webnovel

tumbal lukisan

seperti gadis gadis yang hilang secara misterius sebelumnya di kota itu, Hani yang tak sengaja bertemu Dion dalam perjalanan pulangnya akhirnya terpilih menjadi daftar korban berikutnya

nhovia · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
21 Chs

part 4

tapi bakso seenak ini kenapa sepi pembeli?" hani mengajukan pertanyaan sambil melanjutkan makannya

"kamu orangnya jujur sekali. yah entahlah kenapa tak mau ada yang makan disini"

hani terbatuk-batuk mendengar penuturan dion. apa pertanyaanku tadi kelewatan ya?

"bukan gitu, maksud aku, sayang bakso seenak ini harusnya bisa laku keras"

"gitu ya! mungkin karena kenyataan tidak sesuai dengan apa yang kita mau"

ahh benar sekali,,, kenapa aku harus mengajukan pertanyaan bodoh seperti tadi? lihat aku saja lulusan terbaik dari universitas di kotaku tapi sampai hari ini melamar kerja kemanapun, tak pernah ada yang mau menerima... Dion dengan bakso yang sangat enak mustahil kedai baksonya sepi pembeli. tapi lihatlah,,,, kenyataan tak seperti yang kita harapkan

"nasib kita sama, terima kasih baksonya enak. berapa harganya?" hani sudah menghabiskan baksonya sampai kuah terakhir, ia membuka tasnya, tangannya mencari-cari sesuatu yang hilang

"kenapa? kamu ga bawa uang?"

"enak aja kalau ngomong. nih dompetku, aku kehilangan surat lamaran kerja, kenapa bisa hilang sih? apa jatuh pas lari-lari tadi ya? "

"oh, kamu lagi cari kerja?"

"iya tapi semua pada menolak, entah apa kurangnya, nilaiku bagus, aku juga tidak menego gaji, apa mungkin aku kurang cantik?"

" kamu cantik ko" Dion menatapnya, ia melihat lebih dalam jauh ke dalam bola mata Hani

membuat Hani jadi kikuk sendiri

Hani berusaha mengalihkan pandanganya ke seluruh ruangan di kedai. di pojokan ada sebuah lemari pendingin dengan pintu kaca

yang nampak berembun. ada bekas coretan lingkarang lingkaran kecil. seperti kegiatan rutin yang dibuat seseorang yang bosan menunggu waktu.

Hani melihat ke atas dinding sebelahnya dimana ia duduk, ada sebuah lukisan yang tak bergambar, lukisan itu hanya nampak berwarna putih

"itu, kenapa lukisannya kosong?" Hani bertanya

"itu ya... aku juga bingung mau melukis apa"

Hani tertawa ,, ia berpikir Dion tak semisterius yang ia kira.

" bagaimana kalau aku melukis kamu, kamu mau kan?"

".....ngghhh aku??"

"iya kamu, kamu cantik seperti temanku"

pipi Hani memerah. ia sudah sering dibilang cantik oleh banyak laki-laki lain sebelum Dion, anehnya kali ini Hani merasa tersanjung. ia merasa kata-kata Dion tulus meski kecantikannya mengingatkannya akan teman Dion.

seperti apakah teman perempuannya Dion? kenapa aku justru penasaran ...?

"apa kamu punya harapan

? " hani bertanya

" apa itu hal yang penting?" jawab dion

"yah penting dong. aku meskipun ditolak kerja berkali-kali tapi aku masih menaruh harapan kalau suatu hari nanti aku bisa jadi manager di sebuah perusahaan besar he he he"

" anggap saja itu sebagai penyemangat hidup, kamu punya kan Dion?"

"harapanku ya..? hmmhhh harapanku mungkin...."

hani sedikit mencondongkan tubuhnya, menunggu jawaban yang keluar dari mulut Dion. lama sekali keduanya terdiam

laki-laki itu melihat ke dalam wajah Hani, ada jawaban yang tak bisa ia ungkapkan saat ini , belum saatnya, keraguan itu nampak membentuk di sudut-sudut wajahnya sendiri

"aku ga punya harapan" Dion mengatakannya dengan tertawa lemah

Hani mengangkat kedua alisnya,,

"kenapa?"

"bukan apa-apa. oh tadi kamu bilang kamu lagi butuh kerja kan? aku punya kenalan, kamu coba saja melamar kerja disini?" dion bangkit berdiri lalu mengambil sebuah kartu nama dari laci penyimpanannya

hani jadi merasa menyesal dengan pertanyaan tadi,