webnovel

TWINS IN TROUBLE

Kisah Rintan yang selalu menjadikan Revan sebagai korban bullying-nya. Si gadis cantik yang tidak pernah mau mengalah dan selalu merasa kesal jika ada pemuda yang bernama Revan itu di sekitarnya. Hingga sebuah kebenaran yang selalu ini di tutup oleh kedua orang tua Rintan dan Revan itu tiba-tiba terungkap. Dimana sebenarnya gadis cantik dan pemuda tampan itu ternyata adalah saudara kembar yang terpisah sejak kecil karena permasalahan ekonomi di antara Ayah dan Mama mereka. Akankah Rintan menyesal atas apa yang ia lakukan pada Revan selama ini? Simak selengkapnya disini ya .. Story by : Refi Mariska Art by : Pinterest

Risma_Devana · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
300 Chs

Chapter 17

"Udah sore banget, Anggika pamit pulang ya om," ucap Anggika dengan ramah pada Prapto.

"Biar Revan anterin ya?" tanya Prapto pada Anggika.

Anggika kemudian menolehkan pandangannya ke Revan dan melihat raut wajah Revan yang biasa saja. Anggika menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dan dia memilih untuk pulang baik taksi saja.

"Aku naik taksi aja om, nanti ngerepotin Revan dia pasti capek habis jualan keliling. Terimakasih atas ngobrolnya," ujar Anggika pada Prapto dan baru setelah itu dia berjalan keluar rumah Revan dan diantar Revan untuk sampai ke jalan raya untuk mencari taksi.

Kedua remaja itu berjalan menyusuri gang menuju jalan raya. Mereka berdua hening dan tidak mengobrol seperti di rumah tadi. Entah karena Anggika yang sudah capek mengobrol dan tertawa bersama dengan ayah Revan atau persoalan yang tadi pagi siang dia ingin tanyakan namun dia urungkan.

Tentang apakah Revan menyukai Rintan sampai-sampai dirinya tidak diperbolehkan untuk ikut campur atau terlalu berlebih membela Revan saat dibully oleh gadis itu.

Sampailah kedua remaja itu di pinggir jalan raya dan Revan mencarikan taksi untuk Anggika. Anggika terdiam dan sedikit mengembangkan senyumnya namun Revan tidak menyadari itu.

Sebuah taksi berhenti di hadapan mereka dan Anggika pamit pulang pada Revan dan Revan hanya membalas anggukan. Selesai pengantar Anggika dan mencarikan taksi untuk Anggika remaja laki-laki itu kembali berjalan menuju rumahnya dan langsung belajar.

Revan melihat informasi yang ada di handphonenya bahwa besok akan ada permainan bola basket yang diadakan di sekolah. Revan sangat berantusias dan semangat untuk melihat permainan bola besar itu.

Pasti dalam permainan itu ada kapten tim basket SMA Brawijaya yang tidak lain adalah pacar dari gadis yang dia suka yang juga sering membully dirinya.

"Kalau kak Marklee tau jika aku suka sama Rintan, apakah kak Marklee akan berubah jahat ke aku?" gumam Revan bertanya pada dirinya sendiri.

Tidak hanya hari ini Revan memikirkan hal itu pada hari sebelumnya bahkan sudah sejak lama dia memikirkan hal itu. Marklee begitu baik pada dirinya dan selalu memarahi Rintan jika ketahuan membully dirinya.

Revan hanya bisa menghela nafasnya pelan dan kembali fokus untuk membaca.

**

***

Suasana riuh di kantin pada pagi hari ini karena hari ini akan ada permainan bola basket di lapangan basket sekolah. Banyak siswa siswi yang sekarang tengah membeli makanan dan minuman di kantin untuk menemani mereka menonton permainan bola yang akan dimainkan oleh kapten tim basket yang tidak lain adalah pacar Rintan.

Sementara itu Rintan sekarang tengah berada di kelas Marklee bersama dengan para pemain lain yang akan bermain beberapa menit lagi. Seperti biasa gadis cantik itu membawakan makanan dan minuman untuk Marklee dan menemani pacarnya itu makan sampai selesai.

Tidak hanya diam dia berkata dan bercerita sesekali membahas tentang Revan yang akan dia bully.

"Sekali aja kamu nggak usah bikin masalah sama Revan, bisa kan?" tanya Marklee pada Rintan.

Rintan malah menggelengkan kepalanya kuat sebagai jawaban bahwa dia tidak akan berhenti untuk membully Revan.

"Yang penting kan aku nggak menyakiti dia, sesekali hanya aku siram pakai air aja dan tenang aja itu nggak air panas kok air dingin biar dia makin segar," jawab Rintan dengan santainya.

