webnovel

tulisan ibu

Dari kecil aku hanya memandang ibuku dari bawah meja , setiap hari dia hanya menulis

Sampai aku besar dia bahkan tak tau pertumbuhan ku .

Dia memang seorang penulis ,tapi dari itu semua dia tidak menghasilkan apapun bahkan untuk kehidupan sehari hari itu tidak cukup , dia tak pernah perhatian pada ku seperti pulpen dan buku adalah anaknya dari pada aku,kupikir inilah mengapa ayah lebih memilih meninggalkan kami.

Setelah aku berangkat sekolah , bahkan saat aku pulang larut malam ibu tak bertanya , dia benar-benar tak peduli pada ku di dalam hati aku sangat kesal ,aku seperti anak yatim-piatu karena dari kecil tak seorang pun perhatian pada ku yang kudapat hanya sebuah rumah dan satu boneka ibu yang kerjanya hanya menulis , mungkin ini terdengar kasar tetapi aku sudah sangat muak dengan semua keadaan ini.

Malam itu juga aku memutuskan pergi dari rumah , aku menginap di tempat teman ku lasri dia memiliki keluarga yang bisa di bilang sangat sempurna ,kenapa tidak keluarga berkecukupan dan hidup nya penuh kasih sayang karena dia anak tunggal, aku sangat iri padanya.

Malam nya aku sampai di rumah lasri dia menyuruh ku untuk masuk lewat pintu belakang ,aku agak merasa aneh di sini ,jadi aku bertanya padanya "kenapa kita lewat pintu belakang ,apa kah sedang ada tamu di rumah mu "tanya ku

Dia hanya berkata bahwa keluarga nya sedang berkumpul jadi agak sedikit penuh di depan ,aku menganggap semua itu tidak masalah dan mulai masuk kerumah.

Akhirnya kami sampai di kamar nya lasri ,di dalam kamar nya sangat sunyi dan sangat gelap aku tidak bertanya karena mungkin itu selera nya, kupikir seleranya Sangat aneh setiap hari di sekolah dia hanya memakai baju panjang dan rok atau celana yang kebesaran dan dia juga sangat irit dalam berbicara,

Yah maksud ku dia dari keluarga yang bahagia seharusnya dia adalah orang yang sangat ceria karena hampir memiliki semua nya .

Kami mulai bersiap untuk tidur tapi ada sesuatu yang janggal ,lasri bilang pada ku bahwa sedang ada tamu tapi tak ada satu suara pun yang terdengar ,kamar lasri berada tepat di atas ruang tamu karena rumah lasri bertingkat dua .

Selang beberapa menit terdengar suara teriakan wanita menangis dari bawah dan lemparan barang seperti kaca ,aku sangat ketakutan seketika aku memandang Lastri tubuh nya bergetar ,aku melihat gulungan lengan baju untuk pertama kali nya di tangan Lastri,aku sangat terkejut di pergelangan tangannya terdapat banyak sebuah goresan luka dan sedikit memar di seluruh tubuh nya ,jadi itulah alasan lasri selalu menggunakan pakaian tertutup,aku membisu tak berani bertanya pada lasri .

aku sudah bisa menyimpulkan bahwa orang tua nya sering bertengkar, Dan membuat lasri depresi.

Ku paksakan mata ku terpejam seolah olah tak ada yang terjadi sampai ke esok harinya saat hendak pulang aku melihat bibi yang sedang membersihkan pecahan kaca, dia hanya tersenyum menyapa ku seperti tak ada yang terjadi.

Ku lihat luka lebam di wajah nya,dia memeluk lasri dan mengatakan selamat pagi dan pertama kali itu juga aku melihat lasri tersenyum .

Setelah sarapan aku langsung pulang kerumah,aku harap ibu panik karena aku bahkan tak mengabari bahwa aku tidur di rumah teman ku.

Sampai nya di rumah aku melihat ibu masih duduk sibuk dengan pulpen dan kertas nya ,aku sangat kesal begitu tak berharga kah diri ku , sehingga dia dengan mudah mengabaikan anaknya sendiri , dengan kesal aku menghampiri ibu , ku lemparkan pulpen nya dan berteriak

"kenapa kau seperti ini pada ku ,kau anggap aku apa!!!!"

