Fajar yang sunyi di Tepian hutan di pinggiran kerajaan Ukir. Sorot lampu mobil kerajaan dengan kencang melaju dan berhenti dengan cepat (srtrrrt) pintu belakang di buka, kemudian membuka bagasi dan meminta bantuan supir.
"hei bantu sini, atau kau juga akan kubuang bersamanya" (suara seseorang dengan pakaian rapi tapi penuh keringat asam bak cukak bakso).
"iya, aku datang" (saut supir gemuk dengan pakaian seadanya, seperti baru bangun tidur hanya memakai sarung motif kotak-kotak, tapi ada tambalan jahitan di sarungnya yang berbentuk hati, tanda dia sangat di sayangi istrinya yang menjahitkan itu untuknya, ya hati itu tepat di pakainya di pantatnya).
siapa sebenarnya dua orang laki-laki yang tergesa-gesa ini. Dan apa yang ingin di buang mereka di tengah fajar begini, di mana matahari masih belum menampakkan dirinya dan mungkin masih terlelap karena alarmnya belum di stel ulang, atau jam wekernya kehabisan batrei. Entahlah, kita kesampingkan dulu matahari yang belum juga bangun, dan sekarang kita lanjutkan kepada dua pria ini.
Sebuah karung goni yang tebal itu di angkat dan tak sengaja sang supir menjatuhkannya dan membuat sesuatu di dalamnya terbentur batu tepat di bawahnya(klotak), suaranya cukup keras.
supir, "maaf pangeran, aku tidak sengaja... " (ucap supir pada karung goni yang ia jatuhkan.)
Tunggu dulu, siapa yang ia sebut pangeran, dan sebenarnya siapa yang berada di kantung itu. Kita akan mundurkan cerita ini ke tengah malam tadi di saat kerajaaan di gemparkan berita tentang pangeran tanah Ukir yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak.
Suara semua orang di Istana kerajaan yang berkerumun dan mencoba untuk mencari Pangeran Makariyo di seluruh penjuru istana kerajaan, tapi tidak di temukan sedikitpun petunjuk, dan kemudian sang pangeran dinyatakan hilang.
Pangeran tanah Ukir ini adalah pewaris tunggal tahta kerajaan Ukir dan akan menjadi Raja yang akan memimpin tanah Ukir ini di suatu saat nanti dan kini dia menghilang entah kemana, itulah yang di ketahui oleh seisi istana kerajaan Ukir.
"Dimana perdana mentri dan sedang apa dia" (suara salah satu bawahan perdana mentri).
"dia sedang ada tugas di luar kerajaan tiga hari yang lalu, dan mungkin besok dia baru bisa sampai ke kerajaan" (saut salah satu pengawal kerajaan).
Dan seisi kerajaan kini menunggu aba-aba yang akan di keluarkan oleh perdana mentri besok saat dia sudah berada di kerajaan, karena dia lah penanggung jawab tertinggi setelah Raja, bahkan pangeran juga harus menurutinya, karena pangeran masih muda dan belum cukup umur untuk memerintah kerajaan.
Kembali ke fajar yang dipenuhi embun dan suara jangkrik yang bernyanyi di sepanjang fajar.
"krik, krik, krik, krik" (suara jangkrik dari ujung timur)
"krik, krik" (saut jangkrik dari ujung barat)
"kruik, kruik, kruik, aaahhh" (suara jangkrik yang sedang menggigit supir yang membawa pangeran dalam karung goni.)
ternyata alasan sang supir menjatuhkan pangeran itu adalah saat dia digigit seekor jangkrik. Jangkrik tak beradab yang menggigit supir ini mungkin sedang tertawa melihat supir ini kaget.
"krik, krik, krik" (suara jangkrik tertawa) ya memangnya ketawanya jangkrik seperti apa, yang kutahu mereka cuma krik-krik begitu terus. Belajarlah seperti jangkrik, meskipun dia senang maupun sedih ketawa ataupun menangis mereka tetap konsisten, tidak pernah menunjukkan emosi mereka, tetap saja kaya gitu, krik-krik krik-krik begitu terus sampai dia berhenti berbunyi karena sudah di makan burung cendet yang menganggapnya adalah sarapan bernutrisi tinggi di pagi hari.
karena jangkrik sudah mati di makan burung cendet, supir pun melanjutkan membawa pangeran dalam karung goni bersama saru pria lainnya. siapa sebenarnya pria ini, dengan pakaian rapinya ke hutan dan membawa pangeran dalam karung goni, apakah dia seorang penjaga hutan? tentunya tidak mungkin penjaga hutan membawa mobil mewah kedalam hutan, dan di temani dengan seorang supir, lalu siapa dia sebenarnya. kita amati lagi apa yang akan terjadi selanjutnya.
mereka berdua membawa karung goni itu dengan tergesa-gesa dan sepertinya mereka ingin melemparnya kedalam jurang di tepi hutan.
