webnovel

TWIN’S PET

The Twins’ Pet (HIATUS) G: Fantasi Dark Romance. Dilarang mengcopy paste tulisan ini dalam bentuk apa pun!!! Tindakan plagiatan akan saya proses secara hukum. SINOPSIS: ========== Vol 1. Crescent Moon Perasaan yang dalam. Ikatan yang kuat. Cinta yang manis. Pengorbanan yang tulus. Membuat ketiganya bisa mengatasi tiap rintangan dalam kehidupan yang tidak masuk diakal ini. Saat gairah cinta yang menggebu melilit penuh harmoni bersamaan dengan nafsu yang membuncah. Kekuatan itu hadir, memenuhi jiwa, memenuhi tiap-tiap pembuluh darah dengan ledakkan adrenalin. “My soul will rise in your embrance,” ucap Sadewa saat memandang iris mata Liffi dengan penuh hasrat. “Sadewa,” lirih Liffi. “For I’m yours, and you’re mine!!” bisik Nakula penuh gairah, desah napas terasa hangat pada daun telinga Liffi. “Nakula,” desah Liffi. Black and White. Fresia and Hibicus Musk and Vanilla Fresh and Sweet “Mana yang kau pilih, Liffi?” Ikatan cinta yang kuat membuat Liffi enggan untuk memilih salah satu di antara keduanya. Lantas siapakah yang Liffi pilih? Nakula yang garang, liar, dan penuh kekuatan? Atau ... Sadewa yang pintar, dingin, dan penuh wibawa? Hanya sebuah kisah cinta biasa, namun bisa membuatmu merasa luar biasa.—BELLEAME. This cover novel is not mine. If the artist want to remove it, please DM, I’ll remove it. Terima kasih. Selamat membaca, Belle Ame.

BELLEAME · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
389 Chs

BLINK’S VIP TICKET

Liffi terbangun karena merasa tubuhnya sangat panas dan kehausan. Hatinya gusar dan terus bergedup dengan kencang.

"Apa yang terjadi?" Liffi terduduk lemas di dekat meja pantry, dua gelas air tak kunjung meredakan dahaganya.

Keringat dingin keluar, kepalanya terasa berat, hatinya berdebar ketakutan.

Nakula atau Sadewa? Batin Liffi, ia tak bisa menerka siapa yang sedang berada di dalam situasi sulit, yang pasti Liffi bisa merasakannya karena mereka berdua telah menandainya sebagai mate.

Apakah Naku? Sadewa baru saja dari ini, tak mungkin ia sedang bertarung. Liffi mencoba untuk menerka siapa yang terluka.

BRUK!! BRUK!!

Pintu apartemennya digedor oleh seseorang.

"Naku???" Liffi bangkit, nalurinya mengatakan Nakula sedang terluka.

"Liffi!!" Benar saja, Nakula berdiri di depannya, tubuhnya kotor dan penuh darah.

"Kau bertarung lagi?" tanya Liffi, kerutan cemas membuat Nakula merasa bersalah pada gadis itu. Dia selalu mencarinya saat butuh kekuatan, tapi selalu tak percaya bahwa Liffi adalah matenya.

"Iya, aku terluka, Liffi." Nakula membuka telapak tangan kanan yang dari tadi menutupi lengannya yang terluka. Sudah tidak terlalu parah karena luka itu hampir menutup sempurna, namun Nakula telah kehilangan banyak darah dan merasa lemas.

"Masuklah, Naku. Kita bersihkan lukanya." Liffi memapah Nakula masuk.

Liffi melepaskan kaos Nakula yang penuh dengan darah membuat Nakula meringis kesakitan. Liffi berkerut cemas, ia bergegas mengambil sebaskom air hangat untuk membersihkan tubuh Nakula dari debu dan darah.

"Setelah lukanya menutup kau harus mandi OK? Bau darahnya sangat menyengat, Naku."

"Baiklah. Kemari! Aku butuh dirimu!" Nakula merangkul Liffi, meletakkan kepalanya pada cerukan leher Liffi, sesekali Nakula mengecupnya. Menghirup aroma yang membangkitkan kekuatannya.

Liffi menatap wajah Nakula yang lesu, ia langsung mendaratkan ciumannya ke atas bibir Nakula. Menguluumnya dengan perlahan namun dalam, saling bertukar rasa manis, menyalurkan jiwanya untuk mengobati Nakula.

BRUKK!!

Liffi terjatuh dari pangkuan Nakula.

"Liffi?!!" pekik Nakula.

"Maaf, Naku, aku pusing sekali." Liffi tidak sadar bahwa jiwanya telah berada di ambang batas. Ia memberikan semua kekuatannya untuk Sadewa sore tadi, tak ada yang tersisa untuk Nakula.

"Jangan paksakan dirimu, Liffi." Nakula membantu Liffi bangkit, ia menyandarkan tubuh mungilnya dalam dekapan Nakula.

