webnovel

Twins Crown

Dalam kebencian dan kemarahan Eloi muda mengalami perubahan dari bocah naif menjadi sesuatu yang ... jahat. namun karena ia mewarisi darah ayahnya yang penuh kasih sebagai raja kepribadiannya sangat tidak stabil dan berganti sesuai kondisi. ia mendapatkan sebuah berkah baginya sebuah kekuatan dan ingatan dari orang asing yang mengaku raja modern, namun menjadi kutukan bagi orang yang menyayangi Eloi karena sifat lembut nya. mampukah ia membalaskan dendam nya dan mengembalikan semuanya seperti semula ?

Greenap · Adolescents et jeunes adultes
Pas assez d’évaluations
4 Chs

Bab 1 chpater 3 keputusan berat

Malam sebelum pertandingan penentuan, Eloi termenung di balkon kamarnya memandang daerah Tereas.

" Orang bodoh itu merebut tahta dan membuat kedamaian seperti ini hilang "

" Tunggu saja aku akan menaruh kepalamu sebagai bantal kaki ku "

Dengan kepemimpinan raja yang baru, rakyat dibebankan kepada pajak yang berat.

Dipaksa dengan peraturan yang tidak adil, dengan para bangsawan korup mementingkan kepuasan pribadi dan keluarga.

Beruntung sekaligus sial bagi penduduk Tereas, mereka aman dari hukum kotor namun terancam karena perang habis-habisan bisa terjadi kapan saja.

Alasan kami masih bertahan di wilayah ini karena perebutan kekuasaan masih terjadi kastil Rivia, semua bangsawan korup melihat tahta sebagai daging empuk yang menggoda siapapun.

Mereka tampak satu suara mendukung kepemimpinan Ludwig, namun mereka siap menikam saat ia lengah.

Velar merupakan keluarga yang memiliki rekam jejak militer yang kuat, mereka menjadi keluarga yang melahirkan individu kuat dan berbakat.

Ludwig sendiri merupakan anak kedua dari keluarga Velar, dengan sihir api nya yang mampu membakar Medan tempur hingga hangus ia di takuti oleh musuh-musuh kerajaan.

Ia merupakan musuh yang kuat dan sekutu yang licik, ayahnya merupakan mantan kepala kesatria yang bersumpah setia kepada Raja Syata Lanzo XVIII.

Namun Ludwig menolak jabatan itu saat ayahnya pensiun, dan dengan itu kakaknya lah yang di angkat.

Namun karena peperangan dengan monster membuatnya terbunuh dalam serangan gabungan yang dilancarkan oleh aliansi seluruh kerajaan.

Ayahku yang memerintah sebagai raja kurang tegas dalam meningkatkan tindakan korup dan indikasi penghianatan sehingga bibit yang seharusnya segera di cabut malah dibiarkan tumbuh subur mengakar di kerjakan, ibuku sebagai orang yang kritis berusaha menghentikan semuanya namun sudah terlambat.

Dan dalam perang penggulingan ayahku, ia tewas saat berusaha melindungi ku yang telah terkena panah.

Banyak dari bangsawan baik yang diculik dan dieksekusi mati karena tuduhan palsu, dan rakyat yang berusaha menyuarakan kebenaran ditangkap lalu di bunuh begitu saja.

Aku bersyukur karena mereka mengatakan apa yang mereka mau secara jelas dengan tidak melakukan pembunuhan diam-diam dengan racun atau apapun itu, kalau saja mereka melakukan hal secara diam-diam akan lebih sulit aku menemukan sumber masalahnya.

Dan dengan itu aku sudah menandai kepala mereka satu-persatu, menyiksa mereka hingga memohon kematian.

" Tunggu dan nikmat pertunjukan, giliran kalian akan tiba " wajah Eloi yang terlihat karena sinar bulan menunjukkan senyum yang mengerikan.

(~•~)

" Baiklah, aku akan menjadi juri pada pertandingan ini " Sintia berteriak diantara para peserta.

