunduk. Sorot kedua matanya tertuju pada pria tua itu.

"Namaku Yoriaki Nagasaki. Dan aku kemari untuk membalaskan dendamku pada dunia dan Kiyoyasu."