webnovel

UNCONDITIONALLY LOVE

Sejak kecil kehidupan Aurora sangatlah mewah, berkecukupan tetapi tidak dengan kasih sayang dari orang tuanya. Keduanya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing sampai pada akhirnya Aurora menjadi anak yang kurang perhatian. Terlihat dari sikapnya yang terlalu bar-bar atau bisa dikatakan Bad girl. Ketika sekolah menengah, Aurora dititipkan untuk tinggal bersama Angkasa. Bukan berarti dijodohkan sejak dini tetapi agar Aurora tidak sendirian dan berada di pengawasan cowok itu. Angkasa adalah sosok anak yang baik, pintar, dan tampan. Kelakuan Aurora yang nakal serta liar membuat Angkasa sulit untuk menuntunnya. Namun, kebersamaan mereka membuat Aurora membuka mata dengan lebar. Kalau ada seseorang yang memperhatikannya, peduli dan perhatian kepadanya. UNCONDITIONLLLY LOVE

inak_sintia · Urbain
Pas assez d’évaluations
3 Chs

Chapter 3

Happy Reading! Guys.

"Berhenti nggak lu!" Cowok itu menahan lengan Aurora, lalu gadis itu tersenyum malu seperti kecolongan. Niatnya ingin kabur menghindari masalah, bukan ini caranya agar lebih dekat dengan Galaksi.

"Jangan pegang-pegang nanti naksir," centilnya lembut dengan sengaja mengedipkan genit satu matanya.

"Hiss, lu harus gue hukum," bukannya tergoda malah terjadi penolakan di situ.

"Ya ampun gue mau pingsan tadi, belum sarapan." dusta nya menatap melas ke arah cowok itu.

"Hilih, alesan ikut gue cepet!" ujar Galaksi sembari memaksa Aurora untuk ikut dengannya. Bukan kali pertama melihat Aurora di kantin saat jam pelajaran. Galaksi tidak mau meloloskan gadis ini lagi. Ia harus menghukum Aurora.

"Nggak mau ih Galaksi jangan maksa deh." elak Aurora seraya memberontak menyingkirkan tangan Galaksi yang mencekal nya.

Galaksi Ketua Osis Ganteng

Tuk tuk tuk suara sepatu ada Guru cantik berjalan dengan elegan membawa buku sepertinya menuju ke kelas untuk mengajar. Namun setelah melihat kedua murid yang tengah ribut di kantin. Bu Mefta menghampiri kedua anak itu.

Aurora melihat ada Bu Mefta di area kantin, kemudian sengaja menarik tangan Galaksi agar terduduk disampingnya. Seakan tengah makan pagi bersamanya. Jika ia kena hukuman, Galaksi pasti juga kena imbasnya.

"Hey ... hey ... kalian berdua." Galaksi menoleh ke arah sumber suara, terlihatlah Bu mefta yang menghampiri dirinya dan

"Lepasin nggak, lepasin." kata Galaksi mencoba melepaskan tangan Aurora tapi ditahan oleh gadis itu dengan erat. Agar terhindar dari masalah, karna akan sangat bahaya jika berurusan dengan Aurora. Sepertinya Aurora sangat sengaja mencekal tangannya. Tidak mau terkena hukuman sendirian. Licik bukan?

"Tadi lo sendiri yang nggak mau dilepas ya kan?" ucapnya tengil dengan senyuman licik di bibirnya. Pintar sekali dalam melakukan hal seperti ini.

"Kenapa kalian di sini?" tanya Bu Mefta

"Tadi saya--." ucapan itu terpotong.

"Galaksi bu, yang ngajak saya makan buktinya ada 2 gelas es teh." ujarnya seraya menunjukkan benar-benar ada 2 gelas es teh di atas meja dan 1 mangkuk mie ayam.

"Nggak buk enggak." elak Galaksi seraya menggelengkan kepalanya cepat. Aurora benar-benar membuatnya kesal, bisa-bisanya melakukan ini padanya.

"Ell ngaku aja deh ya kali aku ngabisin 2 es teh." kekeh Aurora.

"Apa bener itu, Galaksi?" tanya Bu mefta memastikan, apa benar yang dikatakan Aurora anak kalem disekolah ini.

"Nggak bener buk, Aurora buk." ucapnya lagi namun selalu terpotong oleh omong kosongnya Aurora.

"Nggak, Aurora nggak bo'ong buk. Galaksi aja gengsian karena kan abis nyantai sama aku." ucap Aurora, semakin membuat jiwa Galaksi yang rendah hati menjadi darah tinggi karena dirinya.

"Kamu pasti bohong kan Galaksi, jawab pertanyaan ibu yang jujur." Bentakan Bu Mefta membuat Angkasa terkejut dan tidak bergerak sama sekali.

"Kalo gue jujur, ogah gue dihukum sendirian enak aja, Galaksi liat aja lu." batin Aurora berkumandang.

"Gini ya buk, kalo misalkan nggak ada Galaksi ini gelas juga cuma satu, nyatanya ada 2." dusta Aurora seraya menyakinkan Bu Mefta dengan bukti yang sama sekali tidak benar.