"dengan aku membuangmu, ancaman terbesar atas kekuasaanmu terhadap tanah Ukir ini tidak ada lagi, huahaha(ketawa jahat, sejahat ibu tiri yang ingin memaksa anak tirinya untuk mandi, padahal baru saja mandi). dasar ibu tiri jahat.
maksud saya dasar pria jahat, maaf ya ibu tiri, hehehe. karena tidak semua ibu tiri di dunia jahat seperti di gambarkan dalam cerita bawang putih, oh iya aku lupa tadi disuruh ibuku beli bawang putih, katanya mau masak sup auam. oh iya dia bukan ibu tiriku, dia Ibu kandung aku, Berbanggalah kalian yang masih mempunyai Ibu kandung, ya mungkin kalian sering di marahi tapi itu bukti dia masih memiliki kasih sayang pada kalian, dan sehat selalu buat ibuku dan ibu kalian semua yang sedang membaca, jangan lupa bahagiakan ibu kalian, surga ada di bawah telapak kaki Ibu, ingat itu.
pangeran makariyo adalah seorang yatim piatu, lalu apa yang terjadi dengan kedua orang tuanya. kedua orang tuanya meninggal karena di racuni saat mereka sedang sarapan pagi, dan tersangkanya adalah juru masak kerajaan sendiri. Tapi saat juru masak itu berhasil di tangkap dan di masukkan ke penjara, dia menangis sembari meminta maaf, entah apa yang terjadi sebenarnya, jika seorang pembunuh telah berhasil membunuh targetnya kemungkinan dia akan senang, tapi tidak dengan si juru masak, dia malah terlihat sedih sekali, dan merasa bersalah. Apa yang sebenarnya terjadi, tentu saja akan di ungkap di chapter selanjutnya.
jadi kita telaah lagi kata-kata sang pria tadi, dia bilang jika pangeran di lempar ke jurang dan mati maka tidak ada lagi yang menjadi ancaman bagi kekuasaanya. Jangan-jangan dia adalah? ya tepat dugaan kita semua, dia adalah perdana mentri yang ingin kekuasaannya absolute dan tidak ada yang bisa menglengserkannya kecuali pangeran Makariyo, jadi ini sebabnya perdana mentri membuang pangeran ke jurang.
perdana mentri, "dalam hitungan tiga, kita lempar dia, satu... "
supir, "di tambah satu sama dengan dua... " (saut sopir)
perdana mentri, "supir gila, kita bukan lagi belajar tambah-tambahan, kita sedang belajar berhitung, ayo mulai, satu... "
supir, "dua... "
kompak berucap, "tiga.... " (di lempar sang pangeran ke dalam jurang kenangan. biar semua kenangan itu hilang di telan dalamnya hati yang tak pernah di hargai). maaf jiwa puitisku muncul tiba-tiba, hehehe.
ketika sudah selesai melempar pangeran kedalam jurang mereka bergegas pergi.
mereka hanya melemparnya, tapi mereka tidak memastikan apakah pangeran benar-benar jatuh kedalam jurang atau tidak.
keesokan harinya...
Dor dor dor (suara senapan mengagetkanku)
siapa yang berani mengeluarkan senapannya di pagi hari dan membuat seisi hutan kaget. Dia adalah pemburu yang sedang bersantai tidak berburu dan hanya gabut mencoba senapannya karena kemarin baru membeli senapan baru.
saat si pemburu mengincar dengan tropong kecil di senapannya, dia melihat ada karung goni yang tersangkut di celah batang pohon, kemudian dia membawa tongkat galah yang cukup panjang dan kemudian dia mencoba untuk mengecek apa sebenarnya yang ada di dalam karung goni tersebut, tapi saat dia berjalan membawa galah tadi, dia tersandung batu yang menancap di tanah.
suet... tuek... (suara galah yang tepat mengenai bokong pangerang yang sedang tersangkut)
pangeran, "aduh... sakit bokong ku... "
pemburu, "hah, ternyata manusia"
kemudian si pemburu mengambil tali dan memanjat, tali itu di gunakan untuk mengikat karung dan di turunkan sedikit demi sedikit dari pohon, tapi saat itu pun tali malah putus dan membuat pangeran jatuh dengan ketinggian 30cm. dan akhirnya pangeran tidak kenapa-kenapa karena dia cuma jatuh dengan ketinggian 30cm. selamatlah pangeran karena sudah di bantu si pemburu, kemudian dia membuka karung goni itu seperti membuka celana levis, karena ada resleting di karung goni tersebut. keren sekali desainer karung goni tersebut.
pemburu, "siapa namamu nak? " (pertanyaan langsung di lontarkan si pemburu)
pangeran, "nama? namaku.... aduh(sambil memegang kepalanya yang di selimuti bekas darah yang sudah mengering) i... yo..." sambil berbata-bata ia berbicara.
pemburu, "apa kepalamu sakit, dan kau lupa semua yang terjadi? "
pangeran, "yang aku ingat hanya iyo, mungkin itu namaku. "
sewaktu kecil sang pangeran selalu di pangil Iyo oleh ayah dan ibunya, dan itu masih terkenang sampai sekarang, meskipun dia hilang ingatan.
pemburu, "sudah-sudah, kita akan kembali dulu ke rumahku dan kita obati dulu lukamu, nanti kita lanjutkan berbincangnya. "
pangeran pun di bawa ke rumah si pemburu dan kejadian selanjutnya akan bersambung di chapter selanjutnya jadi buat kalian yang penasaran dengan kisah selanjutnya dari serial "UKIR" jangan lupa baca kelanjutannya. Dan buat kalian yang tidak tertarik, mungkin saya bisa pinjam tali tambang tetangga saya buat menarik kalian semua. hehehe gak lah canda pembaca..