webnovel

True Love : Senior! I Love U

Matanya dan mata hangat itu beradu sama-sama terkejut menyadari keberadaan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Dia sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri pernikahan sahabatnya sekaligus pernikahan laki-laki yang sangat dia cintai. Arsen. Dia bisa merasakan ada kabut yang menggelayut di matanya, ada gumpalan air yang memaksa keluar dari sana dan dia butuh menghindar dari tempat itu untuk menumpahkannya. Namun, entah kenapa kakinya tiba-tiba sulit untuk di gerakkan, kepalanya tiba-tiba pusing dan dia hanya bisa berdiri terpaku di tempat. Menyaksikan pemandangan yang sangat menyiksa hatinya, berdiri menyaksikan kenyataan yang tidak pernah di pikirkan sebelumnya. Dia harus mendengarkan janji-janji suci pernikahan yang di ucapkan dia harus melihat laki-laki itu menyematkan cincin pernikahan di jari manis sahabatnya. Dan dia harus melihat laki-laki itu memberikan ciuman pertamanya pada sahabatnya. Dia tidak tahan dengan semua itu. Tidak tahan dengan semua rasa sakit yang mulai menyerang hatinya, tidak tahan untuk segera menumpahkan air matanya. Namun itu pun tidak bisa di lakukannya, air matanya tidak bisa menetes seolah membeku seperti kebekuan hatinya yang sudah tidak bisa merasakan apa-apa.

Ahra_August · Urbain
Pas assez d’évaluations
406 Chs

DELAPAN BELAS

Elise, seorang gadis cantik dengan rambut hitam panjang sebahu yang bekerja di salah satu kantor pemerintahan daerah, berjalan cepat sambil menyeret kopernya, dia baru saja mendarat di bandara internasional Minangkabau, setelah menggantikan tugas atasannya selama satu Minggu. Rasanya hati ini sangat melelahkan, dia harus kejar waktu untuk sampai tepat waktu.

"Elise!" Suara seseorang yang berseru padanya membuatnya tersentak kaget.

Elise berputar cepat. Matanya terbelalak menatap kakak laki-lakinya, yang berlari seperti kuda. Elise menutup matanya langsung menoleh ke arah lain, berharap bumi menelannya saat itu juga karena malu.

Kakaknya yang membuat ulah dia yang menanggung malu. Rasanya dia ingin meluncurkan sumpah serapahnya untuk kakak satu-satunya itu.

"Kakak!" Elise melotot "Kau tahu aku baru saja operasi transplantasi jantung! Dalam masa pemulihan, melihatmu seperti ini mungkin aku akan segera menyusul kakak pertama ke surga.."

"Maaf! Aku terlalu senang bertemu denganmu lagi!" kata kakaknya dan langsung memeluknya dengan erat. Elise berusaha menghindar tapi gagal akhirnya dia pasrah dengan pelukan erat kakaknya.

"Kakak. Kita hanya tidak bertemu satu Minggu bukan satu tahun!".

Kakaknya melepaskan pelukannya dan mengulur kedua tangannya pada kedua pipi Elise dan memencetnya "Tetap saja! Itu sangat lama.. sekarang biarkan kakak tampan mu ini melihat wajahmu." Wajah Elise di putar ke kiri dan ke kanan kemudian kakaknya mengeluh "Kenapa kau menjadi kurus! Apa kau tidak makan!".

Elise menghela napas, menghempas tangan kakaknya yang memencet kedua pipinya "Aku makan! Makan sangat banyak!" kemudian Elise pun melemparkan kopernya pada sang kakak.

"Ole-ole nya?"

Elise melempar satu kantong lagi pada kakaknya dan langsung di sambut lengkap dengan senyum lebarnya.

"Adik ku yang terbaik!" katanya lalu menyeret kopernya "Ayo pulang! Kita harus menjenguk kakak pertama!"

*****

Keesokan paginya, setelah kemarin Soren berkejar-kejaran dengan waktu dari bandara langsung mengunjungi makan kakaknya, pagi ini akhirnya Elise duduk di sofa dengan wajah lelah. Dia menatap rumah yang di belinya sebelum lulus kuliah beberapa tahun lalu, ada banyak hal yang telah terjadi.

Hari ini dia malas untuk beraktivitas, jadi dia akan bermalas-malasan sampai puas. Lagi pula siapa yang akan protes. Alea sedang sibuk di kantor, Arka kakaknya mungkin akan pergi berkencan dengan pacar khayalan nya lagi.

Dia tidak akan pergi apa pun godaannya.

Tiba-tiba kakaknya muncul lagi dari belakang "Elise! Ayo kita pergi makan cumi pedas manis!"

Elise mengeluh. Ah, sial. Kakakku memang selalu tahu kelemahan ku. Gerutu Elise dalam hati.

"Baik! Ayo pergi kalau begitu!" katanya berubah pikiran seketika.

Tanpa buang-buang waktu lagi mereka berdua pun berjalan ke luar menuju garasi mobil. Arka berdiri sambil bertopang dagu menatap ke garasi bingung. Elise yang berjalan di belakangnya pun ikut berhenti.