Guru itu berfikir keras, jadi intinya benar apa yang semua Aurora katakan. Galaksi juga tidak mengatakan apapun. Ia lebih memilih diam. Bukan karena takut, tapi sudah kesal dengan omong kosong Aurora. Percuma jika ia terus mengelak, Aurora lebih pintar darinya.

"Kalian berdua saya HUKUM!" ujar Bu Mefta seraya tegas sekali.

"Yes, haha." batin Aurora.

"Dasar licik," batin Galaksi.

Mereka berdua mengekori Bu Damefta, Aurora jalan dengan santai berbeda dengan Galaksi begitu takut dan berkeringat dingin. Mungkin ini hukuman pertamanya. KETUA OSIS dihukum ini memalukan.

Setelah sampai di ruangan, Galaksi angkat bicara.

"Bu, saya nggak--," terpotong lagi

"Angkasa apaan sih, lu mau bohongin Bu Mefta." potong Aurora sembari melirik ke arah Galaksi.

"Lu itu bener-bener nyebelin Ra." Galaksi mengepalkan kuat tangannya. Kesal sekali dengan kelicikan Aurora.

"Wleee." ledek Aurora seraya menjulurkan lidahnya. Gadis itu benar-benar sudah membuat Galaksi emosi, hebat sekali membuat Galaksi takut terkena hukuman.

"Bisa DIAM TIDAK!" tegas Bu Mefta yang sudah tidak sabar menghukum mereka berdua.

"Kalian bersihkan Gudang yang ada di atas, sampai pulang sekolah jika sudah selesai kalian boleh pulang jika belum selesai kalian tidak boleh pulang! Mengerti?" ucap Bu Mefta menatap tajam ke arah Aurora, tentu saja Aurora tidak terkejut. Bahkan senyam-senyum melirik yang terkejut.

"Berat banget buk, itu gudang gede loh." protes Galaksi tidak terima hukuman ini apalagi bersama Gadis Bar-bar yang ada di sebelahnya.

"Yaelah lo takut kecoa gitu atau tikus haha." ledek Aurora sembari tersenyum remeh. Hati puas membuat Galaksi terhukum bersamanya .

"Tidak ada penolakan, silahkan jalani hukuman kalian, cepat!" sentak guru itu.

"Huftt." gelisah Galaksi, sial sekali hari ini.

Mereka berdua menuju gudang yang ada di atas, gudang itu kotor banyak debu untung saja Pak Penjaga memberi obat tikus dan kecoa. Jadi tidak ada kotoran menjijikan di sana. Karena Aurora terlalu semangat menjalani hukuman ini dengan Galaksi lelaki ganteng yang ia Taksir. Tapi bagi ini musibah baginya, baru saja bertemu dengan Aurora sudah terkena hukuman. Cowok itu bergidik ngeri.

Galaksi hanya diam tidak berkata apa pun bahkan sangat sengit melihat Aurora, gara-gara Gadis itu ia juga mendapat hukuman. Hukuman kali pertamanya, sebelumnya tidak pernah. Karena kepribadian Galaksi sangat baik, pintar, rajin dan patuh kepada Orang tua. Persis seperti Angkasa. Cocok menjadi Ketua Osis di sekolah besar ini.

"Udah deh jangan marah sama gue." Aurora memecah keheningan.

"Lagian kan ini salah lu juga nggak mau lepasin tangan gue." ucapnya lagi

Tidak ada respon dari Galaksi, cowok itu tetap fokus menyapu di sudut yang berlawanan.

Tiba-tiba terdengar suara sapu jatuh.

Sengaja dijatuhkan oleh Aurora agar bisa mengganggu Galaksi yang sejak tadi fokus membersihkan debu-debu yang menempel. Cowok itu sangat rajin dan patuh pada Guru sampai benar-benar melaksanakan perintah Bu Mefta. Tidak seperti Aurora yang sangat malas melaksanakan hukuman yang tentu saja adalah karena ulahnya sendiri.

"Huhhh kaget gue." Galaksi terkejutt.

"Makanya jangan diem." ujar Aurora

"Udah deh lu tu diem, selesain ini." ucap tegas dari Galaksi

Aurora tidak peduli, betapa masam wajah Galaksi saat ini. Batin Galaksi jika dia penyihir, pasti gadis ini akan ia sihir menjadi keong mas. Agar menjadi diam!

Kemudian ia buang jauh-jauh keong mas itu agar tidak kembali mengusiknya.

***

Jam istirahat Angkasa dan Belva mencari sahabatnya yang entah kemana, dikelas pun tidak ada karena ponselnya tidak aktif. Angkasa mencari di Toilet bertanya ke teman, Belva juga mencari Aurora. Akhirnya Belva mengetahui karena mendengar percakapan temannya bahwa Aurora dan Galaksi sedang membersihkan Gudang atas.

"Asa, Aurora dihukum sama Bu Mefta" ujar Belva sembari menghampiri Angkasa yang berdiri di depan kelasnya. Setelah mencari dimana Aurora berada.