webnovel

Bab 18-Pangeran Siluman Karimun Jawa

Dari laut terdalam

atau langit terjauh

dan gunung tertinggi

nasib dan takdir muncul dari kotak pandora

yang kehilangan tutupnya

Suara tawa Ayu Kinasih yang tak tertahankan lagi itu menggema di sepinya hutan. Membuat siapapun pasti merinding jika mendengarnya. Suara ketawa Ayu Kinasih mirip kuntilanak yang tersesat di pagi hari.

Perempuan cantik itu sejenak tertegun. Tak menyangka gadis di depannya ini malah tertawa tergelak-gelak. Padahal dia meminta mereka untuk tidak bersuara. Ario Langit geli. Ayu Kinasih ini memang unik dan aneh. Dia akan melakukan sebaliknya apa yang diminta orang. Pemuda ini menyenggol lengan Ayu Kinasih agar menghentikan tawanya. Ayu Kinasih cemberut. Lagi enak-enak tertawa malah disuruh stop.

Gema suara tertawa itu masih terus berkumandang. Sambung menyambung menyeramkan. Ario Langit mengerutkan alisnya sambil menoleh kepada Ayu Kinasih. Gadis bengal. Disuruh berhenti malah semakin panjang tertawanya. Ario Langit terperanjat. Ayu Kinasih memang telah berhenti tertawa. Tapi ketawa yang didengar oleh mereka sama sekali tidak berhenti. Seolah ada serombongan kuntilanak yang sedang berlatih paduan suara.

Bulu tengkuk Ario Langit meremang. Itu tidak terdengar seperti suara ketawa manusia. Ayu Kinasih bahkan memepetkan tubuhnya ke Ario Langit. Suara ketawa itu begitu mengerikan. Gadis itu menyesal telah tertawa panjang tadi.

Perempuan itu memberi isyarat agar Ario Langit dan Ayu Kinasih mengikutinya. Mereka menyelinap semakin dalam di kerimbunan hutan. Masih diikuti sura ketawa cekikikan panjang tiada henti. Ayu Kinasih memegang erat lengan Ario Langit. Dia benar-benar ketakutan sekarang.

Perempuan berbaju putih melambaikan tangan meminta agar Ario Langit dan Ayu Kinasih mempercepat langkah. Isyaratnya mengatakan bahwa mereka hampir sampai. Suara ketawa menyeramkan perlahan-lahan menghilang dengan sendirinya. Ayu Kinasih buru-buru melepas genggaman tangannya. Wajahnya memerah. Diliriknya adakah perubahan pada raut muka Ario Langit. Pemuda itu tetap memasang wajah murung. Huh!

Mereka tiba di sebuah tanah lapang yang cukup luas. Terlihat tanaman-tanaman bunga yang tertata rapi di halaman sebuah pondok besar dari kayu yang megah. Aroma bunga itu menguar kuat di udara. Ayu Kinasih sampai mengangkat kepalanya untuk menghirup dalam-dalam aroma yang menyenangkan itu. Gadis itu tidak menyangka ada sebuah pondok yang asri di tengah belantara seperti ini.

Ario Langit sebaliknya. Sesuatu yang selama ini tersembunyi di ruang dadanya seolah memberontak. Ada yang aneh dengan semua ini. Pemuda ini beberapa kali mengusap kedua matanya. Mencoba memahami situasi yang tidak lazim ini. Matanya melihat pondok cantik yang berada di antara taman indah di sekelilingnya. Namun kembali sesuatu di dadanya bergejolak seolah hendak memberitahunya sesuatu. Entah apa Ario Langit tidak tahu. Tapi sesuatu itu benar-benar mendesak hebat batinnya.

Perempuan itu mempersilahkan muda-mudi itu masuk pondok.

"Kalian tentu lelah sekali menjelajahi hutan di Segara Kidul ini. Aku akan menyeduh minuman hangat buat kalian."

Ayu Kinasih hendak melangkah masuk. Tapi langkahnya tertahan. Ario Langit memegang tangannya. Sesuatu yang sedari tadi memberontak di ruang batin Ario Langit seperti menemukan jalan keluar. Pemuda ini melihat dengan jelas sekali bahwa pondok cantik di depan mereka ini adalah komplek pekuburan yang sudah sangat tua dan berlumut di sana sini. Taman dan bunga-bunga adalah guguran daun dan bunga kamboja yang berserakan tak tentu arah. Sedangkan aroma wangi bunga yang sangat menggoda tadi digantikan oleh aroma busuk yang dibaui hidung Ario Langit dengan jelas.