"Ada apa?"

"Elise? Hari ini kita membawa mobil yang mana?"

Elise menepuk keningnya "Kakak! Hanya ada dua mobil di dalam sana kenapa kau harus bingung! Bawa yang mana saja!"

"Tidak! Aku harus serius memilihnya! Sebentar!"

Elise menggaruk alisnya yang tidak terasa gatal gadis itu berdecak kesal "Kalai kakak masih bingung juga lebih baik kita tidak pergi! Memilih mobil saja hampir menghabiskan waktu setengah jam!" gerutu Elise.

"Oke! Sudah di putuskan! Kita bawa yang ramah lingkungan saja!" pilihan Arka jatuh pada jazz warna putih.

Hanya membutuhkan waktu kurang dari sepuluh menit mereka sudah berada di kedai tempat jual cumi pedas manis kesukaan Elise.

Jika di pikir lagi waktu untuk memilih mobil lebih lama dari perjalanan mereka menuju kedai.

Mereka mengambil tempat duduk di luar yang hanya di naungi sebuah payung besar dengan goresan merah dan sebuah meja kecil serta empat buah kursi plastik. Elise mengamati sekelilingnya sekilas, ramai sekali. Memang seperti biasanya. Kedai ini meskipun menunya sederhana tapi selalu ramai oleh pembeli.

"Permisi.." suara seorang laki-laki membuat Elise tersentak. Cepat dia memutar kepalanya dan menatap sosok tinggi yang sudah berdiri tegak di hadapannya. Laki-laki itu tersenyum sekilas lalu berkata lagi "Boleh saya duduk di sini?" tatapan laki-laki kini beralih pada Arka yang hanya bisa tercengang menatap "Semua tempat duduk di tempat ini sudah di penuhi pengunjung, hanya dua buah kursi ini saja yang belum terisi. Lanjutnya sambil menunjuk ke arah kursi yang di maksud.

"Tentu! Tidak ada yang melarang" jawab Arka cepat, dan sedikit bergeser ke arah Elise.

Elise mengerutkan kening dalam. Tumben kakaknya mau berbagi dengan orang lain. Gumamnya dalam hati. Biasanya kakaknya itu paling benci jika ada yang mengganggu ketenangan waktu mereka berdua. Elise menggeleng, sudahlah mungkin memang karena kasihan jadi dia membiarkannya ikut duduk bersama kami.

"Terima kasih banyak!" katanya, dengan seulas senyum mengembang di bibirnya.

Elise mengangguk pelan, balas tersenyum. "Sama-sama". Elise lalu beralih pada kakaknya yang sedang tersenyum menatap ponselnya membuat Elise merasa geram dan kesal, kakaknya mengabaikan nya!.

"Kakak! Jangan tersenyum menatap ponsel seperti itu! Nanti orang-orang akan mengira kau sakit jiwa!"

Arka menoleh, menyeringai lebar pada adiknya, lalu kembali menatap ponselnya.

"Kakak!" protes Elise.

"Iya, sebentar lagi! Kakak akan mengirim pesan ini dulu untuk Rian dan Arista."

Tiba-tiba laki-laki itu mengulurkan tangannya pada Elise sambil menyebutkan namanya "Namaku Daniel."

Elise tersenyum dan menyambut uluran tangan laki-laki itu "Elise!" katanya singkat. Lalu melepaskan tangannya.

"Biasanya aku mendapatkan tempat untuk duduk setiap kali datang ke kedai ini! Tapi kali ini sedikit terlambat, maaf kalau saya mengganggu kalian berdua!"

Arka menggeleng "Tidak apa-apa! Kita memang harus saling membantu! Lagi pula ini hari pertama adik ku kembali setelah satu Minggu kerja di luar kota!"

Daniel seketika menoleh pada Elise "Kau kerja di luar kota?"

Elise menggeleng "Tidak, aku hanya menggantikan atasan ku yang sedang sakit! Jadwalnya tidak bisa di tunda jadi aku terpaksa pergi!".

Daniel mengangguk "Jadi ini adalah tempat favorit mu?"

Elise tersenyum "Jangan dengarkan kakak ku!"

Daniel menggeleng "Sebenarnya ini rekomendasi dari sahabatku! Dia seperti orang gila yang mencari tempat dengan menu cumi pedas manis! Dan ini adalah salah satu tempat yang sering dia kunjungi! Tapi sayang hari ini dia sedang berada di kota lain!"

Elise mulai tertarik " Sahabat mu juga suka cumi pedas manis?"

Daniel menggeleng "Dia sangat suka tapi tidak bisa memakannya".

"Suka tapi tidak bisa memakannya! Bagaimana bisa?" tanya Arka yang ikut menyahut.

Daniel tertawa "Entahlah! Lain kali aku akan mengenal kan kalian padanya!" lalu perhatian Daniel beralih pada Arka. Tangannya merogoh saku celana dan mengulurkan ponselnya pada Arka sambil berkata "Boleh minta nomor ponselmu! Senang rasanya memiliki teman yang memiliki kesukaan yang sama!".

Arka mengangguk "Tentu saja!".