" Kalian bertanding dengan kemampuan pedagang, dan ... Penggunaan sihir dilarang "

" Tunggu juri, aku ingin penggunaan sihir diijinkan " Eloi menginterupsi saat Sintia menjelaskan peraturan.

" Tapi kau yang tidak bisa menggunakan sihir akan dirugikan ? "

" Maka biar aku yang menanggung itu " Eloi kembali dalam posisi nya yang bersiap.

" Baiklah, maka dengan persetujuan peserta shir di ijinkan ! " Sintia berteriak.

Para peserta yang riuh, karena tindakan Eloi yang tidak terduga menjadi lebih heboh.

Semua orang di istana tau bahwa pangeran mereka tidak diberkati oleh kekuatan sihir, sehingga ia berlatih keras dengan pedagang. Mereka yang awalnya kasihan menjadi terpesona dengan kemampuan berpedang pangeran Eloi.

Dan dalam duel ini, Eloi sendiri meminta duel yang tidak menguntungkan bagi dirinya.

" Anda yang meminta pangeran, aku tidak akan menahan apapun " Hanz memulai dengan memberikan hormat.

" Mulai !! " Sintia menurunkan tangannya tanda pertandingan dimulai.

" Kau akan menyesal tidak mencegah ku tadi " Eloi langsung menerjang maju.

Alih-alih berlari, ia tampak seperti melakukan blink yang mana ia hilang dan muncul lagi dengan posisi acak menuju musuhnya.

" Bagaimana bisa ... "

" Sejak kapan pangeran bisa menggunakan sihir ?! "

" Ah pangeran, berjuang lah ! " Teriakan para gadis, dan respon terkejut penonton bercampur aduk.

Komandan Hanz yang terbiasa bertarung melawan musuh kuat tidak terkejut, dan langsung melakukan sihir tanah dengan membuat lonjakan duri dari tanah menuju jalur yang Eloi lalui.

Tepat sasaran, Eloi langsung melompat keatas dari posisi ia muncul dimana duri keluar menyambut nya.

" Cih, Tubuh ini sedikit canggung saat mengeluarkan sihir di dunia nyata " dalam hati Eloi memikirkan bagaimana cara mendekati musuhnya tampak senyum bersemangat muncul di wajah komandan Hanz melihat Eloi yang sekarang.

Eloi mulai menembakkan sihir petir kearah musuh nya, namun selalu ditahan dengan tembok batu yang muncul dimana pun ia menembak.

Hampir 30 menit mereka beradu pedagang dan sihir, Eloi tampak mulai kelelahan dengan tubuhnya yang masih dalam masa pemulihan membuatnya tidak siap menerima banyak tekanan.

" Pangeran kau sudah mencapai batas mu, mari kita akhir ini dan kalau kau kalah aku akan menunggumu di halaman untuk berlatih mulai besok ? " Hanz yang hidup dalam pertempuran membuatnya memiliki daya tanah kuat, dan dengan demikian jika ia menang maka tugas menjadi utusan politik akan jatuh di tangan Sintia.

" Kau benar komandan, seperti aku butuh bimbingan mu lagi. "

" Namun setelah kau dirawat oleh gadis-gadis medis tentunya " Eloi menjawab dengan ejekan.

" Kau yang akan di sana merengek seperti bayi nak ! " Mereka berdua bersemangat dalam pertukaran terakhir ini.

Tubuh Eloi segera berbalut dengan Sambaran petir, dan Hanz membuat armor batu yang membungkus dirinya sekarang tampak seperti robot batu dengan tinggi 4 meter menjulang dari arena.

( Brakkk, bezzzst )

Debu menutupi seluruh area setelah ledakan petir mencakar langit-langit.

Semenit berlalu dan Sintia segera menghentikan pertandingan dengan panik lalu memanggil paramedis.

(~•~)

" ahh, bisakah kau sedikit lembut ? Itu sakit kau tau "

" Kau harusnya malu, dengan kemampuan sangat kuat malah menjerit karena rasa sakit saat diobati " Clarissa membalut tubuh Eloi dengan perban.