Ario Langit menoleh kepada perempuan cantik yang sedari tadi menunggu mereka masuk. Tadinya Ario Langit menduga dia akan menemukan wajah mengerikan dan tubuh yang tidak lengkap di sana. Tapi perempuan itu tetap bertubuh muda dan berwajah cantik dan sekarang menatap Ario Langit dengan pandangan tak mengerti.

Ario Langit menggelengkan kepala. Lalu memejamkan mata. Mencoba mengusir sesuatu yang terus mengusik kepala dan merasuki mata dan semua inderanya dengan hebat. Sesuatu yang sepertinya lama terkunci rapat dan kini seolah menemukan kunci yang tepat sehingga membanjir keluar.

Pemuda itu membuka mata. Apa yang dilihatnya tetap sama. Pekuburan tua, pohon kamboja raksasa dan tanah lembab dengan aroma yang sangat busuk. Ario Langit pasrah terhadap kemampuan barunya dan menyadari bahwa inilah yang kenyataan yang sesungguhnya. Mereka sedang digiring masuk ke alam lelembut. Tapi kenapa perempuan cantik itu tidak berubah? Apakah kekuatan batinnya belum sesempurna yang dikiranya?

"Ayu, tunggu! Kita sedang dijebak alam lain di sini. Jangan lepaskan genggaman tanganmu." Ario Langit bersiaga. Hawa pukulan Aguru Bayanaka mengalir pelan memenuhi lengan dan tangannya. Dia tidak tahu apakah ini nanti akan berguna atau tidak untuk melawan kekuatan lelembut. Setidaknya dia harus mencoba.

Perempuan cantik berbaju putih itu baru menyadari sesuatu. Raut muka yang tadinya ramah itu berubah bengis dan kelam. Suaranya mendesis marah saat berkata dengan kata-kata tajam.

"Kalian manusia tidak tahu diuntung! Sudah baik-baik aku undang datang, ini malah melecehkan! Tahukah bahwa kau sengaja diundang karena kau adalah bagian dari bangsa ini Pendekar Langit?!"

Ario Langit terhenyak kaget bukan main. Selain tahu siapa dirinya, perempuan itu juga menyebutkan hal yang tak pernah terlintas dalam pikirannya. Bagian dari bangsa ini? Bagian dari lelembut? Dirinya adalah lelembut?

Kemarahan Ario Langit bangkit. Perempuan itu berkata seenaknya untuk mempengaruhi dirinya. Namun pemuda itu menahan kesabaran. Dia harus tahu lebih jauh apa maksud dari semua hal aneh ini, pemuda itu memancing dengan berkata.

"Kalau memang aku bangsa kalian, kenapa kalian malah mengganggu aku dan temanku ini? Sudah sepatutnya jika kalian memberikan petunjuk arah atau semacamnya. Bukan malah membuat jebakan mengerikan seolah kami akan dijadikan tumbal seperti ini."

Perempuan muda itu mengikik panjang. Persis ketawa menyeramkan yang tadi membuat Ayu Kinasih ketakutan.

"Hihihihi, Pendekar Langit. Kau perlu tahu namaku adalah Wida Segara. Tentu saja kami tidak berani menjadikan tumbal keturunan siluman hebat dari laut utara. Kami hanya menginginkan gadis itu!" Perempuan itu menunjuk ke arah Ayu Kinasih dengan matanya yang nyalang merah. Ayu Kinasih bergidik. Dia tidak pernah takut kepada siapapun. Tapi menghadapi siluman, dedemit, dan lelembut, hatinya sudah kecut duluan.

Ario Langit meledakkan kemarahannya. Suaranya mengguntur menyahuti Wida Segara.

"Kau tidak akan bisa melakukan itu selama aku masih berdiri dan belum menjadi mayat! Kalaupun aku mati, aku akan menghabisi kalian dalam bentuk lelembutku!" Ario Langit setengah menggertak. Dia sebenarnya tidak tahu sama sekali bagaimana cara melawan dedemit atau lelembut.

Wida Segara menghentikan tawanya secara mendadak. Matanya terbelalak. Pemuda itu sepertinya tidak main-main dengan ancamannya. Dia tahu Ario Langit adalah keturunan dari Pangeran Siluman Karimun Jawa. Anak tertua dari Ratu Laut Utara. Itu artinya pemuda di depannya ini adalah cucu langsung dari Ratu Laut Utara yang menakutkan bagi siapapun itu.

-********