"Maaf, aku seakan tak berguna bagimu." Liffi melirihkan suaranya. Tercekat.

"Tidak, Girl, jangan sedih, atau hatiku akan sakit karenanya." Nakula mengelus rambut Liffi dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya tergolek lemas karena terluka.

Nakula menghembuskan napasnya kasar, Liffi tak bisa memulihkan keadaannya, bahkan kehabisan tenaga karena Nakula berusaha menyatukan jiwa mereka. Apa benar Liffi bukan matenya? Tapi kenapa? Kenapa saat bersamanya hatinya terasa begitu tenang? Terasa begitu bahagia.

Mereka menghabiskan malam yang tenang dengan duduk sambil berpelukan di sisi bawah ranjangnya. Nakula merelakan lengannya sebagai sandaran Liffi. Liffi terpejam dengan nyaman dalam buaian Nakula, sesekali Nakula mengecup pucuk kepala Liffi.

Mate atau bukan aku akan tetap mencintaimu, Liffi . Janji Nakula dalam hatinya.

ooooOoooo

Sinar matahari pagi masuk ke dalam sela-sela gorden jendela Liffi. Liffi mengerjapkan matanya beradaptasi dengan silaunya. Nakula masih tertidur dengan posisi yang sama, sedangkan Liffi menyandarkan kepalanya di pangkuan Nakula. Lengan Nakula sudah pulih, sudah tertutup sempurna.

"Hem, kenapa kalian sangat tampan?!" Liffi terkikih, ia memainkan rambut merah Nakula dengan jemarinya, memutar-mutar poni-nya yang terjatuh ke depan wajah. Wajah Nakula dan Sadewa identik, jadi mereka berdua sama tampannya di mata Liffi.

"Erem ...," lengguh Nakula sebelum akhirnya membuka mata.

"Kau sudah bangun? Aku membuatmu terbangun?" Liffi bangkit dari pangkuan Nakula.

"Huum."

"Baguslah, kau harus mandi! Baumu anyir."

"Oke." Nakula merenggangkan badannya dan bangkit ke kamar mandi.

"Kau tidak ikut?" tanya Nakula.

"Baiklah! Tapi jangan coba-coba merayuku, Naku! Aku ada kuliah pagi ini." Liffi mewanti-wanti mate-nya agar tidak mencumbunya saat mandi bersama.

"Baiklah!" Nakula langsung menggendong Liffi ke atas pundaknya.

"Hahaha ... dasar! Geli tahu!"

Liffi tengah menggoreng telur dan juga memanggang roti dengan toaster. Ia mengoleskan garlic butter pada kedua sisi roti sebelum memanggangnya. Tak lupa juga irisan tomat dan juga selada.

"Aku tidak suka tomat dan daun!" Nakula meraih pinggang Liffi dari belakang.

"Kau tidak boleh pilih-pilih makanan, Naku!"

"Hehehe, aku karnivora sayang! Aku tak begitu suka memakan sayuran. Hm, tapi aku suka apel, sih." Nakula menjunjung Liffi naik ke atas meja pantry. Kini pandangan Liffi bisa mengibangi tubuh Nakula yang tinggi.

"Cobalah!" Liffi meletakkan irisan tomat pada giginya, ia menyuapkannya pada Nakula.

"Kalau begini aku suka." Nakula menerima suapan Liffi sambil meraup bibirnya lekat.

"Hahaha, apa aku harus menyuapkan sayur dengan mulut setiap menyuruhmu memakannya?"

"Tentu saja donk!" Nakula mengelus lengan Liffi.

"Hei, aku lihat di berita katanya Blink mau comeback, ya?" tanya Liffi dengan antusias, walau bukan fans fanatik, namun dia juga salah satu penggemar Blink.

"Ah, aku sampai lupa, aku punya tiket untukmu." Nakula merogoh saku celananya.

"Tiket untukku? Serius?" Mata Liffi berbinar bahagia.

"Benar, ini," jawab Nakula sembari menyerahkan tiket VIP untuk Liffi.

"VIP?!" Liffi tercengang.

"Iya, bukankah kau pacar dari gitaris mereka." Nakula kembali memeluk Liffi.

"Tapi aku fans Red, bukan Black!" Liffi menggoda Nakula.

"Kalau begitu aku akan merusak wajah Red besok biar kau tak menyukainya lagi." Nakula dimakan rasa cemburu.

"Bercanda, Naku. Aku hanya menyukai Black." Liffi melingkarkan lengannya di leher Nakula.

"Datanglah, Ok! Aku akan mengenalkanmu pada mereka bertiga."

"Tentu saja! Aku akan berteriak paling keras untukmu."

"Dan aku akan bermain dengan bersemangat demi teriakanmu." Nakula mengecup lagi bibir Liffi dan melumattnya mesra.

ooooOoooo

Hallo, Bellecious

Jangan lupa vote ya 💋💋

Tinggalkan jejak kalian dan beri semangat untuk Belle ♥️

Follow IG untuk keep in touch @dee.meliana