" Tidak bisakah kau melakukan sihir pengobatan saja ? "

" Aku sudah, namun luka lamamu ikut terbuka karena itu ! Kau sangat ceroboh seperti dulu, setidaknya sadari lah keadaan tubuhmu sendiri " dalam pelatihan sihir penyembuhan Clarissa selalu memiliki objek praktek berupa pangeran nya yang babak belur setelah berlatih, sehingga mereka menjalani masa kecil dengan akrab.

" Tetap saja itu sakit, dan pak tua sialan itu benar-benar memukulku di saat terakhir ! Untunglah dia juga berbaring di barak, hahaha ! "

" Tapi kau tetap luar biasa Eloi, bahkan kami terkejut dengan... Sihir mu "

" Kau tau Clarissa, aku lebih suka kau yang seperti ini " sambil meringis menahan sakit, Eloi tersenyum melihat wajah Clarissa yang seakan marah karena ia selalu datang dengan luka-luka di tubuhnya.

" Ah maaf, aku ... Pangeran Eloi " ia segera bersiap hormat.

" Clarissaa ... " Dengan nada panjang Eloi memanggil.

" Maaf, maaf karena sikapku tidak pantas " Clarissa segera menundukkan tubuhnya.

" Hei dengar, aku tidak ingin kau bersikap sama dengan orang lain "

" Aku teman mu, sahabat mu, atau apapun itu. Namun aku bukan pangeran mu dan jangan menempatkan jarak seperti pangeran dan rakyatnya anatar Eloi dan Clarissa, oke ? " Eloi duduk bersila dengan tegap dan tangan menyilang.

" Emm... Baik pangeran.. , maksudku Eloi "

" Nah, Begitu lebih baik oke ? " Eloi menaikan kepala Clarissa dengan lembut.

" Dan untuk hukuman mu, aku pangeran Syafiq Eloi Lanzo XIX memerintahkan mu untuk menemani ku hari ini " ia berbicara dengan sikap seorang raja dalam memutuskan hukuman.

" Hahh.. , tunggu ! Aku punya tugas ... Dan jika ratuummpp " segera mulutnya ditutup dengan jari eloi, dan dengan wajah mereka sangat dekat membuat Clarissa sudah memerah.

" Shuuttt, dan karena kau membangkang maka aku memutuskan kau menemaniku di atas ranjang " Eloi mulai menggoda Clarissa dengan membisikkan perintah.

" Tapi.. tapi.. jika seseorang tau kita, aku tidak bisa... Menikah ! " Segera Clarissa mendorong wajah Eloi menjauh dan membuat dirinya jatuh di kursi sebelah ranjang, ia mengatakan kata terakhir dengan sedikit kecewa karena ia berfikir bahwa kenikmatan yang ia rasakan saat ini hanya sementara dan tidak mungkin ia bisa bersama pangeran selamanya.

" ... " Eloi hanya terdiam dan membenarkan posisi duduknya.

" Maaf "

" Tidak apa Eloi, mungkin memang ini yang terbaik " Clarissa hanya tertunduk sedih.

" Maksudku maaf tidak pernah mengatakan apapun kepada mu, karena kupikir kau sudah tau " dengan kata-kata Eloi tersebut membuat Clarissa kembali menatap nya namun sekarang penuh dengan penuh pertanyaan.

" aku bersikap egois dan berusaha membuat mu menyukai ku dengan perintah konyol yang kulakukan, itu karena aku tidak ingin kau jauh dari ku "

" Apa yang kau maksud Eloi ? "

" Aku mencintaimu .. Clarissa "

" ... " Clarissa hanya terdiam menatap kosong ke mata Eloi, namun segera berlinang air mata.

" Aku minta maaf, karena.. "

" Aku juga mencintaimu ... Sangat mencintai mu, aku mencintai caramu mengejek ku karena gagal ... dalam pelatihan ku, aku mencintai ... kebodohan mu sebagai pangeran, dan ... Aku ingin kau terus kembali kepada ku bukan hanya saat kau terluka ... " Ia tersedu-sedu dalam tangisnya, namun wajahnya bahagia.

Eloi tersenyum lembut dan beranjak dari tempat tidur lalu memeluknya, sedikit ia lega ia bisa mengatakan perasaannya.

