webnovel

TWIN’S PET

The Twins’ Pet (HIATUS) G: Fantasi Dark Romance. Dilarang mengcopy paste tulisan ini dalam bentuk apa pun!!! Tindakan plagiatan akan saya proses secara hukum. SINOPSIS: ========== Vol 1. Crescent Moon Perasaan yang dalam. Ikatan yang kuat. Cinta yang manis. Pengorbanan yang tulus. Membuat ketiganya bisa mengatasi tiap rintangan dalam kehidupan yang tidak masuk diakal ini. Saat gairah cinta yang menggebu melilit penuh harmoni bersamaan dengan nafsu yang membuncah. Kekuatan itu hadir, memenuhi jiwa, memenuhi tiap-tiap pembuluh darah dengan ledakkan adrenalin. “My soul will rise in your embrance,” ucap Sadewa saat memandang iris mata Liffi dengan penuh hasrat. “Sadewa,” lirih Liffi. “For I’m yours, and you’re mine!!” bisik Nakula penuh gairah, desah napas terasa hangat pada daun telinga Liffi. “Nakula,” desah Liffi. Black and White. Fresia and Hibicus Musk and Vanilla Fresh and Sweet “Mana yang kau pilih, Liffi?” Ikatan cinta yang kuat membuat Liffi enggan untuk memilih salah satu di antara keduanya. Lantas siapakah yang Liffi pilih? Nakula yang garang, liar, dan penuh kekuatan? Atau ... Sadewa yang pintar, dingin, dan penuh wibawa? Hanya sebuah kisah cinta biasa, namun bisa membuatmu merasa luar biasa.—BELLEAME. This cover novel is not mine. If the artist want to remove it, please DM, I’ll remove it. Terima kasih. Selamat membaca, Belle Ame.

BELLEAME · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
389 Chs

LAKA’S ALPHA

Sadewa mengelus pucuk kepala Liffi sebelum dia merapikan kembali pakaiannya. Tak lupa Sadewa memberikan sebuah kecupan pada keningnya lalu beranjak keluar dari pintu apartemen mungil itu.

Liffi tertidur sangat pulas setelah melayani nafsu Sadewa yang terlewat besar sore ini. Tenaganya habis terkuras, Liffi bahkan sudah tak sadar lagi saat Sadewa pergi keluar meninggalkannya.

Emily dan Garry sudah menunggu di depan apartemen Liffi. Mereka membukakan pintu mobil untuk Sadewa.

"Ada jejak werewolf buatan di pertambangan pasir, Tuan. Menurut laporan para warrior kita Black juga ada di sana," tutur Emily.

"Baiklah, biarkan Naku yang mengurusnya. Kita kembali ke mansion. Terus laporkan saja keadaannya."

"Baik."

oooooOoooo

Sebuah pertambangan pasir terlihat begitu gersang. Hanya ada sebuah lampu sorot yang menyinari tambang. Beberapa truck terlihat mulai berkarat, sepertinya tambang pasir ini sudah cukup lama tidak beroperasi.

Entah bagaimana Nakula bisa berada di tempat ini. Instingnya terus memanggil Nakula pada keberadaan werewolf-werewolf setengah jadi ini.

Nakula mengamati mayat werewolf buatan yang telah kaku di depannya. Salahnya mencari gara-gara dengan seorang serigala asli yang sangat buas seperti dirinya, apa lagi saat ini suasana hati Nakula sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

"Siapa di sana?" Nakula melirik tajam ke belakang truck-truck pengangkut pasir tambang. Bayangan seorang pria muncul dari dalam kegelapan.

"Wah, padahal aku sudah berusaha setenang mungkin." Seorang pria dengan rambut pirang panjang menghampiri Nakula. Ia mengasah kukunya yang berlapis baja pada troli besi pengangkut pasir, menimbulkan percikan bunga api.

"Dasar pesolek, kenapa ada assesoris pada kukumu?" ledek Nakula, ia kembali bersemangat.

"Luna*-ku mengatakan kau telah membunuh dua orang adiknya," ucapan pria pirang ini membuat Nakula teringat pada sosok Lena dan Leni.

|* (Luna : sebutan untuk pasangan seorang Alpha/ Alpha wanita).

"Ah, para nenek tua itu!! Benar, aku membunuhnya, tapi yang satu bukan aku." Nakula bangkit berhadap-hadapan dengan musuhnya.

"Siapa namamu, Kid?"

"Memang apa pentingnya kau tahu namaku?"

"Aku akan menuliskan batu nisanmu dengan jariku sendiri," kikihnya, matanya yang cekung terlihat menyeramkan.

Nakula mengamati pria itu, wajahnya terlihat putih dan sangat pucat. Ada cekungan di sekelilingnya bola matanya yang lebar. Rambut pirang panjangnya melambai saat tertiup angin. Tubuhnya kurus, tinggi, dan sedikit bungkuk. Ia memasang kuku baja pada kuku-kuku werewolfnya.