"Dia pernah kamu siram pakai air?" tanya Marklee pada Rintan.

Rintan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dan membuat Marklee ingin memarahinya sekarang namun posisinya mencegahnya untuk memarahi gadis cantiknya itu yang suka sekali membully Revan.

"Aku bilangin deh, seandainya posisi Revan itu terbalik sama posisi kamu apa yang akan kamu rasakan? Aku cuma nanya itu aja aku nggak akan memarahi kamu sekarang," ucap Marklee pada Rintan.

"Itu nggak akan terjadi karena hidup aku sama hidup dia itu beda," sahut Rintan pada Marklee.

"Ini bukan soal materi dan hidup. Soal perasaan kamu jika jadi Revan terus dibully setiap hari bagaimana?" tanya Marklee pada Rintan.

"Nggak tau, kan aku nggak pernah dibully," jawab Rintan dengan santainya.

"Bayangkan aja deh. Kamu kan udah besar, masa harus berbuat jahat terus sama teman sendiri yang tidak jarang membantu kamu," ujar Marklee pada Rintan.

"Nggak mau membayangkan," ucap Rintan dengan santai sembari meminum air mineral yang dia berikan untuk Marklee.

Marklee sangat merasa kasihan pada Rintan. Remaja laki-laki itu sudah over untuk menuturi bahkan memarahi sampai pernah membentak.

Namun percuma, Rintan sangat susah untuk diberitahu karena sekalinya gadis cantik itu tidak suka sama seseorang dia akan membuat masalah dengan orang itu terutama Revan.

Jam pertandingan bola basket telah tiba, Marklee menggandeng tangan Rintan dan berjalan menuju ke lapangan bola basket. Banyak pasang mata yang memperhatikan kedua pasangan populer yang ada di SMA itu.

Tidak jarang ada yang meneriaki kedua pasangan remaja itu karena merasa sangat iri dan ada juga yang sangat suka karena keduanya sangat cocok. Namun jika kembali ke perilaku Rintan mereka semua menjadi sangat tidak suka dan ingin sekali menenggelamkan gadis cantik itu ke dasar laut.

Revan dan Anggika sekarang sudah berada di kursi penonton dan mereka tentu memperhatikan dengan jelas Rintan dan Marklee yang ada di pinggir lapangan dan duduk berdua.

Anggika tidak fokus pada kedua pasangan itu dia hanya memperhatikan Revan dan menyelidiki bagaimana ekspresi remaja laki-laki itu saat mengetahui Rintan bersama dengan Marklee dan menjadi pusat perhatian semua siswa-siswi yang ada di lapangan basket itu.

Anggika mendapati wajah bulan terlihat tidak suka dan dia semakin yakin bahwa Revan menyukai Rintan.

"Sedih banget ya pasti, udahlah Revan dia itu jahat sama kamu dan kalau kamu suka dia percuma, kamu malah akan di jahati lebih sama dia," ujar Anggika pada Revan.

Revan yang mendengar hal dari Anggika, dia langsung menolehkan pandangannya pada Anggika yang duduk disampingnya.

"Kamu ngomong apa? Aku nggak paham," ucap Revan pada Anggika.

Anggika menghela nafas pelan dan mengembangkan senyumnya pada Revan.

"Suka sama Rintan. Itu alasan kamu melarang aku untuk memarahi dan memberi pelajaran ke dia yang udah bully kamu," ujar Anggika pada Revan.

Revan seketika terdiam karena ucapan Anggika. Bagaimana gadis ini bisa tau bahwa dirinya menyukai Rintan? Apakah ada yang tau selain Anggika? Bagaimana jika Marklee sampai tau? Itulah yang ada di pikiran Revan sekarang.

"Kok kamu bisa tau aku suka sama Rintan? Kan aku nggak pernah cerita sama kamu dan kamu anak baru," ucap Revan pada Anggika.

"Anak lama pasti ada yang tau jadi aku tau dari tatapan mata dan perhatian kamu ke Rintan. Terlebih lagi saat kamu dibully habis-habisan, kamu hanya diam ditambah lagi aku pengen ngasih pelajaran ke Rintan malah nggak kamu bolehin. Aku tau kamu orang baik, tapi sikap kamu ke Rintan tidak bisa berbohong kalau kamu suka sama dia," jelas Anggika panjang lebar pada Revan.

Revan terdiam, akhirnya ada yang mengetahui namun bukan Marklee melainkan teman barunya Anggika.

"Setelah ini pasti semua tau dan kamu harus siap. Bangkai tetap tercium meskipun disembunyikan,"