Ia melihat Clarissa sebagai seorang yang berharga karena semua kenangan yang telah Eloi lalui, dan teman berbagi yang baik.

" Maaf membuat itu berjalan terlalu lama, dan terimakasih telah mencintai orang yang bodoh ini " Eloi yang terbiasa melihat putri-putri bangsawan dan elit yang berusaha di jodohkan dengan nya merasa muak dengan mereka, menurut nya ia hanya melihat angsa hias yang tidak berguna.

" Saa ? " Eloi memanggil.

" Ada apa Eloi ? "

" Itu, bisakah kau melonggarkan pelukan mu ? Ini sedikit sakit kalau kau memelukku erat seperti ini " dengan senyum kecut Eloi melihat wajah Clarissa.

" Ah maaf, kau segeralah beristirahat dan aku akan duduk menemani mu "

Eloi hanya menggeleng dan menarik tangan Clarissa menuju ranjang.

" Hukuman mu tetap, kau ingat ? Atau kau mau melanggar hukum kerajaan "

" Tapi nanti kalau ada seorang yang tau, aku mungkin akan di tuduh macam-macam "

" Ha ? Bukannya teman mu sudah mengetahui nya "

" Apa ?! Darimana kau tau Eloi "

" Yahh aku sudah tau teman mu mengintip kita saat itu, dan aku membiarkannya demikian " Eloi menjelaskan dengan singkat dan melambaikan tangannya mengisyaratkan agar Clarissa berbaring di sisinya.

" Kenapa kau tidak mengatakannya ! Aku harus memeras perasaan ku karena di interogasi ! "

" Haha, tapi tidak ada yang terjadi bukan ? "

" Kalian selalu saja menikmati saat aku merasa tak berdaya ! " Clarissa dengan malu-malu berbaring di sebelah Eloi.

" Kalau kau mau menyalahkan, salahkan dirimu sendiri karena menjadi gadis yang lucu " dengan rambutnya di belai lembut, membuat Clarissa makin deg-degan.

" Eloi, bagaimana jika ibu... Ratu tau hubungan kita ? Ia mungkin saja menghukum ku karena mendekati anaknya. "

" Hahhh.., kau sepertinya memang perlu ku ajari cara berfikir yang benar. Ibu mungkin dan sudah sangat tau, ia selalu kritis dalam masalah apapun bukan ? "

" lalu Aku.. aku harus apa ? Mengaku atau aku harus bagaimana ? "

" Kau tidak harus melakukan apapun untuk itu, namun kau punya banyak hal yang harus kau lakukan untuk ku "

" Sungguh.. ? lalu aku harus apa untuk mu El ? "

" Hmmm, kau sungguh tidak tau ? Maka akan ku berikan pelajaran pertama untuk mu " Eloi menatap dengan nakal wajah Clarissa yang menahan diri agar tidak pingsan karena malu pada posisi mereka yang dekat.

" El .. tidak El, Jagan .. kita tidak boleh sebelum .. "

" Hmm, Apa kau mengatakan sesuatu ? " Eloi menarik tubuh Clarissa agar lebih dekat, dan saat ini mereka telah menempel dengan Eloi memeluk nya.

" Bukan apa-apa, hanya.. jangan terlalu kasar ini... Ummhh.. uuhh " dengan nafas yang terengah-engah, Clarissa belum sempat menyelesaikan kata-katanya segera mendesah karena ciuman mendadak dari Eloi.

Clarissa yang merasakan gairah liar hanya bisa pasrah dan menikmati, ia telah larut dalam sensasi yang baru ia rasakan.

Ia yang sedari tadi hanya bisa mencengkram bantal tiba-tiba merasakan tangannya ditarik keatas dan tubuhnya didorong terlentang, Clarissa melirik dalam ciuman nya bahwa Eloi telah berada di atasnya.

" Apa pelajaran nya bisa di mengerti ? " Mereka berdua telah beradu selama 5 menit, dan kehabisan nafas karena nya.

" ... lakukan dengan lembut sayang tapi tolong jangan buat aku hamil, kita belum menikah " dengan wajah lemas dan mata yang kosong Clarissa masih dalam keadaan mabuk cinta.