"Axel." Suara seorang wanita memanggil namanya, ia juga keluar dari dalam kegelapan. Axel membungkuk untuk mencium punggung tangan wanita itu.

Wajahnya sangat cantik dan sensual, namun pucat seperti kapas. Ia memoles bibirnya tebal dengan lipstik berwana wine. Ada seringai senang saat ia melihat wajah tampan pria yang telah membunuh adik-adiknya.

"Hallo, Boy. Namaku Laila, aku Alpha dari pack Laka."

"Belum pernah dengar." Nakula memasukkan jarinya ke dalam saku celana.

"Tidak masalah, nama kami memang tidak pernah tercatat dalam sejarah kelam pertarungan antar bangsa werewolf dan manusia." Laila berjalan mendekat, ia menepuk punggung Axel sebagai tanda untuk tidak ikut campur dengan masalahnya.

"Sebenarnya siapa kalian? Pertarungan itu terjadi hampir 50 tahun yang lalu. Setidaknya umur kalian pasti minimal 70 tahun!" terka Nakula.

"Benar, boy, tahun ini umurku 85 tahun, dan Axel 90 tahun. Adikku harusnya berumur 80 tahun ini, tapi sayang sekali kau membunuh mereka."

"Salah mereka yang terlalu lemah," decis Nakula.

Nakula mengamati keduanya dengan heran, mereka tak seperti serigala tua. Mereka lebih mirip dengan serigala dewasa biasa seumuran Emily atau pun Garry, beta ayahnya.

"Benar, mereka terlalu lemah dan mengecewakanku. Mereka bahkan tak bisa membunuh seekor serigala cacat sepertimu!" cela Laila.

BREETTT!!!

Tiba-tiba saja Laila sudah melesat cepat ke arah Nakula, merobek otot lengan Nakula dalam sekali serangan. Beruntung Nakula punya refleks yang baik, jadi serangan Laila tak mengenai jantungnya dan hanya melukai lengan kirinya.

Nakula melompat mundur beberapa lompatan ke belakang. Ia merasakan perih dan kesakitan luar biasa pada lengannya. Penyembuhannya sedikit terhambat karena ototnya koyak sangat parah.

Brengsek!! Aku tak bisa memprediksi gerakannya. Nakula mengumpat dalam hatinya. Gerakan Laila bahkan lebih cepat dari Dominic versi menggila.

"Ah, lusut, ya?" Laila mengelap kukunya yang berlumuran darah Nakula dengan baju Axel.

"Anda tak seharusnya turun tangan Luna," ujar Axel.

"Dia hebat, Axel, dia membunuh Lena dan Leni. Dia bisa menghindari seranganku." Laila kembali maju.

"Aku hanya membunuh satu, Nek! Yang satu, Paman Yoris yang membunuhnya," sela Nakula sebal, kenapa semua kesalahan dilimpahkan padanya?

DEG ...

Laila menghentikan langkah kakinya.

"Apa kau bilang, Boy?"

"Paman Yoris yang membunuhnya," jawab Nakula.

"Apa kau yakin?"

"Tentu saja, apa kalian tak mengecek mayatnya? Paman Yoris yang mengangkut mayat mereka."

Laila bersitatap dengan Axel beberapa saat, tak menyangka Yorislah yang telah membunuh adiknya. Yoris melaporkan bahwa anak Gin yang telah membunuh adiknya, dia juga bilang bahwa mayat adiknya dibawa oleh pack West untuk penelitian.

Kalau semua yang dikatakan Nakula benar, berarti Yoris berbohong. Apakah Yoris mulai berkhianat pada Lord-nya?

"Axel, kita kembali. Aku harus melaporkan hal ini pada Lord."

"Apa aku tak perlu membereskannya, Luna?"

"Anggap saja dia sedang beruntung!" Laila menyeringai ke arah Nakula dan kembali masuk ke dalam kegelapan, Axel mengikuti langkahnya.

Nakula menghembuskan napas lega karena tak harus melawan kedua monster itu. Nakula tak pernah menyangka bahwa aura wanita itu benar-benar tak terbaca olehnya. Lalu sekuat apa dia?

"Ach ...," desah Nakula kesakitan. Darahnya terus mengucur dan dagingnya hancur. Pasti saat ini dia sudah tak bernyawa kalau saja menerima serangan itu dengan telak tepat mengenai jantungnya.

"Ternyata aku masih sangat lemah!!!" Nakula berteriak.

Hati Nakula sangat gusar, begitu lemah dan tak ada mate yang mampu membuatnya berubah. Bahkan Liffi yang ia anggap adalah mate-nya tak bisa memberikan kekuatan sebagai seorang werewolf sejati padanya. Perubahannya tak kunjung sempurna.

"Shitt!!!" umpat Nakula.

ooooOoooo

Hallo, Bellecious

Jangan lupa vote ya 💋💋

Tinggalkan jejak kalian dan beri semangat untuk Belle ♥️

Follow IG untuk keep in touch @dee.meliana