"Plakkk!!" suara tamparan

Kurasa kan tamparan ibu untuk pertama kali dia memandang ku dan berkata "kau siapa hah !!"

Aku hanya diam membisu , hanya tersisa hati ku yang sakit dan bekas memar di wajah, bahkan setelah menampar ku ibu kembali mengambil pulpen nya dan duduk menulis kembali

Air mata ku jatuh aku merasa begitu frustasi ,aku berlari menuju kamar , bahkan setelah semalaman ibu bahkan tak datang meminta maaf pada ku.

Di rumah benar-benar terasa mencekik dan hampa bahkan suara goresan tangan ibu tak terdengar lagi seperti biasanya ,aku yang ragu mulai keluar kamar kulihat ibu ku sudah terbaring lemas aku panik ,aku berteriak sangat keras meminta tolong dan seorang tetangga yang menelponkan ambulans dan kami bergegas ke rumah sakit.

sesampainya di rumah sakit ibu mengalami keadaan kritis aku sangat takut dan bingung karena secepatnya ibu harus di operasi , bagaimana cara membayar uang rumah sakit ini.

Lalu ada seorang wanita datang dan berkata aku akan membayar semua biayanya ,aku terheran dan bertanya "siapa kau?"

" aku sepupu ibumu apa kau sudah sering memberi ibumu obat karena sudah lama dia tidak menjadi seorang penulis dari kau masih kecil, dan semua uang yang kirimkan apakah itu cukup?" Jawab nya

"apa maksudmu ibuku menulis setiap hari, bahkan dia tak terlihat sakit?" tanya ku heran

" Dia sudah berhenti menjadi seorang penulis saat dia terkena penyakit demensia , ayahmu yang tahu akan itu meninggalkan kalian berdua" jawabannya

"demensia?" tanya ku terkejut

"Ya tapi dia bersikeras ingin merawatmu apa kau pernah membaca buku yang di tulis ibu mu selama ini ?"

"belum" jawab ku

"saat kau membaca buku itu kau akan mengerti apa yang terjadi selama ini "jawab wanita itu

Aku yang tahu akan itu bergegas kembali ke rumah mencari buku yang selama ini di tulis ibu , sampai nya di rumah aku langsung membaca tulisan ibu ku di sana bukan lah cerita tentang novel fiksi atau pun romansa,di buku itu hanya bertuliskan nama ku sebagai judul , keseharian ku , kesukaan dan baju favorit dan jam berapa aku biasanya pulang terdapat ucapan selamat tahun di setiap umur ku ,yang tak pernah ibu ucapan pada ku, semua hal kecil hingga besar tentang ku ada di buku ini

Aku seperti tertampar sebuah kenyataan yang pahit bahwa selama ini ibu ku melawan penyakitnya sendirian untuk membesarkan ku .

Aku berlari kembali ke rumah sakit, di sana para dokter sudah keluar, mereka menyuruh ku untuk mengucapkan selamat tinggal kepada ibuku , karena dia sudah di ambang kematian

Aku bergegas masuk , menangis dan menyesal betapa aku sangat kurang bersyukur dengan ibu ku ,aku meminta maaf dan terus menangis , seketika tangisan ku terhenti, sebuah tangan hangat menepuk kepala ku

Ibu tersenyum dia berkata"kau adalah anugerah terindah bagi ku jangan menangis anak ku, aku hanya beristirahat"

"Tit...."suara mesin

Tangan ibu ku jatuh suara mesin yang sangat berisik menandakan ibu sudah pergi tangisan ku pecah saat itu juga .

Waktu berlalu aku mendapat sebuah pelajaran berharga dari itu semua bahwa bersyukur lah apa pun keadaan karena semua manusia pasti memiliki masalah tersendiri,tak ada seorang pun yang sempurna .

Tentang penulis

Evinka Zahra,gadis asal Ketapang pengagum senja ,saat ini sedang jenuh dalam masa pandemi dan hanya berlatih menggambar

jejaknya bisa dilacak di akun Instagram @evinkaara@araskect