Euforia yang ia rasakan membuatnya ingin menikmatinya hingga akhir, namun segera sadar setelah melihat Eloi menggelengkan kepalanya.

" Cukup untuk hari ini, aku ingin kau makin menjadi gila dengan ku "

" Dan aku tidak bisa menjamin permintaan mu itu, karena ini juga pertama untuk ku " Eloi melepaskan tangannya yang mencengkram lengan Clarissa.

" Kau lebih kejam dari iblis, merusak gadis polos dan meninggalkan nya begitu saja tanpa menyelesaikan apapun ! "

" Wow, kau sungguh orang yang berbeda saat diatas ranjang sayangku " Eloi mencium kening Clarissa.

" Dan aku akan membuat mu membayar karena telah mencampakkan ku seperti ini ... " Clarissa memeluk Eloi lagi dan membuatnya terbaring dalam pelukan.

Malam itu berakhir dengan suasa lelah dalam kamar Eloi, berantakan dan bau cinta tentunya.

Namun di balik pintu kamar ada seseorang yang tersenyum nakal dan menutupi Mulutnya dengan tangan mungil nya.

" Xixixi, Gadis polos ku telah menjadi iblis penggoda rupanya "

(~•~)

Dalam ruangan komando dengan diterangi cahaya lilin tampak ratu Aria membolak-balik berkas laporan, dengan Sintia duduk terlentang di sofa menatap langit-langit ruangan.

" Jadi mereka ingin menjadikan kita dinding daging, jika kita bisa bertahan dari invasi musuh mereka akan menyerang setelah kita cacat, dan jika kita kalah mereka akan masuk sebagai pahlawan yang memukul musuh setelah kita buat cacat "

" Benar, pasukan Rivia bergerak menutup jalan pelarian kita jika gagal dalam negosiasi "

" Perkiraan kita cuma memiliki 3 hari, dengan Eloi memimpin regu pasukan keamanan beranggotakan 20 orang aku harap mereka sempat mencegat pasukan dan bernegosiasi "

" Lantas kau mau menaruh apa di meja negosiasi Aria ? Kita bahkan tidak memiliki banyak dana tersisa atau apapun yang berharga bukan "

" Aku akan menyerahkan daerah ini pada kerajaan Godean dan tunduk pada kekuasaan nya "

" Apa !? Kau tidak bisa melakukan itu, jika mereka memutuskan untuk memenggal kita keluarga bangsawan mungkin masih bisa di terima, namun jika rakyat ikut menderita aku lebih memilih berjuang hingga akhir !! "

" Aku tau, tapi apa lagi yang kita bisa ? Aku hanya berharap pada raja Godean tidak terlalu arogan, dan setidaknya jika kita mati tidak di tangan penduduk kerajaan kita sendiri "

" Aku mengenal ratu Godean dulu saat kami masih anak-anak, dia merupakan orang yang baik aku berharap ia akan setidaknya mencegah jika kekejaman terjadi "

( Brakk )

Sintia memukul meja Aria yang membuat tumpukan kertas berjatuhan.

" Kau bertaruh terlalu besar Aria ! Dan lagi jika mereka orang yang baik kenapa mereka mengirim pasukan untuk mencincang kita ?! "

" 5000 prajurit datang dengan persenjataan lengkap, dengan banyak senjata taktis dan berat. "

" Aku tau !! sejujurnya aku takut, jika saja Syafiq tidak sadar lagi, aku .. aku sudah memutuskan untuk menyusul nya, tapi dia memberikan ku harapan, memberikan ku setidaknya semangat untuk kembali berjuang untuk semuanya !! "

" ... " Sintia yang telah berdiri di depan meja Aria hanya menatapnya dengan rasa penyesalan.

" Maaf, aku tidak memikirkan perasaan mu kakak "

" Tidak, aku yang salah karena melibatkan perasaan dalam urusan pemerintahan " Aria hanya menggeleng.

" maka kita hanya bisa berdoa agar Syafiq bisa meyakinkan mereka "